Share

Bab 10

Author: Benjamin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Daffa masih mengingat-ingat hubungannya dengan Sarah ketika kakeknya angkat bicara lagi.

“Daffa, kamu belum punya mobil, ‘kan?” tanya kakeknya.

Daffa tidak menjawab, tapi ujung mata-matanya berkedut marah. Tentu saja dia tidak memiliki mobil! Bagaimana bisa dia membeli sebuah mobil ketika dia semiskin tikus gereja?!

Jauhar Halim tersenyum hangat ketika dia melihat alis cucunya berkedut. Itu mengingatkannya pada anaknya. Anaknya Tristan Halim juga selalu mengedutkan alisnya ketika dia merasa kesal.

“Yah, itu sebuah masalah. Kamu harus hidup seperti seorang Halim sekarang. Bram, bawa dia ke garasi dan biarkan dia memilih dua mobil yang dia inginkan. Modifikasi mobilnya sesuai seleranya dan kirimkan padanya sesegera mungkin,” perintah Jauhar dengan berwibawa.

“Baik, Tuan Jauhar,” jawab Bram, membungkukkan badannya. Dia berbalik ke Daffa yang mulutnya menganga seperti ikan yang kehabisan nafas sebelum berbicara.

“Tuan Muda Halim, lewat sini.”

Daffa menghela nafas. Dari menerima kartu senilai 150 triliun rupiah hingga dihadiahi dua mobil yang dia pilih dari garasi. Tidak mungkin dia menolak hadiah seperti itu. Lagi pula, kakeknya bahkan tidak memperbolehkannya menolaknya.

Daffa bangkit dan meninggalkan ruang kerja. Dia juga sebenarnya penasaran dengan garasinya. Karena sudah ada Rolls-Royce yang sangat mahal, dia penasaran mobil macam apa yang akan ada di garasi itu.

Daffa dan pelayan kakeknya, Bram, berjalan selama beberapa menit di lorong yang mewah sebelum berhenti. Bram menghampiri sebuah pintu dan memindai sidik jarinya dan mata kirinya untuk keamanan sebelum membuka pintunya. Ternyata, di balik pintu tersebut merupakan sebuah lift.

Daffa menaiki lift tersebut dan Bram memasukkan nomor lantai sebelum menutup tombol tutup. Lift tersebut mulai turun dan bergerak ke bawah selama sekitar dua menit sebelum berhenti. Bram membuka pintu dan melangkah ke samping, menunggu Daffa meninggalkan lift terlebih dulu. Daffa masih tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu, sehingga dia mengabaikan Bram dan melangkah keluar, yang diikuti oleh Bram.

Namun, Daffa hanya berjalan selama 10 detik sebelum benar-benar berhenti. Tampaknya, dia tidak akan pernah berhenti terkejut selama dia tinggal di rumah besar Halim.

Daffa membayangkan garasi biasa yang terdapat beberapa mobil yang semuanya mahal, tapi ini malah di luar imajinasinya. Seharusnya, dia sudah mengiranya ketika Bram membawanya ke garasi bawah tanah.

Dalam sekali lihat, Daffa bisa menghitung lebih dari 40 mobil, dan mereka semua dibuat dari perusahaan otomotif yang berbeda! Ada berbagai macam mobil Rolls-Royce, Bentley, Ferrari, Lamborghini, Bugatti, Porsche, Koeniggseggs, dan bahkan limosin!

Daffa merasa mulutnya mengering menatap pemandangan di depannya itu. Banyak sekali mobil-mobil mahal! Dia bahkan tidak berani mengira-ngira berapa harga dari keseluruhan garasi bawah tanah tersebut.

Daffa berjalan berkeliling pelan-pelan, mengagumi keindahan setiap mobil di sana. Ada beberapa mobil antik dan jadul di garasi bawah tanah itu, tapi Daffa tahu bahwa sejadul apa pun kelihatannya, mereka mungkin senilai dua kali lipat dari beberapa mobil lainnya di sana.

Daffa tersenyum. Dia tidak tahu kakeknya adalah penikmat mobil-mobil antik. Namun, dia memang baru bertemu dengan kakeknya kemarin. Ada banyak hal yang tidak dia ketahui dari kakeknya.

Daffa berjalan selama beberapa menit sebelum berhenti. Setelah menimbang-nimbang dengan hati-hati, dia masih tidak bisa memilih dua mobil mana yang akan dia ambil untuk dirinya sendiri. Dia tiba-tiba tersenyum, seperti baru saja menemukan hal yang sangat penting. Dia berbalik ke arah Bram yang berdiri di belakangnya dan berkata.

