”Apakah benar kamu pernah berpacaran dengan Daffa Halim?”Wajah Sarah langsung mengkerut ketika dia membaca komentar itu, tapi hanya untuk sesaat. Dia sedang siaran langsung jadi dia harus mempertahankan wajah cantik untuk menyenangkan para penggemarnya yang sedang menonton.Kolom komentar langsung membludak ketika mereka melihat pertanyaan itu.“Apa-apaan pertanyaan itu? Tentu saja itu salah!”“Itu tidak benar! Bagaimana bisa dewi kita berpacaran dengan rakyat jelata itu?”“Maksudku, untuk apa menanyakan hal itu?”“Lihatlah dirinya sekarang. Pacarnya Dilan telah membelikannya tas edisi terbatas seharga 90 juta rupiah. Untuk apa dia berpacaran dengan Daffa jika dia bisa dengan mudah berpacaran dengan Dilan?”Sarah tersenyum seraya melihat kolom komentar berdebat dengan satu sama lain. Dia memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Karena mereka telah sibuk sendiri di kolom komentar, yang perlu dia lakukan hanyalah diam saja dan tersenyum.Akan tetapi, ketika Daffa melihat
Dia menimbang-nimbang apakah dia harus menggunakan nama aslinya di akunnya, tapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Dia tidak ingin menarik perhatian yang tidak penting padanya, setidaknya belum.Namun, dia tidak akan membiarkan mereka. Dia akan benar-benar menghancurkan kesempatan mereka untuk bisa berkencan dengan mereka. Bukankah ini masalah uang? Dia punya uang yang melimpah.Berpikir seperti itu, Daffa mengisi ulang akunnya sebanyak 75 miliar rupiah sekaligus. Akunnya langsung naik level menjadi level 99, kurang satu level dari level 100. Namanya terdapat centang verifikasi biru, tanda bahwa pemilik akun sudah mengisi ulang lebih dari 15 miliar rupiah.Daffa tidak peduli jika dia terlalu menghambur-hamburkan uangnya. Platform siaran langsung Groove merupakan bagian dari Konsorsium Halim, sehingga itu berarti dia hanya memperkaya dirinya sendiri.Akhirnya, lima menit yang diberikan untuk mengisi ulang akun mereka telah selesai, sehingga Alya angkat bicara.“Akhirnya lima men
Ada keheningan sesaat lagi ketika notifikasi itu muncul di siaran tersebut.Para penonton tidak bisa memercayai apa yang mereka lihat. Si Tuan.sederhana10 yang misterius baru saja mengirimkan dua semesta berturut-turut untuk Alya. Itu adalah jumlah yang sangat besar, senilai 750 juta rupiah. Itu terlalu mewah!Alya sendiri tidak bisa memercayai apa yang sedang terjadi. Ketika dia memulai kompetisi itu, dia tidak berharap mendapatkan hadiah lebih dari 150 juta rupiah. Dia sudah cukup puas dengan semua hadiah yang dia terima, tapi penggemar misterius ini malah mengirimkannya dua hadiah super berturut-turut.Bukan hanya Alya yang merasa terkejut. Ketiga wanita di siaran itu termasuk Sarah benar-benar terkejut melihatnya. Mereka tidak menyangka Alya memiliki penggemar sekaya itu!Pemberitahuan yang mengikuti hadiah super itu menarik lebih banyak penonton ke siaran Alya. Banyak orang yang merapat ke siaran Alya hanya untuk satu alasan. Kehadiran akun yang terverifikasi sudah cukup untuk
“Alya. Aku mau kencan dengan Alya.”Semua orang terkejut ketika mereka mendengar pilihannya, tapi hanya untuk beberapa saat. Ketika mereka memikirkannya, hal itu wajar saja. Lagi pula, Sarah sudah berpacaran dengan salah satu pria terkaya di kampus dan walaupun dia sangat cantik, Alya juga tidak terlalu buruk.Wajah Sarah mengkerut ketika dia melihat pilihan Tuan.sederhana10. Fakta bahwa orang itu lebih memilih Alya daripada dia membuatnya sangat kesal, tapi sedetik setelahnya wajahnya kembali semula, tersenyum dengan cantik.Alya menari kecil di dalam hatinya. Dia dipilih untuk diajak kencan oleh penggemar yang kaya itu! Rasanya masih seperti mimpi baginya bahwa dia telah dihadiahi 75 miliar rupiah oleh satu orang, dan sekarang orang itu memutuskan untuk berkencan dengannya.Alya merupakan seseorang yang menolak untuk berpacaran sebelumnya, tapi dia tidak masalah berkencan dengan orang yang jelas-jelas amat sangat kaya raya itu. Dia tidak sabar untuk bertemu dengannya secara langs
