Share

Bab 10

Author: Benjamin
Daffa masih mengingat-ingat hubungannya dengan Sarah ketika kakeknya angkat bicara lagi.

“Daffa, kamu belum punya mobil, ‘kan?” tanya kakeknya.

Daffa tidak menjawab, tapi ujung mata-matanya berkedut marah. Tentu saja dia tidak memiliki mobil! Bagaimana bisa dia membeli sebuah mobil ketika dia semiskin tikus gereja?!

Jauhar Halim tersenyum hangat ketika dia melihat alis cucunya berkedut. Itu mengingatkannya pada anaknya. Anaknya Tristan Halim juga selalu mengedutkan alisnya ketika dia merasa kesal.

“Yah, itu sebuah masalah. Kamu harus hidup seperti seorang Halim sekarang. Bram, bawa dia ke garasi dan biarkan dia memilih dua mobil yang dia inginkan. Modifikasi mobilnya sesuai seleranya dan kirimkan padanya sesegera mungkin,” perintah Jauhar dengan berwibawa.

“Baik, Tuan Jauhar,” jawab Bram, membungkukkan badannya. Dia berbalik ke Daffa yang mulutnya menganga seperti ikan yang kehabisan nafas sebelum berbicara.

“Tuan Muda Halim, lewat sini.”

Daffa menghela nafas. Dari menerima kartu senilai 150 triliun rupiah hingga dihadiahi dua mobil yang dia pilih dari garasi. Tidak mungkin dia menolak hadiah seperti itu. Lagi pula, kakeknya bahkan tidak memperbolehkannya menolaknya.

Daffa bangkit dan meninggalkan ruang kerja. Dia juga sebenarnya penasaran dengan garasinya. Karena sudah ada Rolls-Royce yang sangat mahal, dia penasaran mobil macam apa yang akan ada di garasi itu.

Daffa dan pelayan kakeknya, Bram, berjalan selama beberapa menit di lorong yang mewah sebelum berhenti. Bram menghampiri sebuah pintu dan memindai sidik jarinya dan mata kirinya untuk keamanan sebelum membuka pintunya. Ternyata, di balik pintu tersebut merupakan sebuah lift.

Daffa menaiki lift tersebut dan Bram memasukkan nomor lantai sebelum menutup tombol tutup. Lift tersebut mulai turun dan bergerak ke bawah selama sekitar dua menit sebelum berhenti. Bram membuka pintu dan melangkah ke samping, menunggu Daffa meninggalkan lift terlebih dulu. Daffa masih tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu, sehingga dia mengabaikan Bram dan melangkah keluar, yang diikuti oleh Bram.

Namun, Daffa hanya berjalan selama 10 detik sebelum benar-benar berhenti. Tampaknya, dia tidak akan pernah berhenti terkejut selama dia tinggal di rumah besar Halim.

Daffa membayangkan garasi biasa yang terdapat beberapa mobil yang semuanya mahal, tapi ini malah di luar imajinasinya. Seharusnya, dia sudah mengiranya ketika Bram membawanya ke garasi bawah tanah.

Dalam sekali lihat, Daffa bisa menghitung lebih dari 40 mobil, dan mereka semua dibuat dari perusahaan otomotif yang berbeda! Ada berbagai macam mobil Rolls-Royce, Bentley, Ferrari, Lamborghini, Bugatti, Porsche, Koeniggseggs, dan bahkan limosin!

Daffa merasa mulutnya mengering menatap pemandangan di depannya itu. Banyak sekali mobil-mobil mahal! Dia bahkan tidak berani mengira-ngira berapa harga dari keseluruhan garasi bawah tanah tersebut.

Daffa berjalan berkeliling pelan-pelan, mengagumi keindahan setiap mobil di sana. Ada beberapa mobil antik dan jadul di garasi bawah tanah itu, tapi Daffa tahu bahwa sejadul apa pun kelihatannya, mereka mungkin senilai dua kali lipat dari beberapa mobil lainnya di sana.

