Ketika manajer Dragon Lord’s Imperial Residence mendengar ancaman Tuan Bram, dia terkesiap. Dia sudah berkali-kali memberitahunya bahwa akan ada tamu sangat penting yang akan datang dan dia harus memperlakukannya dengan sangat hormat, tapi dia tidak mengira tamu itu sudah tiba. Jika dia tahu, dia langsung akan mengenyampingkan apa pun yang dia sedang lakukan dan melayani tamu itu sesegera mungkin!Walaupun dia adalah manajer dari Dragon Lord’s Imperial Residence, dia telah menyaksikan bagaimana Tuan Bram memperlakukan orang-orang yang lebih penting darinya. Jika Bram bisa memperlakukan orang-orang itu seperti seekor semut, sepenting apa orang itu sampai Tuan Bram sendiri menyebutnya sebagai tamu sangat penting?Tanpa menunda-nunda, manajer itu bangkit, meraih ponselnya dan berlari keluar ruangannya. Dia harus menebus kesalahannya bagaimanapun caranya jika tidak ingin menghadapi kemarahan Tuan Bram!Sementara itu, di lobi Dragon Lord’s Imperial Residence, sang resepsionis memelototi
Resepsionis itu yang bernama Maura menatap Daffa lagi dengan tatapan memohon. Dia sudah sadar bahwa posisi Daffa berada jauh di atas manajernya sendiri di kedudukan sosial, maka jika Daffa memaafkan perilaku tidak sopannya, manajernya akan melupakannya juga.Sayangnya, Daffa tidak mau membantunya.“Aku tanya apakah yang Tuan Halim katakan itu benar, Maura?” tanya Manajer dengan lantang, menyipitkan matanya pada Maura.“Itu adalah kesalahpahaman, Manajer Ella. Saya tidak tahu Anda memiliki tamu. Mohon maaf atas kelancangan saya!” pinta Maura. Dia menyadari bahwa Daffa tidak akan memaafkannya dan membantunya. Satu-satunya pilihan yang tersisa baginya adalah dengan memohon ampun sendiri.“Jadi itu benar,” ujar Manajer Ella dengan sedih. Tidak heran jika Tuan Bram sangat marah padanya. Sikap yang Maura tunjukkan pada Daffa bukan hanya tidak sopan, tetapi sangat tidak profesional.Dia menghela nafas. Kelihatannya dia terlalu disibukkan oleh aspek-aspek lain kediaman itu sampai dia melu
”Tidak apa-apa, Manajer Ella. Aku harap mulai sekarang kamu lebih memperhatikan pegawaimu supaya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi ke depannya,” kata Daffa dengan santai.Manajer Ella merasa sangat lega ketika dia mendengar pernyataan Daffa.“Tentu, Tuan Halim. Saya jamin hal seperti ini tidak akan terjadi lagi ke depannya!” seru Manajer Ella penuh kesungguhan. Dia bersumpah dalam hatinya untuk mengawasi sikap para pegawainya baik-baik untuk ke depannya. DIa tidak akan membiarkan satu orang pun menodai reputasi Dragon Lord’s Imperial Residence!“Senang mendengarnya, Manajer Ella,” jawab Daffa. “Sekarang karena masalah itu sudah selesai, sepertinya ini waktunya bagimu untuk menuntunku berkeliling, bukan?”“Tentu, Tuan Halim,” jawab manajer itu dengan riang. “Lewat sini, Tuan Halim.”Interior lift itu sama seperti bagian lainnya dari Dragon Lord’s Imperial Residence, mewah sekali. Seluruh bagian dari lift terlihat dibuat dengan bahan yang paling mahal.Setelah beberapa menit,
