Bukan Menantu Tersayang

Bukan Menantu Tersayang

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-26
Oleh:  Ziie KatoOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Ketika cinta mampu merubah segalanya, melumpuhkan logika. Membuat yang merasakannya merasa di atas awan tanpa berpikir suatu saat akan terjatuh. Seorang pemuda kesayangan orang tuanya, selalu menurut apapun perintahnya. menjadi pembangkang karena cinta. Hasna ialah wanita mampu merebut hati pemuda itu, Fandi. Senyum manisnya dengan lesung dipipinya meluluhkan pertahanan Fandi. Hasna yang bukan dari level mereka, apalagi seorang janda tentu bertentangan derajat keluarga besar mereka. Demi cinta, mereka menyatukannya dengan pernikahan siri tanpa diketahui oleh orang tua. Menjalin hubungan secara diam-diam bukanlah hal yang mudah. Sampai kapan mereka dapat menyembunyikannya? Dengan semua kerumitan ini mampukah Hasna bertahan sebagai menantu yang tidak pernah diinginkan?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Part 1 - Kegalauan Hati

"Apa! Menikah?" Fandy tersentak mendengar penuturan Hasna. "tidak!" lanjutnya lagi, sesungguhnya ia pun ingin mengiyakan namun di satu sisi kendala orang tua yang membuatnya bimbang. Hasna bergeming tak menyangka Fandy semarah itu. Bukankah ini kabar gembira? Kenapa lelaki yang mengaku mencintainya tak mau menikahi dirinya.

"Mm … maksud aku tidak sekarang. Tapi nanti,  aku janji. Kita pasti akan menikah. Aku mohon kamu bersabar,” ucap Fandy melunak. Diraihnya tangan wanita manis didepannya.

"Tapi kapan? Sebenarnya paman dan bibiku sudah pernah menanyakan perihal ini. Hingga akhirnya muncul gosip itu yang menyebar kemana-kemana."

Suara wanita itu parau, ia nyaris meneteskan air matanya. Hasna Safitri namanya, sejujurnya ia pun gemas dengan fitnah yang dituduhkan padanya. Ia tak tega pamannya harus menerima cibiran pedas karena kejadian itu.

"Argg ... fitnah sialan! Dasar orang kampung." Geram Fandy kesal. Wajahnya pemuda bermata sipit itu tampak memerah.

"Satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, apakah kamu mencintaiku."

Fandi terdiam menatapnya.

Sorot mata Hasna tajam menatap lelaki itu seakan ingin menyelami lebih jauh isi hatinya. Bukankah kata pepatah mata adalah jendela hati?

"Kenapa kamu tanyakan itu. Jelaslah aku sangat mencintaimu. Apa kita lakukan saja seperti apa yang mereka tuduhkan terhadap kita?” ucap Fandi asal. Ia sendiri geram. Sesungguhnya menikah dengannya adalah hal yang menggembirakan, ia sendiri tak ingin kehilangan wanita itu. Namun dilain sisi ia pun butuh waktu untuk melakukan pendekatan agar orang tuanya mau merestui hubungan mereka.

"Gila kamu! sama saja kita membenarkan fitnah itu." Matanya yang bulat dengan bulu mata yang lentik melototi pemuda di depannya.

"Apa itu akal-akalan kamu saja agar bisa segera menikah denganku. Biasanya perempuan begitu selalu mendesak menikah dan menikah. Dengan alasan ini itu. Ah.. dasar wanita." Lirih Fandy sambil menyeringai. Ucapannya masih terdengar jelas ditelinga Winda. Fandi yang biasanya menyukai tatapan mata indah itu kini menghindarinya. Emosi membuatnya berbicara tanpa berpikir.

"Semuanya gara-gara kamu. Kalau saja malam itu kamu tak datang. Ah, sudahlah lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Aku tidak akan menyuruhmu lagi untuk menikah denganku." Hasna amat tersinggung dengan perkataan lelaki itu.

"Maksud kamu apa? Kita putus? Tidak, aku tidak mau." tolak Fandi menggelengkan kepalanya.

"Kita sedang sama-sama emosi. Menikah tidak semudah itu, sayang. Bagaimana untuk sementara ini hubungan kita brek dulu untuk beberapa hari, seminggu dua minggu." Diraihnya tangan wanita itu, ditatapnya mata indahnya.

