Share

Bab 15

Author: Benjamin
”Ini! Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Gary dengan nada yang rendah dan kebingungan. Dia benar-benar terkejut.

“Apakah ada masalah?” tanya Daffa, sedikit mengernyit.

Sarah dan Dilan, juga Dana dan pengamat lainnya kebingungan melihat perubahan sikap Gary yang tiba-tiba. Mereka sudah yakin sekali dia akan mengusir Daffa keluar setelah mengungkap bahwa dia adalah pembohong dan hanya berpura-pura, tapi bukan itu yang terjadi.

Gary tidak bisa menahan diri untuk memperhatikan Daffa dari kepala hingga ujung kakinya, tapi tetap menggelengkan kepalanya. Dia sudah menjadi manajer dari toko ini selama beberapa tahun, jadi tentu saja mudah baginya untuk mengenali bahwa kartu tersebut bukanlah kartu biasa.

Sekilas, dia bisa tahu kalau kartu itu adalah kartu yang dikustomisasi dan dibuat secara eksklusif untuk kepala dari perusahaan atau bisnis terkemuka. Namun, penampilan pria di depannya ini tidak sesuai dengan bayangannya. Dia benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang memiliki k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sukri Jhy
lanjut ceritanya asik
goodnovel comment avatar
Syamsul Mustofa
ceritanya bagus . aku suka membacanya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 16

    Daffa melangkah keluar toko dengan bahagia. Dia merasa puas sekali setelah kejadian kecil yang terjadi di toko itu. Dia berjalan beberapa menit dengan tas-tas belanja di tangannya sebelum berhenti.Perut Daffa keroncongan, mengingatkan dia bahwa dia belum makan apa pun. Dia ingin makan di Hotel Sky Golden, tapi dia membawa banyak tas belanja. Membawa-bawa semua tas belanja itu ke hotel akan merepotkan. Lagi pula, dia harus mengganti pakaiannya atau bisa-bisa dia tidak diperbolehkan masuk.Daffa memanggil taksi dan menaikinya. Dia memutuskan untuk menaruh pakaian-pakaian barunya dulu di asrama sebelum pergi ke hotel untuk makan.Tidak ada kejadian menarik selama perjalanan pulangnya. Selain beberapa lirikan dan gosip dari mahasiswa lainnya, tidak ada yang berbeda dari biasanya. Dia memasuki kamar asramanya dan mendapati ruangan itu masih kosong. Walaupun sudah dua jam berlalu sejak dia pergi ke mal, teman-temannya belum pulang dari kampus.Daffa meletakkan tas-tas belanja dengan rap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 17

    Tiga wanita cantik yang memasuki tempat itu terlihat sangat familier bagi Daffa, terutama wanita yang di tengah, yang membuatnya bertanya-tanya di mana dia pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia masih menatap wanita itu lekat-lekat ketika wanita itu menyadari seseorang sedang menatapnya.Dia menyadari seseorang sedang menatapnya, tapi dia mengabaikannya karena dia memang sangat menawan, tapi ketika dia melihat Daffa, dia mengenali wajahnya, tapi tidak ingat di mana pernah bertemu dengannya.Melihat mejanya yang dipenuhi makanan mewah sekilas saja menunjukkan bahwa orang itu mungkin sangat kaya, karena untuk bisa makan disini memerlukan kartu keanggotaan. Yang paling murah saja harganya 1,5 miliar rupiah yang berarti dia setidaknya memiliki 1,5 miliar untuk dihambur-hamburkan pada makanan.“Jihan, sedang melihat apa? Ayo.” Hera, salah satu wanita yang menemaninya angkat bicara.Jihan mengangguk pelan dan berusaha merekam wajah Daffa di benaknya sebelum pergi. Karena dia lahir di k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 18

    Lelaki itu menatap Daffa dengan ekspresi murka. Dia tidak percaya keberuntungannya saat itu.Pertama, wanita jalang tak bernama telah menginjak sepatunya dan ketika dia sedang memberinya pelajaran, orang bodoh lainnya datang untuk bersikap bak pahlawan. Apakah dia cari mati?Dia ingin menepis genggaman tangan orang asing itu, tapi genggamannya terlalu kuat.“Aku tidak tahu kamu siapa, tapi aku sarankan kamu melepaskan tanganku sekarang juga. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu,” kata lelaki itu dengan marah.Orang-orang di kerumunan itu menyaksikan kejadian itu dengan nafas yang tertahan. Mereka mengira perempuan itu akan dihabisi oleh lelaki itu karena telah menyinggungnya, tapi mereka tidak menyangka akan ada orang lain yang maju untuk menolong wanita itu.Perempuan itu pun merasa terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka seseorang akan membelanya. Dia mengira dia sudah tamat, tapi sepertinya sekarang tidak akan begitu.“Aku tidak akan melepaskannya kecuali kamu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 19