”Jangan mengkhawatirkan harganya, Tuan Halim. Kami tidak mungkin menarik biaya dari Anda,” jawab Ella dengan sopan dengan senyuman di wajahnya.Daffa menatapnya kebingungan.“Apa maksudnya itu, Manajer Ella?” tanyanya kebingungan.Ella menatap Daffa balik ketika dia mendengar pertanyaannya. Apakah dia benar-benar ingin membayar apartemennya?Tuan Bram memberi tahunya dengan tegas untuk memenuhi semua keinginan tamunya. Tentunya itu juga termasuk biaya apartemennya. Lalu, kenapa Daffa menanyakan harga apartemennya?Tanpa sepengetahuan Ella, Tuan Bram tidak memberi tahu Daffa bahwa Konsorsium Halim memiliki 95% saham dari Dragon Estate, sehingga wajar saja Daffa bersikap begitu. Lagi pula, tidak ada orang waras yang akan memeriksa apartemen yang dia sukai dan tidak menanyakan harganya.“Aku menyukai apartemen ini dan ingin tahu harga apartemennya supaya aku bisa membayarnya. Kenapa kamu memberikan apartemen semahal ini secara cuma-cuma?” tanya Daffa.Daffa berpikir bahwa responsny
”Ini pesanan Anda, Tuan,” kata pelayan itu. Namun, ketika dia menatap Daffa, wajahnya memanas dan pipinya memerah.“Terima kasih,” kata Daffa, membawa meja dengan makanannya ke dalam kamarnya sebelum menutup pintunya.Pelayan itu diam terpaku di depan pintu bahkan setelah Daffa menutupnya. Pipinya mulai memanas ketika dia mengingat wajah Daffa yang sangat tampan, dadanya yang lapang, dan otot perutnya yang terbentuk dengan luar biasa seolah-olah sehabis dipahat oleh pemahat handal.Dia menjerit pelan ketika pikiran-pikiran tidak senonoh terbesit dalam benaknya. Dia menampar dirinya sendiri di pipinya yang sudah memerah sebelum kembali ke dapur hotel. Dia masih harus mengantarkan makanan-makan ke kamar lainnya.----Dua hari telah berlalu sejak Daffa mengunjungi Dragon Estate untuk mencari apartemen baru. Ella memenuhi janjinya, jadi hanya membutuhkan sehari untuk menyelesaikan pemeliharaan apartemennya.Ketika Daffa pindah ke apartemen itu, terlihat berbeda sekali dengan ketika t
”Tuan Muda Halim! Saya sudah sampai bersama dengan mobil-mobil Anda!”Semua orang langsung berhenti berbicara dan melihat ke arah Daffa berdiri.Alis Daffa berkedut ketika dia mendengar namanya. Teriakan Bram benar-benar merusak rencananya untuk tidak membuat kegaduhan dan menghindari perhatian.Dia menghela nafas. Tidak memiliki pilihan lain, dia berbalik ke arah Bram dengan Rolls-Royce-nya dan mulai berjalan ke arahnya.“Tuan Muda Halim, mobil Anda telah tiba,” kata Bram dengan sangat bangga. Malah, dia memang sangat bangga akhirnya telah mengirimkan mobil-mobilnya kepada tuan mudanya. Dia telah berusaha keras untuk memastikan agar hanya bahan-bahan yang terbaik yang digunakan untuk memodifikasi mobil-mobilnya. Dia yakin Daffa akan menyukainya.Daffa, di sisi lain, tidak menyukai situasi itu. Dia bisa merasakan berbagai macam tatapan dari para pengamat ketika dia berjalan ke arah Bram. Akan tetapi, dia mengabaikannya. Walaupun dia tidak menyukai perhatian yang dipicu oleh konvoi
Daffa mengeluarkan ponselnya dari saku dan melihat peneleponnya seraya dia beranjak ke lift. Dia melihat bahwa itu adalah nomor tidak dikenal dan memutuskan untuk mengabaikannya. Dia memutus teleponnya dan naik ke apartemennya.Dia pergi ke ruang santai di apartemennya dan duduk untuk bersantai dengan segelas anggur sangat mahal yang dia ambil dari gudang anggur di apartemennya.Dia menuangkan anggur itu ke gelas kaca dan meminumnya. Dia menghela nafas puas seraya rasa anggur yang luar biasa itu terasa oleh indra pengecapnya.Diam saja selama beberapa saat, dia mengeluarkan ponselnya dan memutuskan untuk melihat pesan-pesan yang belum terbaca. Dia sibuk sekali beberapa hari belakangan, jadi dia tidak memiliki banyak waktu untuk memeriksa pesan-pesan yang dia dapatkan. Ketika dia memeriksanya, ternyata ada banyak pesan yang dia terima.Dia dengan cepat memeriksa pesan-pesannya, tapi malah kecewa ketika membaca isi pesannya.Sebagian besar dari pesan-pesan itu berasal dari teman-tem