Dia kira itu dari Daffa. Namun, ternyata itu adalah salah satu penyiar teratas di Groove.Dia mendengus ketika dia membaca isi pesan itu. Intinya, mereka memintanya untuk melakukan siaran bersama dengannya dengan harapan bisa menarik penggemar kaya rayanya yang baru dia dapatkan supaya dia memberi mereka hadiah lagi.Tanpa ragu-ragu sedikit pun, dia menolak penawaran mereka. Dia mulai melakukan siaran untuk menghidupi dirinya dan adik laki-lakinya, satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Sekarang, karena dia telah mendapatkan 75 miliar dari siaran itu, tidak ada lagi alasan baginya untuk menuruti permintaan mereka.------Keesokan harinya, Daffa bangun lebih siang dari biasanya. Dia melihat ke sekitar kamarnya dan mendapati bahwa kamarnya kosong lagi. Dia tertawa ketika melihatnya. Teman-temannya ternyata memutuskan untuk menghadiri kelas seperti mahasiswa biasa.Dia meraih ponselnya untuk memeriksa apakah ada lagi pesan
Daffa mengangguk dan duduk dengan nyaman di kursi belakang taksi tersebut. Dia akhirnya mulai mencari apartemen baru.Daffa mendapati dirinya melewati beberapa gedung mewah di perjalanan. Daffa tidak pernah pergi ke daerah kota itu sebelumnya, jadi dia terkejut oleh kemegahan bangunan-bangunan itu.Akhirnya setelah melakukan perjalanan selama lebih dari 45 menit, taksi itu berhenti di depan gerbang yang sangat mewah. Daffa menunggu beberapa detik sebelum supirnya bergerak maju, tapi tidak ada tanda-tanda pergerakan dari supir tersebut. Kebingungan, Daffa memutuskan untuk bertanya apa permasalahannya.“Permisi, apakah tidak bisa maju lagi? Atau apakah ada alasan mengapa kita berhenti di sini?” tanya Daffa.Ketika dia mendengar pertanyaan Daffa, supir yang merupakan laki-laki paruh baya itu menggeleng kepala pelan. Sepertinya firasatnya memang benar. Penumpangnya jelas-jelas tidak tahu bagaimana peraturan di Dragon Estate.“Mohon maaf, Tuan, tapi saya tidak bisa pergi lebih jauh dar
Daffa tidak mendengar percakapan antara kedua penjaga keamanan itu. Dia malah sibuk terpukau dengan kemewahan dan kemegahan tempat itu.Seluruh wilayah tersebut dipenuhi oleh toko-toko megah dan beberapa gedung tinggi. Banyak sedan-sedan mahal dan mobil-mobil sport melewati jalanan. Toko-toko itu terlihat lebih unggul daripada toko-toko di luar wilayah itu. Daffa tidak tahu ada tempat semegah seperti itu di sini. Rasanya seperti mimpi baginya.Dalam keadaan terkagum-kagum, dia lupa bahwa Bram tidak pernah memberikannya tempat spesifik untuk dikunjungi. Dia baru menyadarinya setelah beberapa lama bahwa Bram hanya menyebutkan Dragon Estate dan seorang manajer.Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bram. Ponsel itu bahkan tidak sampai berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Halo, Tuan Muda Halim. Apakah ada masalah?” tanya Bram dengan sangat sopan.“Hm. Aku sudah di Dragon Estate sekarang dan aku baru ingat kamu hanya menyebutkan Estate-nya dan seorang manajer. Ada b
Resepsionis itu menatap Daffa dengan penuh hina. Dia tidak mengerti apa yang sedang orang itu coba lakukan. Apakah dia berniat menggunakan ponselnya dan menelepon seseorang untuk menunjukkan kekuasaannya?Daffa menyadari tatapan penuh hinanya tanpa mengindahkannya. Ponselnya hanya berdering sekali sebelum Bram mengangkat teleponnya.“Tuan Muda Halim! Apakah semuanya baik-baik saja, Tuan Muda?!” tanya Bram penuh kecemasan.“Iya. Semuanya baik-baik saja,” jawab Daffa dengan nada yang menenangkan.Bram menghela nafas di ujung telepon. Tuan Mudanya baik-baik saja.“Jika semuanya baik-baik saja, kenapa Anda menelepon, Tuan Muda Halim?” tanya Bram, terdengar kebingungan.“Hm. Aku sudah tiba di Dragon Lord’s Imperial Residence, tapi resepsionisnya menolak untuk mempertemukanku dengan manajernya. Bisakah kamu beri tahu manajernya kalau aku sudah menunggu di lobi?” tanya Daffa dengan riang, tatapannya terpaku pada resepsionis seraya dia berbicara.“Beraninya dia?! Manajernya akan segera