“Apakah kamu tahu harga dari setiap mobil ini?” tanya Daffa.

“Tentu saja, Tuan Muda Halim,” jawab Bram dengan penuh hormat.

“Luar biasa!” seru Daffa.

Bram menatap Tuan Muda itu dengan ragu. Dia bertanya-tanya kenapa tuan muda itu tiba-tiba menanyakannya pertanyaan seperti itu.

Namun, Daffa tidak memedulikan Bram. Karena dia sekarang adalah kepala dari Konsorsium Halim, dia harus bersikap seperti itu. Dia tidak perlu bersikap hati-hati!

“Sekarang, Bram, bawa aku ke dua mobil termahal di garasi ini,” kata Daffa.

Solusinya sangat sederhana. Dia cukup memilih mobil yang paling mahal. Jika dia tidak menyukai keduanya, dia akan memilih mobil sport termahal lainnya. Solusi yang sederhana dan mudah!

Bram tersenyum. Sekarang, tuan muda itu mulai bersikap seperti seorang Halim. Sebagai seorang Halim, dia harus memilih yang terbaik! Yang lainnya tidak pantas mendapatkan perhatiannya.

“Tentu saja, Tuan Muda Halim. Kemari,” jawab Bram sebelum menuntun Daffa ke tempat mobil sport termahal yang terparkir di sana. Mereka berjalan hanya beberapa detik sebelum berhenti di depan mobil sport hitam.

Daffa langsung jatuh cinta pada mobil sport hitam tersebut. Mobil itu sangat keren dan memancarkan keanggunan dan kejantanan di waktu yang bersamaan. Desainnya juga luar biasa.

“Mobil apa ini?” tanya Daffa.

“Ini adalah Bugatti La Voiture Noire. Ini adalah mobil termahal yang pernah dibuat oleh perusahaan otomotif,” jawab Bram.

“Oh? Berapa harganya?” tanya Daffa. Dia penasaran semahal apa harga mobil paling mahal di garasi itu.

“Tiga ratus miliar rupiah, Tuan Muda Halim,” jawab Bram.

Daffa membalikkan badannya ke arah Bram tidak percaya.

“Tiga ratus miliar rupiah untuk satu mobil?!” seru Daffa.

“Benar, Tuan Muda,” jawab Bram.

Daffa menghela nafas. Dia kaya raya sekarang. Dia bisa membeli 100 mobil semacam itu jika dia menginginkannya sekarang. Sebagai kepala dari Konsorsium Halim, dia tidak bisa membiarkan hal-hal seperti ini mengejutkannya.

“Baiklah, aku akan mengambil mobil ini,” ucap Daffa. Dia menyukai desain mobilnya dan menginginkan mobil itu.

“Baiklah, Tuan Muda Halim. Apakah ada yang ingin dikustomisasi dari mobilnya?” tanya Bram.

Daffa melihat mobil tersebut dan menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang perlu diubah dari mobil itu. Dia menyukai mobil tersebut apa adanya.

Bram mengangguk mengerti, sebelum menuntun Daffa kembali. Setelah memperlihatkan Daffa beberapa mobil mahal yang ditolaknya, mereka akhirnya berhenti di depan mobil lain.

“Mobil apa ini?” tanya Daffa.

“Ini adalah Lamborghini Veneno Roadster, Tuan Muda Halim,” jawab Bram.

“Oh? Berapa harganya?” tanya Daffa.

“Sembilan puluh miliar, Tuan Muda Halim,” jawab Bram.

Daffa memandangi mobil sport kuning itu. Dia sangat menyukainya dan itu juga memiliki harga yang masuk akal. Jika dia mengendarainya ke sekolah, pasti akan diterima dengan baik. Walaupun dia tidak menyukai warna kuningnya, dia bisa memintanya untuk dikustomisasi. Seolah bisa membaca pikirannya, Bram bertanya padanya.

“Baiklah, Tuan Muda Halim. Apakah ada yang ingin dikustomisasi dari mobilnya?” tanya Bram.

“Iya. Ganti warnanya menjadi lebih maskulin. Sepertinya itu saja,” jawab Daffa.

“Baiklah, Tuan Muda Halim,” jawab Bram dengan penuh hormat.