Andra: [Daffa Halim? Kamu bercanda, ‘kan? Apa yang orang miskin dan menyedihkan itu bisa donasikan?]Daffa mengerutkan dahi ketika dia membaca pesan itu. Dia sedang sendirian saat itu, menyesap anggur dan mengurus urusannya sendiri. Kenapa namanya dibawa-bawa lagi?Penasaran, dia mengetuk notifikasi pesan dan dialihkan ke ruang obrolan departemennya. Di sana, dia melihat pesan-pesan sebelumnya untuk melihat kenapa namanya diungkit-ungkit.Setelah lima menit, dia telah membaca semua pesan sebelumnya dan selesai membaca pesan terbaru di ruang obrolannya.Daffa berekspresi dingin setelah dia membaca pesan-pesan itu. Seperti biasa, dia sedang dipandang rendah oleh teman-teman sekelasnya.Teman-teman sekelasnya sedang mendiskusikan pesta amal yang akan segera dilaksanakan di ruang obrolan utama. Sebagian besar dari mereka telah memilih pakaian mereka dan siapa yang akan mereka ajak untuk hadir bersama.Itu dapat dipahami. Walaupun Daffa tidak menyukai dan menikmati pesta amal yang per
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt
“Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes
Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it
Daffa menghela napas dengan getir, menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang akan kuubah setelah aku kembali ke kantor. Namun, sebelum kita melakukan itu, kamu harus beristirahat karena kamu harus sehat sepenuhnya untuk membantuku menyelesaikan hal-hal ketika kita kembali ke West Atlantics Int’l. Lagi pula, kamu belum pernah ke sana sebelumnya, jadi bekerja di sana akan membebanimu. Satu-satunya perbedaan mengenai West Atlantics Int’l adalah tidak ada yang akan berani melukaimu di bawah pengawasanku. Kamu aman di sana dan itu lebih baik daripada tempat ini.”“Iya. Tidak akan ada yang berani melukai saya di West Atlantics Int’l karena Anda adalah pemilik perusahaannya. Itu adalah markas Anda,” jawab Briana yang tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan.Kepercayaan penuh itu membuat jantung Daffa berdebar kencang saat itu juga. Setelah dia menyadari detak jantungnya yang menggila, ujung matanya berkerut menatap Briana dengan rasa ingin tahu.Kemudian, dia memalingkan pandangannya d
Pria botak itu lalu merebut ponsel dari tangan Dahlia dan berteriak dengan suara yang memicu rasa takut orang lain.“Sebaiknya tunjukkan dirimu di hadapanku sekarang. Kalau tidak, aku bisa menjamin kamu akan berakhir mengenaskan. Ketahuilah ini—aku lebih bernilai daripada Dahlia. Kuharap kamu cukup pintar untuk tidak meremehkan kekuatan pendapat publik.”Dia mematikan telepon setelah mengatakannya.Sementara itu, alis Daffa berkerut setelah mendengar klik dari ujung telepon lainnya. Segala hal berjalan di luar rencana awal Daffa. Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu sebelum mengembalikan tangannya ke pinggangnya.Di saat yang sama, dia duduk di kursi pengemudi, mengetuk dasbor dengan tangannya yang lain, dan menghela napas.Briana sudah memasuki mobil, wajahnya berkerut dengan kekhawatiran ketika dia melihat raut wajah Daffa.“Tuan, saya adalah ahli bela diri terbangkit. Walaupun saya tidak lebih terampil dari Anda—oh, yah, itu tidak penting ….” Sebelum dia bi