“Keluarga Sanjaya memarkirkan mobil mereka di depan kami dan memohon bantuan kami. Kami berpikir kami bisa berusaha membantu mereka karena mereka adalah anggota keluarga Puspa. Itulah sebabnya kami memakan waktu yang lebih lama untuk kembali.”Setelah mendengarkan penjelasan Briana, otot-otot Daffa yang sebelumnya tegang menjadi relaks. Dia menegakkan punggungnya dan meregangkan tubuhnya sambil memberi instruksi dengan dingin, “Erin, beri tahu mereka mengenai kejadian yang terjadi ketika mereka sedang tidak ada dan alasan kenapa aku pergi ke luar sekarang.”“Tuan Halim sedang menuju Keluarga Sanjaya sekarang.” Raut wajah bersimpati terpampang di wajah Erin seraya dia menghadap kedua pengawal itu. Kemudian, Erin melangkah lebih dekat dan memberi tahu mereka tentang segala hal yang telah dia pelajari sebelumnya.Kepala Edward dan Briana langsung mendongak ketika mereka mendengar bagaimana Keluarga Sanjaya telah melacak Ansel hanya karena penolakan Daffa. Mata membelalak terkejut, mere
Itu sudah cukup untuk menghentikan napas Camilla selamanya.Kate berdiri di atas puing-puing dan melihat semua itu terjadi. Dia membuka mulutnya, tapi tidak lama menutupnya lagi. Kate memejamkan matanya rapat-rapat, tidak tahan melihat kejadian mengerikan itu, tapi dia tidak menyuarakan ketidaknyamanannya karena dia tidak berhak untuk angkat bicara.Meletakkan kedua tangan di balik punggungnya, dia pada akhirnya membuka matanya untuk memandang tanah. Napasnya menjadi kian dalam dan hening seiring waktu berlalu.…Di sisi lain, Daffa akhirnya sudah kembali ke hotel. Meskipun rasanya seperti banyak hal telah terjadi, kejadian-kejadian itu hanya memakan sedikit waktunya. Namun, gelombang rasa lelah yang besar mengenainya dan dia tidak memiliki energi untuk mengolah kemampuannya setelah kembali ke hotel.Yang dia ingin lakukan hanyalah berbaring di ranjang. Pada saat itu, dia tidak peduli sama sekali tentang urusan perusahaan. Memejamkan matanya, Daffa bernapas dengan lebih dalam dan
“Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny
Daffa memejamkan matanya rapat-rapat, menyembunyikan seberapa besar penderitaan yang dia rasakan di dalam. Dia bisa saja lebih memperhatikan gas hitam yang menyelinap melewatinya. Alih-alih, satu hal yang Daffa bisa lakukan adalah menjaga penghalang itu dengan lebih baik dan mencegah lebih banyak gas hitam melarikan diri.Pikiran berhamburan dari setiap sudut benaknya saat dia memikirkan cara untuk menjadi lebih efisien.Saat itulah suara Teivel terdengar. “Daffa, aku membutuhkan bantuanmu seperti sebelumnya. Jika kamu tidak mau kita kembali lagi ke awal—harus terus-menerus memburu pria tua berjubah hitam itu—dan jika kamu tidak mau diburu oleh pria tua itu, tenangkan dirimu dan bersihkan pikiranmu sekarang juga!”Itu adalah pertama kalinya Daffa mendengar Teivel berbicara dengan nada yang mendesak. Daffa mengernyit dan menyadari dia tidak pernah mengalami emosi yang berkedip dan gejolak batin sebelumnya. Daffa selalu tegas dan fokus, mau dia kaya ataupun miskin.Demikian pula, dia
Teivel berbicara dengan suara yang serak tapi puas. “Pria tua itu belum pernah bisa melepaskan kekuatan penuhnya. Dia belum pernah bisa dan masih tidak bisa mengalahkanku meskipun aku sudah menjadi lemah dan tidak dapat lagi menggunakan kekuatanku seperti dulu. Lagi pula, kekuatannya sekarang lebih lemah daripada kekuatanku.”Daffa mengangkat sebelah alisnya terkesan. Dia menoleh ke arah Teivel lagi dan bertanya, “Yah, karena dia telah mengubah dirinya menjadi kabut hitam ini, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Wajah menggelap dengan muram, Teivel menjawab, “Bukankah kamu sudah tidak sabar untuk bertanya padaku tentang mantranya? Aku bisa memberitahumu tentang itu sekarang. Ketika kamu dan Yarlin Weis berbincang di dalam ruang kurungan di balik tembok batangan emas itu, energi yang kamu lepaskan—yang mirip seperti lapisan air—adalah sebuah penghalang bermantra.”Daffa mengangguk, tatapan fokusnya tertuju pada Teivel tanpa berpindah sekali pun.“Aku terkesan kamu sudah menguasai
