Beranda / Lain / Bukan Menantu Tersayang / Part 11 - Siapa Penguntit itu?

Share

Part 11 - Siapa Penguntit itu?

Penulis: Ziie Kato
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-24 20:15:51

Fandi menyusuri gang kecil menuju lapangan yang lebih luas dimana mobilnya terparkir. Gang kecil itu hanya bisa dilalui satu motor sehingga terpaksa semalam mobil itu diparkir lumayan jauh dari rumahnya.

Sesampainya di lapangan kedua mata Fandi terbelalak, pupilnya seperti akan keluar. Kedua tangannya mengepal erat terlihat otot-otot kekarnya keluar, setelah  melihat dimana mobil itu berada.

"Citra!" Wanita yang dipanggilnya menoleh, segera tangannya menepis pada dua pria berbadan besar tanda ia menyuruhnya segera pergi. 

"Owh, jadi kamu yang mengikutiku. Mereka orang-orang suruhanmu?" tanya Fandi marah. Citra bergeming bingung apa yang dituduhkan Fandi padanya. 

"Jawab, Cit! Mengakulah!" gertak Fandi mulai meninggi suaranya.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 12 - Juragan Sardi

    Mendengar jawaban Yulia dan Surya membuat Fandi bingung dengan apa yang terjadi, dahinya mengeryit dalam. Jika bukan mereka atau Citra, lalu siapa yang selama ini menguntitnya hingga ia terpaksa harus pindah. Namun pada akhirnya ia hanya berpikir positif saja. Mungkinkah hanya persasann ia saja? Dering ponsel Fandi di dalam kantong celana jeansnay terdengar nyaring menyadarkan lamunan sesaat. Setelah dilihat siapa sang penelpon ternyata Hasna. Ia mematikan panggilan dari istrinya. "Mih, Pih, aku pamit dulu. Jangan khawatir aku baik-baik saja. Pasti aku akan sering main-main kesini. Jika mami kangen panggil saja, aku yang akan datang. Mami tak perlu mencariku." Setelah mengucapkan pamit Fandi mengecup tangan Surya dan Yulia dengan takzim. Yulia sedikit kecewa ingin protes baru saja mereka bertemu dan harus ditingg

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 13 - Semakin Menipis

    Sudah hampir sebulan Fandi juga masih belum juga bekerja. Kesehariannya hanya bermain game online. Hasna mulai gemas dengan suaminya. Bukannya keluar mencari pekerjaan melainkan hanya dirumah saja."Bang, tabungan semakin menipis. Bukannya kamu sudah janji akan mencari pekerjaan, kalau di rumah terus bagaimana bisa dapat kerja," keluh Hasna sembari tangannya dengan cekatan melipat pakaian yang berserakan di lantai."Hmm.." jawab lelaki yang tengah asyik bermain game diponselnya."Bang!" panggil Hasna lagi merasa ucapannya tak didengarnya, geram sendiri melihat tingkah suaminya yang nampak acuh.Pasalnya keuangan mereka benar-benar semakin menipis dengan pengeluaran sehari-hari tanpa pemasukan. Diam-diam juga Hasna mencari pekerjaan, bertanya-tanya sekiranya a

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-05
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 14 - Apa ini?

    "Hush, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya dengar, loh! Tak baik juga ngomongin orang," potong bu Sri pemilik warung seraya mengacungkan jari telunjuknya menutup mulutnya sendiri. Spontan membuat ibu-ibu yang sedang bergosip terdiam sesaat dan saling melirik satu sama lain. Baru sadar jika Hasna belum dari tempat mereka berkumpul membicarakannya.Demi tidak ingin mendengar pembicaraan yang tidak mengenakan tentang dirinya, kaki jenjang Hasna mengurai langkah lebar-lebar. Ia berjalan cepat meninggalkan orang-orang yang sedang asyik membicarakan tentang dirinya. Hatinya begitu kesal dengan sikap mereka, baru sebulan tinggal daerah sini sudah menjadi pembicaraan umum. Apakah kebiasan warga sini senang bergosip? Pikirnya dan berlalu. Ingin segera ia cepat sampai ke rumah.Sesampainya di rumah, terlihat Fandi masih asyik dengan ponsel dalam genggamanny

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 15 - Rahasia Fandi

    Perdebatan yang terjadi dengan suaminya, membuat Hasna menjadi malas melakukan apapun. Apalagi melihat sarapan sudah susah payah dibuat tidak tersentuh sama sekali oleh Fandi. Niatnya akan memasak menjadi urung.Rebahan di depan televisi yang menyala tapi entah pikirannya kemana. Karena bosan juga hanya berguling di lantai, akhirnya Hasna memutuskan untuk merapikan dan membereskan rumah mungil itu. Dimulai dari kamar mandi, ia sikat bersih dan wangi. Dilanjutkan merapikan dapur yang hanya ada kompor satu tungku di atas meja.Setelah itu ruang tengah, dimana terdapat kasur lantai tempat mereka tidur, dan ruang depan yang hanya ada televisi dan kulkas. Semua ruangan ia sapu bersih dan di pel. Sampai akhirnya tertuju pada lemari pakaian yang pintunya sedikit terbuka karena tadi Fandi mengambil jaket sebelum pergi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 16 - Kelapangan Hati