Daffa tersenyum. Dia tidak tahu kakeknya adalah penikmat mobil-mobil antik. Namun, dia memang baru bertemu dengan kakeknya kemarin. Ada banyak hal yang tidak dia ketahui dari kakeknya.

Daffa berjalan selama beberapa menit sebelum berhenti. Setelah menimbang-nimbang dengan hati-hati, dia masih tidak bisa memilih dua mobil mana yang akan dia ambil untuk dirinya sendiri. Dia tiba-tiba tersenyum, seperti baru saja menemukan hal yang sangat penting. Dia berbalik ke arah Bram yang berdiri di belakangnya dan berkata.

“Apakah kamu tahu harga dari setiap mobil ini?” tanya Daffa.

“Tentu saja, Tuan Muda Halim,” jawab Bram dengan penuh hormat.

“Luar biasa!” seru Daffa.

Bram menatap Tuan Muda itu dengan ragu. Dia bertanya-tanya kenapa tuan muda itu tiba-tiba menanyakannya pertanyaan seperti itu.

Namun, Daffa tidak memedulikan Bram. Karena dia sekarang adalah kepala dari Konsorsium Halim, dia harus bersikap seperti itu. Dia tidak perlu bersikap hati-hati!

“Sekarang, Bram, bawa aku ke dua mobil termahal di garasi ini,” kata Daffa.

Solusinya sangat sederhana. Dia cukup memilih mobil yang paling mahal. Jika dia tidak menyukai keduanya, dia akan memilih mobil sport termahal lainnya. Solusi yang sederhana dan mudah!

Bram tersenyum. Sekarang, tuan muda itu mulai bersikap seperti seorang Halim. Sebagai seorang Halim, dia harus memilih yang terbaik! Yang lainnya tidak pantas mendapatkan perhatiannya.

“Tentu saja, Tuan Muda Halim. Kemari,” jawab Bram sebelum menuntun Daffa ke tempat mobil sport termahal yang terparkir di sana. Mereka berjalan hanya beberapa detik sebelum berhenti di depan mobil sport hitam.

Daffa langsung jatuh cinta pada mobil sport hitam tersebut. Mobil itu sangat keren dan memancarkan keanggunan dan kejantanan di waktu yang bersamaan. Desainnya juga luar biasa.

“Mobil apa ini?” tanya Daffa.

“Ini adalah Bugatti La Voiture Noire. Ini adalah mobil termahal yang pernah dibuat oleh perusahaan otomotif,” jawab Bram.

“Oh? Berapa harganya?” tanya Daffa. Dia penasaran semahal apa harga mobil paling mahal di garasi itu.

“Tiga ratus miliar rupiah, Tuan Muda Halim,” jawab Bram.

Daffa membalikkan badannya ke arah Bram tidak percaya.

“Tiga ratus miliar rupiah untuk satu mobil?!” seru Daffa.

“Benar, Tuan Muda,” jawab Bram.

Daffa menghela nafas. Dia kaya raya sekarang. Dia bisa membeli 100 mobil semacam itu jika dia menginginkannya sekarang. Sebagai kepala dari Konsorsium Halim, dia tidak bisa membiarkan hal-hal seperti ini mengejutkannya.

“Baiklah, aku akan mengambil mobil ini,” ucap Daffa. Dia menyukai desain mobilnya dan menginginkan mobil itu.

“Baiklah, Tuan Muda Halim. Apakah ada yang ingin dikustomisasi dari mobilnya?” tanya Bram.

Daffa melihat mobil tersebut dan menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang perlu diubah dari mobil itu. Dia menyukai mobil tersebut apa adanya.

Bram mengangguk mengerti, sebelum menuntun Daffa kembali. Setelah memperlihatkan Daffa beberapa mobil mahal yang ditolaknya, mereka akhirnya berhenti di depan mobil lain.