    Lelaki itu menatap Daffa selama beberapa saat sebelum tertawa terbahak-bahak. Daffa terdiam saja menatap lelaki itu tertawa selama beberapa detik. Ketika lelaki itu selesai tertawa, dia mengusap air mata bohongan dari ujung matanya sebelum berbicara.“Apa? Kamu ingin membayarkan sepatunya?” tanya lelaki itu.Daffa diam saja dan hanya menatap lelaki itu, menunjukkan seberapa seriusnya dia.“Kamu pasti bercanda. Bagaimana bisa kamu membayarkan sepatunya sementara kamu saja tidak bisa membeli sepatu yang bagus?” tanya lelaki itu dengan nada yang menghina.Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka pada sepatu Daffa. Ketika mereka melihat sepatunya yang lusuh, bisikan dan gosip meledak lagi.“Dia menanyakan harga sepatu koleksi edisi terbatas sementara dia sendiri tidak bisa membeli sepatu bagus?”“Aku tidak bisa percaya. Keangkuhan macam apa itu?”“Dia pasti ingin membuat perempuan itu terpesona. Lagi pula, lihatlah bajunya, sederhana sekali.”Perempuan yang menginjak sepat

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 20

    Dia berbalik dan mendapati perempuan yang telah dia selamatkan.Dia memperhatikan perempuan itu lebih seksama dan merasa bahwa dia sangat cantik. Badannya tinggi, walaupun tidak setinggi dia, mungkin sekitar 180cm, dengan kulit cerah dan rambut hitam legam. Dia juga memiliki perawakan bak jam pasir yang sedikit tertutupi pakaiannya yang jelek.Perempuan itu menatap Daffa balik, lalu kembali menatap kakinya. Dia terlalu takut untuk angkat bicara, tapi dia tidak ingin membiarkan Daffa pergi begitu saja. Dia telah membayarkan uang sebanyak 9,15 miliar rupiah demi dirinya. Walaupun baginya itu tampaknya seperti bukan apa-apa karena seberapa kayanya dia, baginya itu adalah sesuatu yang sangat mengharukan.Setelah gelisah selama beberapa saat, dia akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.“Halo,” gumamnya, suaranya sangat lembut.Daffa tidak menjawab dan terus memandanginya, menunggunya untuk lanjut berbicara. Ketika dia melihat Daffa tidak menjawabnya, dia akhirnya kembali memberanik

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 21

    Daffa bangun keesokan harinya lebih pagi daripada teman-temannya. Seperti yang dia kira, mereka sehabis pergi dari klub malam dan pulang ketika hari sudah sangat larut. Itu bukan bagian yang terburuk. Bukan hanya pulang sangat larut, tapi mereka juga pulang dengan keadaan mabuk berat. Sepertinya mereka tidak ada kelas hari ini, karena itu mereka bisa tidur seperti itu dengan santai.Daffa bergegas mandi dan memakai baju dan sepatu barunya. Dia sekarang terlihat benar-benar berbeda dengan dirinya yang dulu ketika dia menghadiri kelas-kelas. Dia melirik teman-temannya sebelum menggelengkan kepalanya dan meninggalkan kamarnya.Daffa belum punya mobil, dia memutuskan untuk jalan ke tempat perkuliahannya. Selama dia berjalan, beberapa mobil mahal melewati dia termasuk Ferrari, Audi, Mercedes, dan beberapa sedan ramping. Dia tidak menggubrisnya. Sekarang dia sudah punya dua mobil super. Yang dia perlu lakukan hanyalah menunggu Bram mengirimkannya, lalu dia akan mengendarai mobil mahalnya u

