Kubalas Madu dengan Manisnya Madu

Kubalas Madu dengan Manisnya Madu

Oleh:  Pipit Aisyafa  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 Peringkat
48Bab
137.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinopsis

Emosional

Salma harus menerima madunya di saat setelah melahirkan, sakit hatinya karena baru lima hari pasca Caesar. Hati Salma beku, ketika dia koma selama tiga minggu dan suaminya tetap menikah tanpa menunda satu haripun. dengan itu, Salma hatinya beku, dia tak melayani suaminya lagi di atas ranjang tapi justru mendatangkan madu lainya. Bagaimana akhirnya... apakah Salma sukses membalaskan dendam atas sakit hatinya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
liza sarah
ceritanya bagus. beda dr cerita novel kebnyakkan, yg biasanya istri terlalu teraniaya oleh kluarga suami termsk suaminya.
2022-11-27 12:25:17
1
user avatar
Indri saputra
ceritanya bagus banget Kak......... semangat untuk cerita selanjutnya yaa kak ......
2022-09-28 14:30:57
1
user avatar
Tya Najma
masyaAllah bagus sekali cerita nya. banyak pelajaran yg bisa ambil dr kesabaran umi Salma..
2022-06-23 01:17:49
1
user avatar
Ririn Ari
seru sih crtanya
2022-06-14 19:47:05
0
user avatar
Sherly Polii
sangat bagus sekali
2022-05-22 16:56:49
1
user avatar
Rangga Dewi
masuk pustaka dulu
2022-05-15 07:21:48
1
user avatar
Ucu Nurhami Putri
Bikin nagih ...
2022-03-11 15:55:06
1
user avatar
Ucu Nurhami Putri
Wah, ceritanya keren banget ...
2022-03-11 15:54:29
1
user avatar
Novica Ayu
Penulisannya rapi, bahasanya juga ringan ditambah ide ceritanya yang keren. langsung masuk ke rak nih, semangat selalu Thor... ditunggu up bab selanjutnya. Suami gak Ada akhlak itu, istri koma malah nikah lagi!
2022-03-10 16:32:24
1
48 Bab

Sakit paska operasi dan sakit hati

  "Di-dia siapa, Bi?" tanyaku pada suamiku dengan terbata. Wanita dengan gamis panjang tapi tanpa nibar. Dia tersenyum manis padaku mengenalkan dirinya yang bernama Ratini.  "Dia itu yang pernah Abi ceritakan, Mi. Bukankah Umi sudah setuju Abi nikah lagi?" jawaban enteng dari Abi membuat perih luka ini.  Aku tak menyangka bakal secepat ini, terlebih saat ini aku baru saja melahirkan anak pertama kami, lima hari yang lalu.  "Dia akan membantu Umi mengurus dedek bayi kita, juga mengurus Abi. Jadi biar lebih cepat, besok Abi akan menikah dengannya. Makanya malam ini Abi bawa dia kesini, karena pernikahannya kita adakan di sini agar Umi juga ikut menyaksikan!"  Perih! Rasa hati ini begitu perih, bahkan luka caesar saja belum benar-benar kering, berjalan masih dibantu Mbok Sumi, ART yang juga menjabat sebagai dukun bayi.  Aku tak dapa
Baca selengkapnya

Menjemput calon madu

"Bi, bagaimana? Sudah izin Dik Ratini kah?" tanyaku saat sarapan bertiga, Mbok Sumi masih mondar mandir untuk menyiapkan makanan.  Terlihat wajah penasaran Ratini atas apa yang aku katakan kentara. "Maaf, Umi. Belum," jawab Abi pelan.  "Kenapa? Abi takut, apa perlu Umi yang bicara dengan Dik Ratini!" Abi terdiam mungkin dia berat ataupun takut, aku tersemyum sinis, dalam hati kenapa dulu Abi tak takut mengatakan untuk poligami padaku bahkan membawanya kemari saat aku baru saja melahirkan!  "Ada apa ini? Ada apa, Umi?" tanya Ratini penasaran. Aku tak segera menjawab.  "Mbok, mana nasi gorengku?" tanyaku pada Mbok Sumi. Dia bergegas kebelakang dan mengambilkan apa permintaanku.  "Monggo, Cah Ayu!" Mbok Sumi menghidangkan satu piring penuh nasi goreng yang masih panas. Aromanya pun langsung merebak memenuhi ruangan.&
Baca selengkapnya