“Mobil apa ini?” tanya Daffa.

“Ini adalah Lamborghini Veneno Roadster, Tuan Muda Halim,” jawab Bram.

“Oh? Berapa harganya?” tanya Daffa.

“Sembilan puluh miliar, Tuan Muda Halim,” jawab Bram.

Daffa memandangi mobil sport kuning itu. Dia sangat menyukainya dan itu juga memiliki harga yang masuk akal. Jika dia mengendarainya ke sekolah, pasti akan diterima dengan baik. Walaupun dia tidak menyukai warna kuningnya, dia bisa memintanya untuk dikustomisasi. Seolah bisa membaca pikirannya, Bram bertanya padanya.

“Baiklah, Tuan Muda Halim. Apakah ada yang ingin dikustomisasi dari mobilnya?” tanya Bram.

“Iya. Ganti warnanya menjadi lebih maskulin. Sepertinya itu saja,” jawab Daffa.

“Baiklah, Tuan Muda Halim,” jawab Bram dengan penuh hormat.

“Oh iya, berapa harganya jika ingin mengkustomisasi mobil-mobil ini?” tanya Daffa penasaran.

“Untuk Bugatti seharga 900 miliar rupiah, sementara untuk Lamborghini seharga 270 miliar rupiah,” jawab Bram.

Daffa mengambil nafas dingin. Mahal sekali! Agak aneh rasanya ketika Bram menyebutkan jumlah uang sebanyak itu dengan nada yang biasa-biasa saja.

“Sepertinya sudah cukup, Bram,” ujar Daffa. Dia telah menuruti kakeknya dan memilih dua mobil. Baru saja kemarin dia tidak bisa membayar taksi untuk pergi ke Hotel Sky Golden, tapi sekarang dia memiliki dua mobil super yang dia pilih sendiri.

“Baiklah, Tuan Muda Halim. Mobil-mobilnya akan segera dikirim secara pribadi olehku setelah kustomisasinya selesai,” kata Bram.

Daffa menganggukkan kepalanya sebelum beranjak ke arah lift. Ketika pintunya hendak menutup, sebuah tangan menghentikannya.
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Agung Arnawa
mungkinkah sy Bisa membaca novel ini kereeeeen....
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
kreeeeeennnnnn bangettttt
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
trimakasih buat novel yg slalu bisa bikin saya baca dng senang untuk menghilangkan suntuk.. ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 11

    Ketika dia kembali ke kamarnya, dia berbaring di ranjang dan terus memikirkan perkataan Bram.Ketika dia membuka matanya, sudah hari Minggu malam. Daffa memeriksa jadwalnya dan memastikan bahwa walaupun dia tidak ada kelas di hari Senin, dia perlu kembali masuk kelas di hari Selasa. Artinya, dia tidak bisa tinggal lebih lama di rumah besar Halim dan waktunya di sini sudah habis.Selama akhir pekan, tidak hanya menerima kartu hitam dan dua mobil super baru, kakek Daffa, Jauhar Halim juga memberikannya ponsel baru. Itu adalah ponsel keluaran terbaru yang diproduksi oleh perusahaan teknologi terkemuka PT Nix. Ponsel itu berwarna hitam dan bertuliskan ‘H’ indah di belakangnya yang berwarna emas, bukti bahwa ponsel itu juga telah dikustomisasi.Kemudian, tidak hanya 150 triliun rupiah di kartu hitam itu, kakeknya juga telah mentransfer 75 triliun rupiah tambahan di rekening biasanya, yang berarti dia memiliki total saldo sebanyak 225 triliun rupiah.Akhir pekan yang penuh kejadian itu a