“Oh iya, berapa harganya jika ingin mengkustomisasi mobil-mobil ini?” tanya Daffa penasaran.

“Untuk Bugatti seharga 900 miliar rupiah, sementara untuk Lamborghini seharga 270 miliar rupiah,” jawab Bram.

Daffa mengambil nafas dingin. Mahal sekali! Agak aneh rasanya ketika Bram menyebutkan jumlah uang sebanyak itu dengan nada yang biasa-biasa saja.

“Sepertinya sudah cukup, Bram,” ujar Daffa. Dia telah menuruti kakeknya dan memilih dua mobil. Baru saja kemarin dia tidak bisa membayar taksi untuk pergi ke Hotel Sky Golden, tapi sekarang dia memiliki dua mobil super yang dia pilih sendiri.

“Baiklah, Tuan Muda Halim. Mobil-mobilnya akan segera dikirim secara pribadi olehku setelah kustomisasinya selesai,” kata Bram.

Daffa menganggukkan kepalanya sebelum beranjak ke arah lift. Ketika pintunya hendak menutup, sebuah tangan menghentikannya.
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Agung Arnawa
mungkinkah sy Bisa membaca novel ini kereeeeen....
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
kreeeeeennnnnn bangettttt
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
trimakasih buat novel yg slalu bisa bikin saya baca dng senang untuk menghilangkan suntuk.. ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 11

    Ketika dia kembali ke kamarnya, dia berbaring di ranjang dan terus memikirkan perkataan Bram.Ketika dia membuka matanya, sudah hari Minggu malam. Daffa memeriksa jadwalnya dan memastikan bahwa walaupun dia tidak ada kelas di hari Senin, dia perlu kembali masuk kelas di hari Selasa. Artinya, dia tidak bisa tinggal lebih lama di rumah besar Halim dan waktunya di sini sudah habis.Selama akhir pekan, tidak hanya menerima kartu hitam dan dua mobil super baru, kakek Daffa, Jauhar Halim juga memberikannya ponsel baru. Itu adalah ponsel keluaran terbaru yang diproduksi oleh perusahaan teknologi terkemuka PT Nix. Ponsel itu berwarna hitam dan bertuliskan ‘H’ indah di belakangnya yang berwarna emas, bukti bahwa ponsel itu juga telah dikustomisasi.Kemudian, tidak hanya 150 triliun rupiah di kartu hitam itu, kakeknya juga telah mentransfer 75 triliun rupiah tambahan di rekening biasanya, yang berarti dia memiliki total saldo sebanyak 225 triliun rupiah.Akhir pekan yang penuh kejadian itu a

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 12

    Daffa terbangun keesokan harinya dengan perasaan bahagia. Dia tertidur lelap semalam. Fakta bahwa dia juga merupakan pria kaya raya juga ikut meningkatkan kebahagiaannya. Dia tidak perlu berusaha keras mendapatkan uang supaya dia bisa makan lagi. Dia melihat sekitar kamarnya dan mendapati bahwa teman-temannya sudah pergi ke kelas. Mereka berada di departemen yang berbeda dengannya, departemen Penyiaran dan Media, jadi mereka memiliki kelas hari ini.Daffa pun mandi dan menyegarkan dirinya sebelum memakai pakaian jeleknya. Perutnya yang berbunyi mengingatkannya bahwa dia lapar. Dia hampir pergi ke kantin kampus karena kebiasaannya, tapi memutuskan untuk tidak pergi ke sana. Dia sudah tidak miskin lagi sekarang. Setelah membeli baju baru, dia akan makan di Hotel Sky Golden.Daffa menaiki taksi ke mal terbesar di daerah sana, daerah tempat ayah Dilan Handoko memiliki sebuah restoran. Daerah tersebut merupakan daerah yang terkenal karena terdapat beberapa bisnis dan perusahaan terkemuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 13

    Sarah dan Dilan di sisi lain juga sama terkejutnya seperti Daffa. Mereka tidak menyangka akan bertemu seseorang seperti Daffa di tempat seperti ini.Dilan Handoko sedang membawa Sarah jalan-jalan untuk memanjakannya dengan hadiah-hadiah mewah. Dia sudah membelikannya untuknya dan ingin membelikan beberapa baju lagi sebelum mengakhiri harinya. Namun, tidak disangka mereka malah bertemu dengan Daffa di sini. Perlahan, ekspresi terkejut pada wajah Sarah mulai berubah menjadi amarah. Dia langsung merasa jengkel ketika melihat Daffa.Dilan juga langsung dipenuhi amarah ketika melihat Daffa. Dia tidak akan pernah melupakan penghinaan yang Daffa sebabkan di malam ketika dia menembak Sarah. Dia telah benar-benar menghancurkan kesan populernya yang telah dia bangun. Sejak malam itu, dia selalu membenci Daffa. Dia telah berjanji akan menangani Daffa, tapi Daffa tidak bisa ditemukan sejak malam itu. Siapa sangka dia akhirnya malah bertemu dengannya di sini?“Apa yang kamu lakukan di sini?” tan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 14