Hati yang kelu

"Pagi, Abi... " sapaku ketika berada di meja makan, dia tengah sibuk mengembil roti dengan selai coklat tanpa duduk.  "Pagi," jawabnya singkat sambil terus mengoleskan roti.  Aku mengambil tempat duduk, "Abi mau sarapan di jalan?" tanyaku melihat dia yang tengah sibuk tanpa duduk, tak biasanya.  "Nggak kok, Mi. Ini Abi ambilkan buat Adek, dia ngga mau turun, mau makan di kamar saja katanya." "Owalah, kok Abi nggak ngomong. Sini biar Umi ambilin, Abi kan mesti siap-siap. Kenapa juga masih merepotkan Abi?" "Nggak papa, Umi. Biar Abi saja!" "Abi yakin? Nanti kalau Abi yang ngantar malah nggak jadi makan lagi karena bau keringat Abi!" Sejenak Abi mencium kanan kiri tubuhnya, wangi sih aroma tubuh Abi, tapi entah kenapa dia akan mual bila berdekatan dengan Suaminya itu! Mungkin itu hukuman atas apa yang telah ia perbuat. Akhirny
Baca selengkapnya

Pulang kampung

"Kok... Kok, Abi nggak ngomong sama Adek dari kemarin?" protes Ratini.  Aku hanya tersenyum, berbeda dengan Abi yang sedikit gelagapan. Aku duduk di tepi ranjang, tepat si sebelah kaki Ratini. Kupijit pelan kakinya.  "Sebenarnya aku sudah suruh Abi bilang dari kemarin, waktu aku tanya itu loh!" ucapku. Ratini terlihat mengangguk.  "Ih! Abi, kenapa nggak bilang dari kemarin? Terus Abi mau keluar kota berapa hari?" tanyanya lagi.  Abi hanya menggaruk kepala.  "Kan tadi pagi, Umi juga sudah bilang! Kalau Abi itu sibuk. Ya kan, Bi?"  "I-Iya, Umi. Maafkan Abi ya, Dik!" ucap Abi.  "Ya udah kalau gitu Umi berangkat dulu ya," pamitku.  "Abi nganter Umi sebentar!" pamit Abi pada Ratini.  Dia seketika mengekor di belakangku. Hingga sampai kedepan. &n
Baca selengkapnya

Kerumah Nita

"Ya udah, Nduk! Kita selesaikan masak dulu, masih ada waktu untuk kita ngobrol!" Ami berkata setelah melepas pelukannya dan menghapus airmata. Aku mengangguk dan tersenyum, bagaimanapun dia wanita yang telah menguatkanku selama ini, menjadi pribadi yang tangguh walau belum setangguh para wanita rosulluloh.  Kami berdua menikmati masak bersama, hal yang kurindukan beberapa tahun belakangan ini. Yah... Aku sangat merindukan bau asap kompor dan masakanku sendiri. Di rumah Abi, jangankan mau masak, pergi kedapur saja di larang oleh Mbok Sumi dan di protes oleh Abi.  "Umi... Ngapain kamu kedapur? Tugas Umi itu melayani Abi di kasur." Kata itulah yang selalu ia katakan ketika aku izin untuk kedapur membantu Mbok Sumi. Abi memperlakukanku bak permaisuri, begitu memanjakan apa keinginanku bahkan sampai saat ini. Hanya saja hatiku sudah kelu ketika harus di madu pasca melahirkan.  "Ayo, Nduk. M
Baca selengkapnya

Makin dendam

Sampai rumah Ami hari sudah malam, aku merasa benar-benar letih dan langsung membersihkan diri. Kemudian tidur, bahkan Ami membuatkan wedang jahe saja lupa kumunim hingga pagi menjelang.   "Assalamualaikum, Abi," sapaku lewat seberang telfon.  "Waalaikumsalam, Gimana Umi. Apa Abah dan Ami sehat?" tanya Abi.  "Alhamdulilahh, mereka sehat, Bi. Abi ngga ada masalah kan?" tanyaku. "Ngga ada Umi, selesaikan dulu urusanmu, lancar kan tanpa kendali? "  "Alhamdulilahh lancar, Abi. Semua bisa Umi atasi. Sore ini Umi pulang."  Kudengar dari sebrang sana bagaimana Ratini dengan suara manja, seolah menunjukan bahwa dia begitu romantis ketika tak ada aku di sana. Bahkan kudengar dia juga meminta secepatnya untuk menyelesaikan telfonnya.  "Abi, Umi mau bicara penting. Apa Abi bisa menjauh dulu dari Dik Ratini!
Baca selengkapnya