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 12

    Daffa terbangun keesokan harinya dengan perasaan bahagia. Dia tertidur lelap semalam. Fakta bahwa dia juga merupakan pria kaya raya juga ikut meningkatkan kebahagiaannya. Dia tidak perlu berusaha keras mendapatkan uang supaya dia bisa makan lagi. Dia melihat sekitar kamarnya dan mendapati bahwa teman-temannya sudah pergi ke kelas. Mereka berada di departemen yang berbeda dengannya, departemen Penyiaran dan Media, jadi mereka memiliki kelas hari ini.Daffa pun mandi dan menyegarkan dirinya sebelum memakai pakaian jeleknya. Perutnya yang berbunyi mengingatkannya bahwa dia lapar. Dia hampir pergi ke kantin kampus karena kebiasaannya, tapi memutuskan untuk tidak pergi ke sana. Dia sudah tidak miskin lagi sekarang. Setelah membeli baju baru, dia akan makan di Hotel Sky Golden.Daffa menaiki taksi ke mal terbesar di daerah sana, daerah tempat ayah Dilan Handoko memiliki sebuah restoran. Daerah tersebut merupakan daerah yang terkenal karena terdapat beberapa bisnis dan perusahaan terkemuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 13

    Sarah dan Dilan di sisi lain juga sama terkejutnya seperti Daffa. Mereka tidak menyangka akan bertemu seseorang seperti Daffa di tempat seperti ini.Dilan Handoko sedang membawa Sarah jalan-jalan untuk memanjakannya dengan hadiah-hadiah mewah. Dia sudah membelikannya untuknya dan ingin membelikan beberapa baju lagi sebelum mengakhiri harinya. Namun, tidak disangka mereka malah bertemu dengan Daffa di sini. Perlahan, ekspresi terkejut pada wajah Sarah mulai berubah menjadi amarah. Dia langsung merasa jengkel ketika melihat Daffa.Dilan juga langsung dipenuhi amarah ketika melihat Daffa. Dia tidak akan pernah melupakan penghinaan yang Daffa sebabkan di malam ketika dia menembak Sarah. Dia telah benar-benar menghancurkan kesan populernya yang telah dia bangun. Sejak malam itu, dia selalu membenci Daffa. Dia telah berjanji akan menangani Daffa, tapi Daffa tidak bisa ditemukan sejak malam itu. Siapa sangka dia akhirnya malah bertemu dengannya di sini?“Apa yang kamu lakukan di sini?” tan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 14

    Semua orang menunggu-nunggu mesin pemindai tersebut berubah menjadi hijau, yang berarti Daffa telah benar membayar pakaiannya. Namun, bukan itu yang terjadi. Warnanya malah berubah menjadi merah, yang hanya berarti satu hal.‘Transaksi Anda gagal.’Sarah dan Dilan tertawa terbahak-bahak ketika mereka mendengar suara tersebut setelah mesinnya berubah menjadi merah. Ternyata mereka benar. Daffa hanya berpura-pura menjadi orang kaya. Dia hanya datang ke sini untuk membuang-buang waktu mereka. Mereka benar. Daffa tidak mungkin bisa membayar pakaian seharga 9,15 miliar rupiah. Mereka benar-benar berkhayal ketika sesaat memercayai bahwa dia bisa membayarnya.Dana, pramuniaga yang membantu Daffa memilih pakaian-pakaiannya sangat sedih dan kecewa. Dia pikir kepercayaan diri yang Daffa tunjukkan ketika dia menawarkan untuk membayar pakaiannya berarti dia benar-benar bisa membayarnya. Ternyata itu semua hanya kebohongan.Beberapa orang yang berkumpul untuk menonton drama itu mulai bergosip d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 15