    Semua orang menunggu-nunggu mesin pemindai tersebut berubah menjadi hijau, yang berarti Daffa telah benar membayar pakaiannya. Namun, bukan itu yang terjadi. Warnanya malah berubah menjadi merah, yang hanya berarti satu hal.‘Transaksi Anda gagal.’Sarah dan Dilan tertawa terbahak-bahak ketika mereka mendengar suara tersebut setelah mesinnya berubah menjadi merah. Ternyata mereka benar. Daffa hanya berpura-pura menjadi orang kaya. Dia hanya datang ke sini untuk membuang-buang waktu mereka. Mereka benar. Daffa tidak mungkin bisa membayar pakaian seharga 9,15 miliar rupiah. Mereka benar-benar berkhayal ketika sesaat memercayai bahwa dia bisa membayarnya.Dana, pramuniaga yang membantu Daffa memilih pakaian-pakaiannya sangat sedih dan kecewa. Dia pikir kepercayaan diri yang Daffa tunjukkan ketika dia menawarkan untuk membayar pakaiannya berarti dia benar-benar bisa membayarnya. Ternyata itu semua hanya kebohongan.Beberapa orang yang berkumpul untuk menonton drama itu mulai bergosip d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 15

    ”Ini! Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Gary dengan nada yang rendah dan kebingungan. Dia benar-benar terkejut.“Apakah ada masalah?” tanya Daffa, sedikit mengernyit.Sarah dan Dilan, juga Dana dan pengamat lainnya kebingungan melihat perubahan sikap Gary yang tiba-tiba. Mereka sudah yakin sekali dia akan mengusir Daffa keluar setelah mengungkap bahwa dia adalah pembohong dan hanya berpura-pura, tapi bukan itu yang terjadi.Gary tidak bisa menahan diri untuk memperhatikan Daffa dari kepala hingga ujung kakinya, tapi tetap menggelengkan kepalanya. Dia sudah menjadi manajer dari toko ini selama beberapa tahun, jadi tentu saja mudah baginya untuk mengenali bahwa kartu tersebut bukanlah kartu biasa.Sekilas, dia bisa tahu kalau kartu itu adalah kartu yang dikustomisasi dan dibuat secara eksklusif untuk kepala dari perusahaan atau bisnis terkemuka. Namun, penampilan pria di depannya ini tidak sesuai dengan bayangannya. Dia benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang memiliki k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 16

    Daffa melangkah keluar toko dengan bahagia. Dia merasa puas sekali setelah kejadian kecil yang terjadi di toko itu. Dia berjalan beberapa menit dengan tas-tas belanja di tangannya sebelum berhenti.Perut Daffa keroncongan, mengingatkan dia bahwa dia belum makan apa pun. Dia ingin makan di Hotel Sky Golden, tapi dia membawa banyak tas belanja. Membawa-bawa semua tas belanja itu ke hotel akan merepotkan. Lagi pula, dia harus mengganti pakaiannya atau bisa-bisa dia tidak diperbolehkan masuk.Daffa memanggil taksi dan menaikinya. Dia memutuskan untuk menaruh pakaian-pakaian barunya dulu di asrama sebelum pergi ke hotel untuk makan.Tidak ada kejadian menarik selama perjalanan pulangnya. Selain beberapa lirikan dan gosip dari mahasiswa lainnya, tidak ada yang berbeda dari biasanya. Dia memasuki kamar asramanya dan mendapati ruangan itu masih kosong. Walaupun sudah dua jam berlalu sejak dia pergi ke mal, teman-temannya belum pulang dari kampus.Daffa meletakkan tas-tas belanja dengan rap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 17