"Maksudnya brek, bagaimana? Tidak saling memberi kabar, kita akan saling menjauh dan lama-lama akan saling melupakan?" balasnya tajam, hatinya benar-benar sesak. Dihempaskannya tangan Fandi dengan kasar.

"Maksudku bukan begitu, tap-i."

"Sudahlah, keputusan ada ditanganmu, kita lanjutkan ke arah yang lebih serius atau sampai disini saja." ucap Hasna tegas. Pertemuan terkhir mereka tanpa kejelasan ke arah mana hubungan kedua sejoli itu akan berlanjut.

Kalimat  wanita itu membuat hari-hari Fandi resah. Ini adalah hari ketiga mereka tak saling memberi kabar. Berkali-kali pemuda tampan itu membolak balikan badan di kasur empuk milikinya. Rambut cepaknya sesekali diremas membuatnya berantakan. Matanya sulit sekali terpejam. Kejadian beberapa hari lalu membuat otaknya kebas. Kini seakan dinding kamar pun ikut mencibirnya. Apa yang harus aku lakukan? Hatinya bermonolog.

Wanita manis berkulit kuning langsat disertai bulu mata lentik sungguh membuatnya ingin terus bersama memandang wajahnya yang ayu. Senyum yang menciptakan lesung dipipinya membuat pemuda itu enggan untuk berpaling. Wanita satu-satunya yang membuat  jiwa mudanya menggelora. Kini sebuah keputusan harus ia ambil mengingat pilihan terakhir darinya.

“Lanjutkan ke arah yang lebih serius atau cukup sampai disini saja.”

Kembali Fandy teringat hari itu, ia datang ke tempat kos Hasna dengan membawa bunga. Ia hendak menyatakan cintanya sekali lagi. Pemuda itu yakin  Hasna juga mencintainya, akan tetapi ada sesuatu yang mengganjalnya.

"Halo, Na. Kamu dimana? Aku sudah sampai di depan kos kamu." Sengaja ia ingin memberi kejutan, tapi nihil, wanita itu tak ada di rumah.

"Aku pulang kampung kemarin, Paman sakit. Maaf tidak memberi kabar." Terang wanita itu dari seberang telepon.

"Ya sudah tidak apa-apa. Aku yang salah tidak memberi tahu dulu akan datang. Pantas saja sudah beberapa hari ini kamu tidak ada kabar." Fandi kecewa mendengar penuturan Hasna.

"Ah, iya aku sibuk. Aku minta ma'af jika ada salah sepertinya aku akan kembali lagi ke Jakarta. Aku akan bekerja di kampung saja." Bola mata pemuda sipit itu membulat, ia tak ingin jauh darinya.

"Bolehkah aku main ke kampung kamu?"

"Tidak usah." tolak Hasna dari seberang telepon, ia merasa sungkan.

"Tapi aku merindukanmu. Cepat kirim alamat lengkapnya. Dan share lokasi.” Akhirnya wanita itu mengirimkan alamat lengkap beserta lokasi.

Fandi yang terbiasa dari kecil apa pun keinginannya harus terpenuhi. Kini ia pun bertekad untuk mengejar cintanya. Ia harus berhasil mendapatkan hati wanita itu. Seharusnya perjalanan Jakarta-Sukabumi membutuhkan waktu sekitar 2 atau 3 jam. Akan tetapi Fandi yang belum mengetahui persis rumahnya alhasil membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di rumahnya.

Waktu menunjukan pukul 10 malam pemuda itu sampai di rumah Hasna. Malam itu paman dan bibinya belum pulang, mereka sedang berada dirumah saudaranya. Hasna yang sendirian merasa canggung menerima Fandi yang sudah terlanjur datang, apalagi kondisi Fandi yang kedinginan karena hujan cukup deras. Mau tak mau wanita itu menyuruhnya masuk. Entah siapa yang melapor, tiba-tiba  para warga sudah ramai di halaman rumah Hasna. Mendengar mereka menteriaki dan memaki-maki, membuat Fandy terburu-buru keluar. Pemuda itu yang baru saja berganti celananya yang basah lupa masih bertelanjang dada. Sontak teriakakan warga semakin ramai. Kesalahpahaman itu menimbulkan fitnah keji.