    ”Ini! Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Gary dengan nada yang rendah dan kebingungan. Dia benar-benar terkejut.“Apakah ada masalah?” tanya Daffa, sedikit mengernyit.Sarah dan Dilan, juga Dana dan pengamat lainnya kebingungan melihat perubahan sikap Gary yang tiba-tiba. Mereka sudah yakin sekali dia akan mengusir Daffa keluar setelah mengungkap bahwa dia adalah pembohong dan hanya berpura-pura, tapi bukan itu yang terjadi.Gary tidak bisa menahan diri untuk memperhatikan Daffa dari kepala hingga ujung kakinya, tapi tetap menggelengkan kepalanya. Dia sudah menjadi manajer dari toko ini selama beberapa tahun, jadi tentu saja mudah baginya untuk mengenali bahwa kartu tersebut bukanlah kartu biasa.Sekilas, dia bisa tahu kalau kartu itu adalah kartu yang dikustomisasi dan dibuat secara eksklusif untuk kepala dari perusahaan atau bisnis terkemuka. Namun, penampilan pria di depannya ini tidak sesuai dengan bayangannya. Dia benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang memiliki k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 16

    Daffa melangkah keluar toko dengan bahagia. Dia merasa puas sekali setelah kejadian kecil yang terjadi di toko itu. Dia berjalan beberapa menit dengan tas-tas belanja di tangannya sebelum berhenti.Perut Daffa keroncongan, mengingatkan dia bahwa dia belum makan apa pun. Dia ingin makan di Hotel Sky Golden, tapi dia membawa banyak tas belanja. Membawa-bawa semua tas belanja itu ke hotel akan merepotkan. Lagi pula, dia harus mengganti pakaiannya atau bisa-bisa dia tidak diperbolehkan masuk.Daffa memanggil taksi dan menaikinya. Dia memutuskan untuk menaruh pakaian-pakaian barunya dulu di asrama sebelum pergi ke hotel untuk makan.Tidak ada kejadian menarik selama perjalanan pulangnya. Selain beberapa lirikan dan gosip dari mahasiswa lainnya, tidak ada yang berbeda dari biasanya. Dia memasuki kamar asramanya dan mendapati ruangan itu masih kosong. Walaupun sudah dua jam berlalu sejak dia pergi ke mal, teman-temannya belum pulang dari kampus.Daffa meletakkan tas-tas belanja dengan rap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 17

    Tiga wanita cantik yang memasuki tempat itu terlihat sangat familier bagi Daffa, terutama wanita yang di tengah, yang membuatnya bertanya-tanya di mana dia pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia masih menatap wanita itu lekat-lekat ketika wanita itu menyadari seseorang sedang menatapnya.Dia menyadari seseorang sedang menatapnya, tapi dia mengabaikannya karena dia memang sangat menawan, tapi ketika dia melihat Daffa, dia mengenali wajahnya, tapi tidak ingat di mana pernah bertemu dengannya.Melihat mejanya yang dipenuhi makanan mewah sekilas saja menunjukkan bahwa orang itu mungkin sangat kaya, karena untuk bisa makan disini memerlukan kartu keanggotaan. Yang paling murah saja harganya 1,5 miliar rupiah yang berarti dia setidaknya memiliki 1,5 miliar untuk dihambur-hamburkan pada makanan.“Jihan, sedang melihat apa? Ayo.” Hera, salah satu wanita yang menemaninya angkat bicara.Jihan mengangguk pelan dan berusaha merekam wajah Daffa di benaknya sebelum pergi. Karena dia lahir di k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 18

    Lelaki itu menatap Daffa dengan ekspresi murka. Dia tidak percaya keberuntungannya saat itu.Pertama, wanita jalang tak bernama telah menginjak sepatunya dan ketika dia sedang memberinya pelajaran, orang bodoh lainnya datang untuk bersikap bak pahlawan. Apakah dia cari mati?Dia ingin menepis genggaman tangan orang asing itu, tapi genggamannya terlalu kuat.“Aku tidak tahu kamu siapa, tapi aku sarankan kamu melepaskan tanganku sekarang juga. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu,” kata lelaki itu dengan marah.Orang-orang di kerumunan itu menyaksikan kejadian itu dengan nafas yang tertahan. Mereka mengira perempuan itu akan dihabisi oleh lelaki itu karena telah menyinggungnya, tapi mereka tidak menyangka akan ada orang lain yang maju untuk menolong wanita itu.Perempuan itu pun merasa terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka seseorang akan membelanya. Dia mengira dia sudah tamat, tapi sepertinya sekarang tidak akan begitu.“Aku tidak akan melepaskannya kecuali kamu