    Tiga wanita cantik yang memasuki tempat itu terlihat sangat familier bagi Daffa, terutama wanita yang di tengah, yang membuatnya bertanya-tanya di mana dia pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia masih menatap wanita itu lekat-lekat ketika wanita itu menyadari seseorang sedang menatapnya.Dia menyadari seseorang sedang menatapnya, tapi dia mengabaikannya karena dia memang sangat menawan, tapi ketika dia melihat Daffa, dia mengenali wajahnya, tapi tidak ingat di mana pernah bertemu dengannya.Melihat mejanya yang dipenuhi makanan mewah sekilas saja menunjukkan bahwa orang itu mungkin sangat kaya, karena untuk bisa makan disini memerlukan kartu keanggotaan. Yang paling murah saja harganya 1,5 miliar rupiah yang berarti dia setidaknya memiliki 1,5 miliar untuk dihambur-hamburkan pada makanan.“Jihan, sedang melihat apa? Ayo.” Hera, salah satu wanita yang menemaninya angkat bicara.Jihan mengangguk pelan dan berusaha merekam wajah Daffa di benaknya sebelum pergi. Karena dia lahir di k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 18

    Lelaki itu menatap Daffa dengan ekspresi murka. Dia tidak percaya keberuntungannya saat itu.Pertama, wanita jalang tak bernama telah menginjak sepatunya dan ketika dia sedang memberinya pelajaran, orang bodoh lainnya datang untuk bersikap bak pahlawan. Apakah dia cari mati?Dia ingin menepis genggaman tangan orang asing itu, tapi genggamannya terlalu kuat.“Aku tidak tahu kamu siapa, tapi aku sarankan kamu melepaskan tanganku sekarang juga. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu,” kata lelaki itu dengan marah.Orang-orang di kerumunan itu menyaksikan kejadian itu dengan nafas yang tertahan. Mereka mengira perempuan itu akan dihabisi oleh lelaki itu karena telah menyinggungnya, tapi mereka tidak menyangka akan ada orang lain yang maju untuk menolong wanita itu.Perempuan itu pun merasa terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka seseorang akan membelanya. Dia mengira dia sudah tamat, tapi sepertinya sekarang tidak akan begitu.“Aku tidak akan melepaskannya kecuali kamu

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 412

    Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 411

    “Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 410

    Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 409

    Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 408

    “Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 407

    Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 406

    Daffa menghela napas dengan getir, menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang akan kuubah setelah aku kembali ke kantor. Namun, sebelum kita melakukan itu, kamu harus beristirahat karena kamu harus sehat sepenuhnya untuk membantuku menyelesaikan hal-hal ketika kita kembali ke West Atlantics Int’l. Lagi pula, kamu belum pernah ke sana sebelumnya, jadi bekerja di sana akan membebanimu. Satu-satunya perbedaan mengenai West Atlantics Int’l adalah tidak ada yang akan berani melukaimu di bawah pengawasanku. Kamu aman di sana dan itu lebih baik daripada tempat ini.”“Iya. Tidak akan ada yang berani melukai saya di West Atlantics Int’l karena Anda adalah pemilik perusahaannya. Itu adalah markas Anda,” jawab Briana yang tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan.Kepercayaan penuh itu membuat jantung Daffa berdebar kencang saat itu juga. Setelah dia menyadari detak jantungnya yang menggila, ujung matanya berkerut menatap Briana dengan rasa ingin tahu.Kemudian, dia memalingkan pandangannya d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 405

    Pria botak itu lalu merebut ponsel dari tangan Dahlia dan berteriak dengan suara yang memicu rasa takut orang lain.“Sebaiknya tunjukkan dirimu di hadapanku sekarang. Kalau tidak, aku bisa menjamin kamu akan berakhir mengenaskan. Ketahuilah ini—aku lebih bernilai daripada Dahlia. Kuharap kamu cukup pintar untuk tidak meremehkan kekuatan pendapat publik.”Dia mematikan telepon setelah mengatakannya.Sementara itu, alis Daffa berkerut setelah mendengar klik dari ujung telepon lainnya. Segala hal berjalan di luar rencana awal Daffa. Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu sebelum mengembalikan tangannya ke pinggangnya.Di saat yang sama, dia duduk di kursi pengemudi, mengetuk dasbor dengan tangannya yang lain, dan menghela napas.Briana sudah memasuki mobil, wajahnya berkerut dengan kekhawatiran ketika dia melihat raut wajah Daffa.“Tuan, saya adalah ahli bela diri terbangkit. Walaupun saya tidak lebih terampil dari Anda—oh, yah, itu tidak penting ….” Sebelum dia bi

DMCA.com Protection Status