"Nikahkan saja mereka!” teriak lelaki bertubuh besar.

“Hei kalian menikahlah. Kampung kami bukan tempat zina,” timpal yang lainnya.

“Tak sangka keponakan Edi begitu kelakukannya."  Berbagai cibiran dilontarkan.

“Iya yah kelihatan lugu ternyata suhu."

"Ah, dasar janda genit."  Seseorang yang terkenal julid seakan tak ingin ketinggalan gosip.

"Kalian salah paham. Kami tidak serendah itu. Kami tidak seperti apa yang kalian pikirkan."

Bagai angin penjelasan Hasna tak mereka dengar.

"Siapa pemuda itu." Lantang seseorang berbadan kekar tersenyum sinis.

“Entahlah asal usulnya tidak jelas juga.”

Terdengar desas desur warga mencibirnya.

“Sudahlah usir saja mereka dari kampung ini!” seru yang lainnya.

“Iya kalo perlu seret di arak keliling kampung!”

“Usir mereka..! Seret!!”

“Ayo..ayo!”

Namun dibalik kerumunan itu, salah satu lelaki setengah baya tampak menyunggingkan senyum tipis. Malam itu hampir saja mereka berdua dihakimi warga. Beruntung paman dan bibi Hasna datang. Paman Edi berhasil meredakan amarah warga. Beliau cukup terkenal dikampungnya banyak yang segan padanya. Mang Edi panggilannya, ia dikenal berkepribadian baik dan jujur.

Mengingat amukan warga malam itu membuat rahang Fandi mengeras, kedua tangannya mengusap wajah dengan kasar kemudian membuang napas berat. Benar-benar harga dirinya telah diinjak-injak. Andai mereka tahu siapa Afandy Putra Gemilang anak Surya Gemilang pemilik saham terbesar perusahaan kontruksi.

'Sebaiknya aku mandi dulu, dan membicarakan ini dengan mami.' Pemuda berusia 23 tahun itu melangkah tegap ke kamar mandi. Membiarkan setiap kucuran air membasahi tubuhnya. Setelah itu ia putuskan untuk membahas semua dengan orang tuanya. Apapun hasilnya nanti, ia putuskan nanti. Langkah tegapnya menuruni anak tangga satu persatu.