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 584

    Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 583

    Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 582

    Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 581

    Tatapan Shelvin menyapu melewati Erin sebelum mendarat pada Daffa saat dia berkata, “Hanya saja, aku merasakan abnormalitas pada nona itu ketika dia tiba sebelumnya. Karena itu, aku menelusuri kembali ingatanku dan ingatan Yarlin untuk membandingkannya.”Alis Erin menyatu menjadi kerutan dalam, tapi dia menahan dirinya untuk tidak berkomentar karena dia tahu Daffa sedang fokus sepenuhnya pada percakapan itu.Meskipun Shelvin melihat sikap kedua orang itu yang berbeda, Shelvin melanjutkan, “Aku menemukan bahwa orang-orang mengerikan dari Timur itu—orang-orang busuk yang menyerang Yarlin—telah mengembangkan obat ini sejak bertahun-tahun yang lalu.”Daffa mengangguk. “Iya, aku tahu itu.”Dengan raut wajah yang berubah menjadi ekspresi yang rumit tapi sedikit senang, Shelvin menjawab, “Iya, tapi yang ingin kuberi tahu padamu adalah bahwa orang-orang itu belum berhasil.”“Itu mungkin saja,” kata Daffa dan dia mengangguk setelah jeda yang panjang. Dia berpikir meskipun tokoh-tokoh menge

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 580

    Meskipun hal itu mustahil, Erin melakukannya.Tatapan Daffa menajam pada Erin. Daffa tahu kecerobohannya telah membuat Erin berada dalam kondisinya saat ini dan Daffa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Mata menyipit dengan penuh tekad, Daffa menembakkan kekuatan jiwanya ke depan.Pada saat itu, kekuatan jiwa abu-abu Erin sudah setengah jalan keluar dari tubuhnya, tapi memberontak sekeras mungkin untuk tetap berada di dalam tubuh Erin.Daffa tidak pernah melihat situasi seperti itu sebelumnya, jadi dia menatap ke bawah ke lengannya dan memanggil, “P ….”Seperti jarum jam, Teivel muncul sebelum Daffa bisa selesai mengatakan “Pak.” Teivel melirik gas itu sambil tersenyum. Sosoknya kemudian berpindah ke belakang Daffa untuk berkata, “Itu hanyalah seberkas kekuatan jiwa biasa. Satu-satunya alasan ia menahan seranganmu adalah karena pemiliknya menggabungkan darahnya ke dalamnya.”Serentak, dia melambaikan lengannya ke meja di depan, membuat gelas Daffa di atas meja melayang di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 579

    Alicia mengangguk dengan muram—itu adalah metode yang dia pelajari dari Daffa. Tampaknya semua orang akan takut pada Alicia jika dia menunjukkan ekspresi ini. Dia kemudian berbalik untuk pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.Erin membeku di tempatnya dalam waktu yang lama. Di suatu titik, dia mendengus, merasa kehabisan kata-kata dan marah terhadap tingkah laku Alicia. Meskipun demikian, Erin berbalik dan langsung berjalan pergi, setiap langkahnya kian berat.Ketika Erin tiba di tangga lantai kedua dan berjalan melewati ruangan Briana, dia mendengar seseorang berkata, “Erin? Apakah itu kamu?”Berhenti mendadak, Erin menipiskan bibirnya dengan rasa bersalah. Dia telah melupakan satu hal penting—seperti Briana, Daffa adalah ahli bela diri terbangkit. Maka, Daffa bisa mendengar segala hal di dalam hotel.“Iya, ini aku. Apakah ada masalah?” Erin berjalan dengan lebih ringan dan berbicara dengan lebih lembut dibandingkan sebelumnya ketika berjalan memasuki ruangan Briana.“Tidak.” Brian