Berlian dan Kaca

Kuberanjak masuk kedalam rumah, di depan tangga Ratini masih berdiri disana.  "Kenapa, Dik! Ada yang bisa aku bantu?" tanyaku ketika di depannya. Dengan santai ia melipat tangan diatas perut.  "Aku mau jalan-jalan, Mbak. Antar aku ya, sekalian kita shoping! Bukankah keuangan Mbak yang pegang?" tanpa Basa-basi dia meminta.  Memang keuangan rumah ini aku yang handle, Abi mempercayakan semuanya padaku atas apa yang keluar masuk tentang uang dari rumah ini.  "Ini semua tugas Umi, sekalian biar Umi punya kesibukan. Walau itu hanya menghitung pengeluaran dan pemasukan dirumah ini." itulah kata-kata Abi dulu.  "Tapi, Bi... Aku takut tak amanah!" protesku.  Dengan mengusap lembut mayangku yang tak tertutup jilbab karena posisi di kamar bersama Abi, "Aku yakin Umi sangat amanah dan tak kuragukan lagi tentang itu! Abi percaya seratus perse
Baca selengkapnya

Menuruti keinginan

"Apa kamu bilang!" Ratini mendekat kearah Ratna, membuat otomatis Ratna bersembunyi di belakangku.  "Udah-udah!" perintahku pada Ratini yang tengah ingin mengapai Ratna. Rasanya malu sekali banyak mata tertuju pada kami.  "Awas kamu ya! Kusuruh Abi biar menghajarmu sekalian berhenti langganan loundry ditempatmu!" Ratini masih mengomel, tak perdulikan puluhan pasang mata menatapnya. Segera aku gandeng dia dan secepatnya pergi dari tempat itu.  "Lepasin, Mbak! Sakit kali tanganku." rintih Ratini ketika sudah agak jauh dari tempat itu.  "Kamu ini apa-apaan, Dek!" tanyaku menatapnya, "Kalau sampai ada yang video-in peristiwa tadi, apa mau di kata sama Abi! Bikin malu saja!" "Tapi, Mbak! Semua karena ulah dia duluan yang mulai, bilang aku hanya pecahan kaca! Emang mukaku seperti itu!"  Aku berusaha mengosok pungung Ratini agar sedikit tena
Baca selengkapnya

Panti asuhan

"Mbak... Kenapa ya Abi susah sekali di hubungi?" Ratini mendekat kearah di mana aku duduk. Dengan kepala masih tertutup handuk.  "Kamu ini, Abi kan berangkat untuk urusan bisnis. Kali aja lagi rapat atau apalah! Udahlah ngga usah ganggu konsentrasi Abi. Toh di sini kamu nyaman dan tak kekurangan suatu apapun!" cetusku.  "Tapi kan aku kepengen VC, Mbak. Nunjukin kalau aku sedang berusaha cantik untuknya nanti ketika pulang!"  "Ya udah dari pada VC mending cantikmu itu untuk surprise saja! Bagaimana?" ucapku meyakinkannya, "Kalau kamu foto atau VC sama Abi berarti nanti Abi pulang nggak terkejut dong!" Kali ini kutatap tajam manik Ratini, dia berfikir sejenak, kemudian mengangguk setuju dan tersenyum.  "Benar juga ya, Mbak! Ya udah deh aku kembali lagi untuk melanjutkan perawatan." dia kembali berdiri dan melangkah pergi meninggalkanku. Aku menggeleng kepala.&nb
Baca selengkapnya

Seliar apa dia?

Malam semakin larut, aku yang terbangun dan melaksanakan salat malam, tiba-tiba merasa haus dan kebetulan poci yang biasa aku isi dengan air putih ternyata tandas habis. Mau tak mau aku harus turun kebawah mengambilnya. Sebenarnya malas tapi haus ini mendorongku untuk segera turun.  Tepat ketika lewat di dekat kamar Ratini, aku mendengar jelas suara musik dugem. Sejenak berhenti untuk menajamkan pendengaran. Tak salahkah yang aku dengar! Aduh, bisa-bisanya dia melalukan semua ini di rumah. Apa kata Abi kalau mendengar musik yang bikin kepala tambah pening itu mengalun keras dirumahnya. Keterlaluan!  Aku memilih untuk turun saja dulu, siapa tau ketika kembali Ratini sudah mematikannya. Kuteguk beberapa gelas air putih kemudian mengisi poci dengan penuh. Kembali naik keatas untuk beristirahat. Ternyata nihil, ketika kembali pun suara itu masih terdengar keras, bahkan kali ini di iringi suara tawa dari Ratini. Segera aku ketuk pintuny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status