“Kamu membuang-buang energimu untuk pikiran-pikiran yang tidak perlu sekarang.” Teivel menekan pundak Daffa, menambahkan, “Aku seharusnya sudah mati sejak lama. Akan tetapi, ajaibnya, kesadaranku tetap ada di dalam buku ini. Maka dari itu, pertemuan kita itu tidak normal dan seharusnya tidak pernah terjadi.”Teivel tidak lagi berbicara. Dia menurunkan tangannya, menyaksikan gas hitam menguap, lalu melihat ke depan ke arah larinya pria tua berjubah hitam itu.Dengan tatapan datar pada Daffa, Teivel berkata, “Kita harus mengejarnya dan membunuhnya sekarang juga—dia selalu terlibat dalam semua penderitaan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa dia merencanakan benih pertama dari banyak tragedi ini. Jika dia kabur, dia bisa menyamar menjadi siapa pun dan terus melakukan hal-hal buruk. Kita tidak akan ada di sekitar untuk menghentikan dia. Meskipun kamu dan aku adalah ahli bela diri terbangkit dan memiliki jangka hidup yang lebih panjang dibandingkan sebagian besar orang, kita tetap
Daffa menghirup bau lebih banyak darah dari retakan itu. Itu mengirimkan sensasi mengerikan di tenggorokannya dan dia ingin muntah. Daffa terus membuka matanya, tidak ingin melewatkan apa yang telah terjadi.Namun, dia langsung mengernyit, terkejut oleh kolam darah tak berujung dan tumpukan-tumpukan mayat yang tinggi. Saat penghalang hitam itu perlahan lenyap, mayat-mayat itu berhamburan ke luar seperti air yang mengalir deras dari bendungan yang bocor.Bibir berkedut, Daffa tidak dapat menerima pemandangan mengerikan dan tidak adil di hadapannya. Napasnya menjadi cepat dan benaknya penuh oleh amarah membunuh.Saat itu, Teivel angkat bicara. Satu-satunya yang berubah adalah kali ini suaranya terdengar dari hadapan Daffa. Teivel membentak, “Daffa, mayat-mayat itu adalah orang-orang berjubah hitam. Kamu mungkin merasa kasihan pada mereka sekarang, tapi pada akhirnya kamu akan mengetahui bahwa mereka tidak pantas menerima ibamu.”Teivel berbicara dengan suara yang tegang dan hampir ma
“Meskipun begitu, kamu cukup berani untuk mengetes batasanku pada saat ini,” ujar Daffa, hidungnya berkerut dengan meremehkan.Pria tua itu membeku yang terasa lama sekali. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya sambil melangkah mundur.Daffa yakin pria itu pasti akan langsung berlutut untuk memohon ampun jika pria itu tidak berusaha kabur. Maka, pandangannya tertuju pada pria itu dengan ragu. “Apa yang kamu coba lakukan?”Bertemu pandang dengan Daffa, pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya saja orang-orang itu telah menelantarkan aku, jadi ….”“Jadi, kamu berniat membuatku mengejar mereka dan membunuh mereka,” jawab Daffa yang mengerutkan alisnya.Pria itu mengangguk.“Apakah kamu yakin?” tanya Daffa, matanya sedikit membelalak. “Kamu merasa puas meskipun kamu akan tetap mati nantinya?”Tanpa ragu, pria tua itu mengangguk.Seringai lebar merekah di wajah Daffa pada saat itu. Dia tahu pria itu tidak memiliki niat ter
Edward mengedipkan matanya, matanya tertuju pada Daffa dan fokus. Lalu, bibirnya mulai gemetar saat dia berkata, “Tuan Halim, saya tidak menyangka bisa melihat Anda lagi.”Daffa memutar bola matanya. “Maksudmu, kamu akan mati atau apakah kamu takut aku akan mati?”Edward terhuyung, lalu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang saya maksud, Tuan.”Daffa tersenyum. “Aku tahu itu, tentu saja. Aku hanya merasa caramu mengatakannya lucu.” Mereka saling bertatapan dan melihat kelegaan di mata satu sama lain. Briana masih berdiri di atas tumpukan puing seraya dia mengamati mereka berdua berbincang di samping tornado. Briana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.Kemudian, dia menangkupkan kedua tangannya di sekitar mulutnya, menyalurkan kekuatan jiwanya ke tenggorokannya, dan berkata dengan lantang, “Ayo turun! Tuan Halim, mentor Anda dan pria tua itu telah pergi. Kita harus mengejar mereka.”Daffa mengernyit. Dia pikir Teivel dan pria tua itu telah berpindah ke tempat lain, mirip