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 578

    Daffa menatap ponselnya dengan datar. Tidak ada yang bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, bahkan Alicia yang telah menguping panggilan telepon itu dari awal sekalipun.Keheningan selama beberapa saat berlalu sebelum Alicia mengumpulkan keberanian untuk menghampiri sisi Daffa. Dia menjaga jarak sejauh dua langkah dari Daffa sambil berbicara, “Tuan, bukankah sebaiknya kita pergi dan selamatkan Kate? Lagi pula, dia belum melakukan kesalahan apa pun selama ini.”Meskipun Daffa menoleh untuk bertatapan dengan Alicia, butuh beberapa saat sebelum Daffa menghela napas dan menjawab, “Benar, dia tidak bersalah. Namun, orang yang terbaik untuk menangani hal ini bukan kita.”Daffa berbicara tanpa perasaan, seperti bagaimana dia menatap Alicia.Suara itu tidak hangat sama sekali hingga tubuh Alicia secara naluriah gemetar. Alicia tidak lagi berani bertatapan dengan Daffa pada saat itu.Menghela napas, Daffa bertanya, “Apakah kamu sadar yang kamu lakukan sekarang sama seperti apa yang

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 577

    Barulah saat itu Daffa menyadari bahwa Teivel membohonginya. Buku itu belum sedikit pun puas dengan pasokan energi Daffa. Namun, dia sudah melakukannya sejauh ini. Maka dari itu, Daffa tidak memiliki alasan untuk menyerah.Dia menggertakkan giginya dan terus memaksakannya sampai tetes terakhir kekuatan jiwanya keluar dari tubuhnya. Tidak lama, keringat membasuhinya dari kepala sampai kaki. Ketika dia kehabisan tenaga dan ingin menyerah, dia merasakan kekuatan jiwa yang kuat mengalir keluar dari sisinya—itu adalah kekuatan jiwanya.Kekuatan jiwa itu meledak dari dalam dirinya, tertuang ke dalam buku yang kemudian bergetar hebat. Kemudian, semuanya mereda.Kerutan terukir di wajah Daffa saat dia akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Rasa syukur memenuhi dadanya pada saat itu selagi dia berpikir, “Jika bukan karena Teivel, aku tidak akan menyadari bahwa aku punya potensi sebesar itu.”Teivel berdiri di samping sambil menyeringai bangga, suaranya terdengar lebih ringan dibandingk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 576

    Keheningan terus berlanjut hingga pria itu terkekeh. “Kamu tidak perlu sepanik itu. Bukuku dan aku telah lama ada di tubuhmu selama beberapa waktu. Aku hanya menampilkan diriku sekarang karena luka-lukaku telah sepenuhnya pulih. Daffa Halim, kurasa kamu sebaiknya memanggilku dengan hormat sebagai mentormu.”Daffa masih terkejut membeku saat ditatap oleh pria itu. Rasanya hampir seperti ayahnya sedang memandangnya pada saat itu, jadi dia membutuhkan waktu untuk kembali tersadar. Setelah mengangguk dengan ragu-ragu, dia hendak melakukan sesuai yang diperintahkan ketika suara tenang pria itu berbicara lagi.“Panggil aku ‘Pak,’ seperti kamu menyebut sosok ayah,” kata pria itu.Mulut Daffa menganga lebar lagi.Namun, pria itu tampaknya tidak kesal oleh sambutan Daffa yang tertunda. Alih-alih, dia tersenyum lebih lebar dan menambahkan, “Aku adalah orang Timur. Keterampilan bela diri yang sekarang sedang kamu pelajari juga berasal dari Timur. Itulah sebabnya aku ingin kamu menyebutku seba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status