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 22

    Karena semua orang tahu bahwa pesta amal selalu dilakukan dengan cara yang sama, mereka semua tertarik untuk mempelajari ada perubahan baru apa pada metode yang lama.“Aku tidak akan menghabiskan waktu kalian untuk ini karena aku yakin kalian semua penasaran,” kata profesor itu ketika dia menyadari tatapan penasaran para mahasiswanya.“Pesta amal tahun ini akan menjadi acara gabungan Universitas Praharsa, Universitas Andhira, dan Universitas Abinawa.”Pesta amal akan menjadi acara gabungan Universitas Praharsa, Universitas Andhira, dan Universitas Abinawa?Semua orang terkesiap ketika mereka mendengar pemberitahuan dari profesor itu.Tiga universitas yang bekerja sama untuk acara itu semuanya merupakan universitas ternama di daerah itu. Mereka semua memiliki mahasiswa terbaik di universitas mereka dan tentu saja sebagian besar dari mahasiswa mereka dari keluarga orang kaya.Daffa merengut ketika dia mendengar berita ini. Dia masih belum bisa melupakan kejadian yang terjadi di pes

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 23

    ”Dasar mesum!”Daffa memegangi pipinya dengan tangan kanannya. Dia menatap wanita itu yang telah menamparnya dan akhirnya baru bisa melihat wanita itu dengan benar.Cantik bukan merupakan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.Dia memiliki surai hitam yang panjang dan mengkilap dengan kilauan yang menawan. Matanya berwarna cokelat indah dan bibirnya berwarna merah muda cantik. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa menawannya wanita itu. Wajahnya sempurna tanpa cela.Dia tidak setinggi Daffa, tapi dia tetap tinggi. Untuk ukuran perempuan, tubuhnya yang mencapai 185cm sangatlah tinggi.Daffa mengalihkan pandangannya pada bajunya yang tembus pandang, memandangi dadanya yang besar dan bulatan merah muda yang terlihat olehnya.Daffa hanya perlu melihatnya sekali untuk menyadari bahwa dia lebih menawan dibandingkan mantan pacarnya. Dia jauh lebih cantik dibandingkan Sarah dengan tubuh jam pasirnya dan kulit yang cerah.Daffa akhirnya memandangi wajah wanita itu, tapi y

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 538

    Isabella menunjuk Daffa dengan jari yang gemetar, tapi lengan itu tidak lama jatuh ke sisi. Mata di sisi tubuh Edward yang berada di bawah kendali Isabella membelalak terkejut. Ujung bibirnya berkedut, tapi dia tidak dapat bersuara.Daffa menyadari hal ini dan mengangkat sebelah alisnya. Dia mengangkat kedua lengannya lagi dan menyelimuti Edward dengan kekuatan jiwanya. Dia awalnya berniat untuk membantu Edward menyerang Isabella, tapi dia tidak dapat menemukan Isabella secara akurat dengan mata yang terbuka.Di sisi lain, Isabella bisa melihat kekuatan jiwa Daffa dan dengan mudah menghindarinya, yang berarti Daffa bisa menyakiti Edward kapan pun. Karena itu, itu bukanlah cara yang tepat untuk menangani hal ini. Namun, Daffa dapat mendorong Edward dan membantunya mengalahkan Isabella dengan menyelimuti Edward dengan kekuatan jiwanya.Ada poin plus dari cara ini. Jika Isabella mengambil kesempatan ini untuk menyerap kekuatan jiwanya, itu akan melukainya alih-alih memberikan dirinya d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 537

    “Kamu melakukan hal yang bodoh dengan memandangku dengan tatapan polos seperti itu.” Daffa menatap Edward dengan tatapan menghina. Tatapan mata Edward perlahan berubah setelah mendengarnya. Memang benar setengah dari tatapan itu dimiliki oleh Edward yang sebenarnya, tapi separuh yang lainnya membuat kulit merinding.Ketika dia membuka mulutnya, suaranya serak. “Aku terkejut kamu berhasil mengetahui bahwa aku bukanlah Edward yang sesungguhnya. Itu bukanlah sesuatu yang akan terbesit di pikiran orang biasa, tapi kamu langsung terpikirkan hal itu.”Isabella tiba-tiba tersenyum, membuat wajah Edward terlihat mengerikan. Dia hanya dapat mengendalikan separuh tubuh Edward dan menarik separuh tubuhnya yang lain ke depan. Daffa menaikkan sebelah alisnya ketika dia melihatnya dan berdiri menghalangi jalan Edward dengan tangan di balik punggungnya.Daffa terlihat tenang, tapi tangannya mengkhianatinya karena dia mengetukkan jarinya di tangan yang lain. Isabella tidak dapat melihat ini. Yang d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 536