"Mih," sapanya menampakan senyum, tapi senyum itu surut setelah matanya bersirobok dengan seseorang yang duduk bersebelahan dengan ibunya. "Ah, kenapa ada dia," desisnya kesal.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
17 Bab
Part 1 - Kegalauan Hati
"Apa! Menikah?" Fandy tersentak mendengar penuturan Hasna. "tidak!" lanjutnya lagi, sesungguhnya ia pun ingin mengiyakan namun di satu sisi kendala orang tua yang membuatnya bimbang. Hasna bergeming tak menyangka Fandy semarah itu. Bukankah ini kabar gembira? Kenapa lelaki yang mengaku mencintainya tak mau menikahi dirinya.   "Mm … maksud aku tidak sekarang. Tapi nanti,  aku janji. Kita pasti akan menikah. Aku mohon kamu bersabar,” ucap Fandy melunak. Diraihnya tangan wanita manis didepannya. "Tapi kapan? Sebenarnya paman dan bibiku sudah pernah menanyakan perihal ini. Hingga akhirnya muncul gosip itu yang menyebar kemana-kemana." Suara wanita itu parau, ia nyaris meneteskan air matanya. Hasna Safitri namanya, sejujurnya ia pun gemas dengan fitnah yang dituduhkan padanya. Ia tak tega pamannya ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-24
Baca selengkapnya
Part 2 - Meminta Restu
"Mih," sapanya menampakan senyum, tapi senyum itu surut setelah matanya bersirobok dengan seseorang yang duduk bersebelahan dengan ibunya. "Ah, kenapa ada dia,” desisnya kesal.   "Ngapain lu malam-malam disini." tanya Fandi malas kemudian menjatuhkan bobotnya disofa. Gadis yang disapanya akhir-akhir ini sering berkunjung ke rumahnya. Citra namanya, orang tuanya berniat menjodohkan mereka. Meskipun cantik, Fandi tak menaruh hati padanya. Justru ia jatuh hati pada wanita sederhana, Hasna.   "Begitukah caramu menyapa calon isterimu yang cantik ini," ucap Citra sembari mengibaskan rambutnya yang terurai. "Fandi, malam ini Citra menginap disini. Mama dan papanya sedang ke luar kota. Kasian dia sendirian di rumah." Yulia menjelaskan kedatangan Citra. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-24
Baca selengkapnya
Part 3 - Nikah Siri
"Tidak Bi, aku tidak mau dijodohkan lagi." Bi Rusti yang mendengar tolakan Hasna mendengus kesal.    "Iyalah kamu ini apa-apaan. Lihat gara-gara kamu dulu menjodohkannya. Sekarang dia menjadi janda." Bela mang Edi menghentikan acara makannya. Sarapan didepannya seakan tak mengundang selera lagi.    Hasna hanya menunduk, ia tahu bibinya mungkin tertekan karena statusnya. Meskipun bukan dia saja yang berstatus janda. Tetapi entah  selalu dia yang menjadi gunjingan warga. "Nasib punya wajah cantik," kata Erna sahabatnya ketika masih menjadi SPG. Mereka berdua memang kerap kali menceritakan kisah hidupnya masing-masing. Apalagi malam itu kedatangan Fandi yang tak disengaja membuatnya heboh. Rasanya tak adil baginya. Ia curiga pada satu nama yang memprovokasi hingga warga berke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-24
Baca selengkapnya
Part 4 - Kembali ke Jakarta
"Bagaimana ini?" tanya Andre tanpa suara. Sementara sebentar lagi acara akad segera dimulai.  "Nak Fandi, ayo penghulunya sudah datang." Panggilan mang Edi membuyarkan keduanya yang sedari tadi terdiam bimbang.   "Halo, Andre!" Suara Yulia dari seberang telepon masih terdengar.  "Atur saja, jangan sampe ketahuan." Bisik Fandi nyaris tak terdengar dan berlalu meninggalkan Andre.    "I-iya, tante, aduh sinyalnya susah, halo hallo,” sahut Andre seraya mematikan ponsel sepihak dan berlalu menyusul Fandi dirinya akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu.   Dirumahnya Yulia amat kesal, Fandi dan Andre sulit dihubungi. "Pengh
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-24
Baca selengkapnya
Part 5 - Kepanikan Pasutri
Sudah hampir larut malam Fandi belum juga pulang membuat Hasna cemas. Ponselnya juga sulit dihubungi. Ingin menyusulnya tapi kemana? Ia juga tidak tahu rumah mertuanya. Sementara itu diseberang jalan ada sepasang mata yang tengah mengawasi rumah petak mereka. "Iya, juragan. Siap!" Seru lelaki dibalik mobil jeep itu menjawab telepon bosnya dan berlalu. Juragan Sardi masih belum terima atas pernikahan Hasna dengan Fandi. Ia merasa harga dirinya di injak- injak baru kali ini ada yang menolaknya. Juragan Sardi menyuruh anak buahnya untuk mengikuti kemana Hasna pergi dan mencari tahu siapa Fandi sebenarnya. "Kau harus jadi milikku Hasna!" geramnya kemudian terkekeh sendiri. Hasna yang lelah menunggu Fandi akhirnya tertidur. Tok tok tok! 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-24
Baca selengkapnya
Part 6 - Belum Siap