    Karena nalurinya memberitahunya bahwa ada yang aneh, itu berarti kematian Isabella bukan karena sebab alamiah. Namun, itu cukup sederhana untuk melihat apakah dia sungguh mati atau tidak. Senyuman terukir di wajah Daffa seraya dia berjalan menghampiri Sierra Stevan Sutyastomo yang napasnya hampir tidak dapat terdeteksi.Daffa menaikkan sebelah alisnya. Sekarang, dia tahu kenapa Isabella lemah sekali sebelumnya meskipun dia hanya sedikit lebih lemah dibandingkan dengannya. Sebagai ahli bela diri terbangkit, tidak mungkin dia mengalami luka-luka serius seperti itu karena satu teriakan, tapi sekarang tampaknya dia telah mengorbankan dirinya sendiri untuk melindungi Sierra.Daffa menaikkan sebelah alisnya lagi. Kesimpulan ini tampak menggelikan, tapi itu adalah satu-satunya yang dapat terpikirkan olehnya. Apa pun kenyataannya, itu tidak akan mengubah hasilnya—Isabella bukanlah orang yang manusiawi dengan hati nurani.Isabella pasti memiliki alasannya sendiri untuk melindungi Sierra. Mun

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 535

    Pemandangan di hadapan Daffa membuatnya sangat tidak nyaman, tapi dia memaksakan dirinya untuk mulai bergerak lagi. Kali ini, dia beranjak ke arah reruntuhan yang dulunya merupakan markas Grup Sierra.Dia bisa merasakan keberadaan Isabella di sana. Napas wanita itu hampir tidak dapat terdeteksi, tapi itu membuktikan bahwa dia masih hidup. Daffa ingin menggoyangkannya untuk membangunkannya dan mengetahui apa yang telah terjadi dalam sepersekian detik rasa sakit itu.Seraya dia menghampiri reruntuhan itu, dia melihat sesuatu yang membuatnya mengangkat sebelah alisnya karena terkejut. Isabella terbaring di tanah dan di pelukannya tergeletak seorang pria yang terlihat jauh lebih tua dari Isabella. Dia mungkin cukup tua untuk menjadi kakek Isabella. Akan tetapi, yang lebih mengejutkan adalah bahwa Daffa mengenalinya.Dia adalah penemu Grup Sierra, Sierra Stevan Sutyastomo, dan orang yang sebenarnya Daffa incar. Ternyata, dia adalah orang yang amat sangat tidak penting.Daffa mengamati m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 534

    Dia tidak pernah sekali pun mengalami kekuatan jiwanya terpengaruh oleh faktor eksternal dan itu membuatnya bingung. Isabella terus memperhatikan Daffa seraya dia mengamati setiap pergerakannya. Dia tidak mau percaya kalau semua serangannya sempurna. Pasti ada titik lemah di suatu tempat.Namun, ketika dia merasa dia akan menemukan sesuatu, hal lain menarik perhatiannya. Seseorang sedang menghampirinya dari belakang selagi dia menghadapi Daffa.Isabella terhimpit di tengah-tengah mereka. Jika dia tidak bisa menghindar, dia akan mati dengan mengenaskan. Tekanan yang Daffa kerahkan padanya akan mengubahnya menjadi bubur, mirip seperti apa yang telah Isabella lakukan pada korban-korbannya di masa lalu.Isabella mengangkat kedua lengannya, mengarahkan satu telapak tangan ke arah Daffa dan telapak tangannya yang lain ke arah orang di belakangnya, lalu melepaskan kekuatan jiwanya. Seketika, dia merasa napasnya kembali menjadi normal dan tenang. Dia mencibir dan menatap Daffa dengan menghi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 533

    Daffa melompat ke udara tepat ketika Isabella melancarkan serangannya, jadi itu tidak mengenainya. Dia memandang ke bawah dan melihat pusaran hitam di tempat dia berdiri satu detik sebelumnya. Segala hal dalam sekian radius dari pusaran itu tersedot ke dalamnya.Bibir Edward berkedut ketika dia melihatnya dan dia langsung bergerak menjauh. Dia tidak bisa menjamin keselamatan dirinya sendiri, tapi dia yakin jika dia terkena pusaran itu, dia akan langsung kehilangan nyawanya.Seraya dia mencoba memikirkan cara untuk menangani Isabella, dia tanpa sadar bergidik karena suhu di sekitarnya tiba-tiba menurun. Itu bukan karena perubahan cuaca. Seseorang telah mendaratkan tatapan matanya pada dirinya. Edward mengernyit dan menoleh ke arah sumber tatapan mata itu, membawanya ke wajah Isabella yang tersenyum.Entah kenapa, dia tiba-tiba tidak merasa kedinginan lagi. Sebaliknya, kehangatan mengisi dirinya, membuatnya bingung. Baru saja satu detik sebelumnya dia merasa Isabella lebih menakutkan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 532

    Edward menoleh untuk menatap Isabella sambil tersenyum, tapi yang bisa Isabella rasakan hanyalah penghinaannya. Isabella mendengus dan memejamkan matanya, seketika membuat Edward merasa berkepala jernih. Sekarang, dia tahu kenapa Daffa ingin dia yang menanyakan pertanyaannya.Edward berkata, “Tuan Halim, dia tampaknya lebih kuat daripada Damar Maru, tapi Anda berhasil mengalahkan Damar hanya dengan satu jentikan jari. Malah, dia tidak keberatan Anda merekam video dirinya. Kita bahkan tidak berkeringat ketika menangani mereka.”Isabella membuka matanya dan menatap mereka dengan curiga. Daffa memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengangkat bahunya. “Mungkin itu karena Damar tahu batasannya.” Dia menatap Isabella, melangkah mundur, dan memiringkan kepalanya. “Edward, bagaimana kalau kamu kirimkan video itu pada Nona Bramadya? Mungkin dia akan mempelajari satu atau dua hal dari video itu.”Daffa terdengar tenang, tapi Isabella memucat. Dia sekarang memercayai segala hal yang Daffa kat

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 531

    Apa pun jawaban terhadap pertanyaan Daffa, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa dia sekarang sedang menghadapi orang ini. Dia menatap wanita itu dengan dingin dan bertanya, “Apakah kamu bagian dari organisasi ini?”Wanita itu tersenyum dengan lembut. “Itu adalah pertanyaan yang menarik. Apakah kamu sudah lupa apa nama organisasi ini? Ataukah kamu hanya tidak mau repot-repot memeriksa latar belakangnya?” Suaranya manis dan merdu dan senyumannya menarik perhatian Edward.Daffa bahkan tidak mengedip. Dia menatap wanita itu dengan tatapan meremehkan dan berkata, “Kamu tidak sadar betapa konyol dirimu kedengarannya, ya? Pokoknya, kamu sudah mencoba dan gagal untuk menjebakku dengan cara itu. Kenapa kamu cukup bodoh untuk mencobanya lagi?” Dia tersenyum mengejek.Ekspresi wanita itu berubah dan dia memaksakan dirinya untuk berbicara melalui gertakan giginya, “Daffa Halim, aku tahu kamu kuat, tapi kesombonganmu akan menjadi penyebab dari kejatuhanmu!” Dia menatap Daffa dengan tatapan me

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 530

    “Tidak pernah terbesit di pikiran dia bahwa seseorang akan dapat mengalahkannya.” Seraya Daffa berbicara, dia berjalan ke arah sofa yang Damar duduki sebelumnya. Ada dua boks di atas meja kopi di hadapannya.Edward mengikutinya, mulutnya menganga terkejut. Setelah menghabiskan waktu yang lama sekali di sisi Daffa, dia telah cukup memahami bagaimana Daffa bekerja dan dia tidak berpikir Daffa akan menghancurkan Grup Maru hanya untuk melindungi Kota Almiron.Edward bertanya dengan suara yang kecil, “Tuan, apakah Anda mengenal Damar di masa lalu?” Kemudian, dia kembali menyusut dan memandang Daffa dengan gugup.Daffa memandang ke luar jendela. Seketika, Edward merasa benak Daffa berjarak amat sangat jauh darinya. Perasaan itu tidak menghilang bahkan ketika Daffa berbicara. “Sebelum aku kembali ke Keluarga Halim, aku adalah yatim piatu miskin yang harus melakukan pekerjaan-pekerjaan aneh untuk melanjutkan pendidikanku. Aku selalu percaya bahkan orang miskin pun pantas untuk dicintai dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status