"Hasna!" teriak Fandi dari dalam membuat mereka yang sedang mengobrol menoleh. Hasna semakin gelisah, pandangannya menatap ke seberang jalan. Mobil SUV hitam  itu berhenti sejenak kemudian melaju kembali. Hasna menghela napas lega, ternyata seorang laki-laki keluar dari mobil itu membeli minuman di sebuah warung dan mobil kembali melaju. Ya, jelas dia bukan ibu mertuanya. "Neng, ibu pulang dulu ya.""Saya juga, itu suamimu sudah manggil." Rima dan bu haji  undur diri, mereka merasa tak enak karena panggilan Fandi tadi. Keduanya pun segera berlalu. Begitu pun Hasna gegas ia masuk menemui panggilan suaminya. Baru saja Hasna masuk dan menutup pintu, Fandi langsung menyerbunya, memeluk erat wanita itu. "Ada apa, bang?" Dahi Hasna berkerut dalam di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-12
Baca selengkapnya
Part 7 - Menjaga Rahasia
Banyak pertanyaan dalam benak Hasna. Bukankah malam pertama menjadi keinginan setiap lelaki. Sebaliknya menjadi momok menakutkan bagi wanita. Namun ada apa dengan suaminya kini, apakah ia yang terlalu agresif? Tapi bukankah suaminya juga menginginkan? Ataukah lelaki disampingnya itu punya masalah kesehatan? Hasna menggelengkan kepala mencoba berpikir positif. 'Ini pasti yang pertama baginya, ah.. dasar anak manja. Sepolos itukah kamu. Belum rela melepas keperjakaannya.' Batin Hasna seraya mengulum senyum. Malam itu mereka habiskan dengan tidur saling membelakangi.Sementara itu, Yulia nampak kecewa apartemen itu kosong tidak ada Fandi disana. Ditelepon pun putranya tak memberi tahu kediamannya sekarang ini. Yulia sengaja menemui Fandi karena ada maksud tertentu. Ia ingin memberikan kartu kredit baru untuk putranya. Ia tahu Surya telah memblokir kartu kredit Fandi beserta menghentikan transferan uang jajan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-14
Baca selengkapnya
Part 8 - Kecurigaan Surya
"Benarkah begitu, apa disana terjadi sesuatu dengan Fandi?" cecar Surya.  Deg.. Bagaimana ini? Andre bagai makan buah simalakama, apa yang harus dikatakan? "Eehh … em …" Andre menjawab gugup sembari berpikir apa yang harus di katakannya. Kedua tangan dan kakinya terasa dingin. "Hallo, Andre!" bentak Surya dari seberang telepon membuat Andre semakin gemetar. "Ti-tidak ada apa-apa, Om. Kami baik-baik saja. Maksud Om terjadi sesuatu bagaimana?" tanya Andre pura-pura.  "Baiklah jika begitu. Om, percaya sama kamu. Aku hanya berharap jangan ada yang kau tutupi dari kami. Apapun perbuatan Fandi di luar sana yang menurutmu kurang pantas, bicarakanlah dengan kami. Fandi akhir-akhir ini sulit di atur. Om, sangat percaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-16
Baca selengkapnya
Part 9 - Tempat Tinggal Baru
"Siapa mereka?" Hasna mencoba mengingat-ngingat dua orang itu. Sepertinya ia mengenal kedua orang itu. Namun tidak terlalu jelas, wajah mereka tertutup helm rapat, ia hanya merasa mengenalnya dari postur tubuh mereka. Salah satu dari mereka berbadan besar dan satunya lagi kurus tinggi dan keduanya memakai jaket hitam dan bercelana jeans sobek bagian lutut. Segera ditepisnya pikiran negatifnya itu. "Ah, mungkin saja orang sini, tapi kenapa berbadan besar itu sepertinya menunjuk-nunjuk Fandi dan kemudian mengikutinya? dan sudah sejak subuh motor mereka juga sudah ada diujung jalan."Hasna hanya berdo'a, semoga tidak terjadi apa-apa dengan suaminya. Setelah beberapa menit, Fandi sampai ditempat yang sudah dijanjikan oleh Andre. Cafe tempat biaaa mereka nongkrong, tidak jauh dari kantor Andre. Pemuda itu segera menuju meja dimana seorang pemuda duduk seorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-18
Baca selengkapnya
Part 10 - Ketika Hasna Pergi
"Aku pengennya sekarang, obat lelah biar tidur kita tambah nyenyak." Fandi mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum seraya membuka pakaiannya. Hasna hanya pasrah apa yang akan dilakukan suaminya."Paling juga gagal lagi, lelaki itu hanya bisa mendekatinya saja. Tidak berani mencampurinya," batin Hasna, maka ia membiarkan tangan suaminya berkelana kemana-mana dan mencium setiap inci tubuh indah miliknya. Hasna mulai mendesah menikmati, tapi tiba-tiba Fandi terbangun dan berlalu ke dapur. Hasna hanya tersenyum melihat tingkah suaminya. Ia sudah tahu lelaki itu pasti belum berani melakukannya.Sementara Fandi di dapur membuat teh hangat untuk Hasna. "Ma'afkan aku, sayang," ucapnya lirih seraya mengeluarkan satu butir pil dari plastik kecil dan mencampurinya ke dalam teh hangat yang akan ia berikan untuk sang ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-22
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status