    Setelah menemukan yang dicari Fandi segera ke arah dapur dan mengeluarkan butiran dalam kemasan plastik itu. Perlahan ia masukan ke dalam gelas kaca."Kenapa obat itu dicampurkan pada minuman itu? Apa obat itu sebenarnya untukku?" Hasna hanya membatin melihat apa yang dilakukan Fandi dari balik gorden yang menjadi pembatas antara ruang tidur dan dapur. "Sebenarnya obat apa itu? Ada rahasia apa? Berbagai pertanyaan dalam benak Hasna. Memang kemasan obat itu kosong tak ada tulisan atau petunjuk pemakaian apapun. Hanya ada beberapa butir dalam plastik kecil itu. "Ehem..!"Sengaja Hasna mengeluarkan suaranya keras. Kemudian ia berjalan perlahan menghampiri Fandi yang berdiri terpaku. Tanpa sengaja lelaki itu menjatuhkan obat dalam genggaman tangannya. Tampak raut wajahnya putih memucat, tangannya bergetar. "Apa ini?" Hasna bertanya seraya membungkuk mengambil sesuatu yang terjatuh di lantai. "Emm.. itu.. itu." Lidah Fandi terasa kelu untuk menjelaskannya. "Ku mohon, jangan salah paham

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 17 - Terpojok

    "Batalkan saja. Bilang saja sudah tidak menerima karyawan baru untuk di bagian mana pun." Meskipun ragu akan keputusannya, lelaki paruh baya itu berbicara dengan tegas. "Tapi, pak hari ini …"Belum selesai berbicara sambungan telepon sudah diputus secara sepihak. Itulah kebiasaan Surya selalu memutuskan sambungan secara sepihak. Rencana Surya gagal,terpatahkan oleh pendapat istrinya. Surya bekerja sama dengan Andre agar Fandi memulai semuanya dari nol. Meskipun anak sendiri, ia ingin Fandi bekerja dengan sungguh-sungguh. Dimulai dari jabatan yang dianggap sebagian orang rendah. Karena Fandi anak lelaki satu-satunya, lelaki paruh baya itu ingin menguji mentalnya. "Tidak! Aku tidak terima Fandi harus menjadi pelayan di kantor kita sendiri. Seharusnya dia yang jadi Bosnya." Yulia murka mengetahui rencana suaminya. "Batalkan, pih!" protesnya lagi.Tatapannya tajam mengarah ke Surya. Tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya merencanakan sesuatu di belakangnya. Beruntung ia sendir

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 1 - Kegalauan Hati

    "Apa! Menikah?" Fandy tersentak mendengar penuturan Hasna. "tidak!" lanjutnya lagi, sesungguhnya ia pun ingin mengiyakan namun di satu sisi kendala orang tua yang membuatnya bimbang. Hasna bergeming tak menyangka Fandy semarah itu. Bukankah ini kabar gembira? Kenapa lelaki yang mengaku mencintainya tak mau menikahi dirinya. "Mm … maksud aku tidak sekarang. Tapi nanti, aku janji. Kita pasti akan menikah. Aku mohon kamu bersabar,” ucap Fandy melunak. Diraihnya tangan wanita manis didepannya. "Tapi kapan? Sebenarnya paman dan bibiku sudah pernah menanyakan perihal ini. Hingga akhirnya muncul gosip itu yang menyebar kemana-kemana." Suara wanita itu parau, ia nyaris meneteskan air matanya. Hasna Safitri namanya, sejujurnya ia pun gemas dengan fitnah yang dituduhkan padanya. Ia tak tega pamannya ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Bukan Menantu Tersayang   Part 2 - Meminta Restu

    "Mih," sapanya menampakan senyum, tapi senyum itu surut setelah matanya bersirobok dengan seseorang yang duduk bersebelahan dengan ibunya. "Ah, kenapa ada dia,” desisnya kesal. "Ngapain lu malam-malam disini." tanya Fandi malas kemudian menjatuhkan bobotnya disofa. Gadis yang disapanya akhir-akhir ini sering berkunjung ke rumahnya. Citra namanya, orang tuanya berniat menjodohkan mereka. Meskipun cantik, Fandi tak menaruh hati padanya. Justru ia jatuh hati pada wanita sederhana, Hasna. "Begitukah caramu menyapa calon isterimu yang cantik ini," ucap Citra sembari mengibaskan rambutnya yang terurai. "Fandi, malam ini Citra menginap disini. Mama dan papanya sedang ke luar kota. Kasian dia sendirian di rumah." Yulia menjelaskan kedatangan Citra.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24

Bab terbaru

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 17 - Terpojok

    "Batalkan saja. Bilang saja sudah tidak menerima karyawan baru untuk di bagian mana pun." Meskipun ragu akan keputusannya, lelaki paruh baya itu berbicara dengan tegas. "Tapi, pak hari ini …"Belum selesai berbicara sambungan telepon sudah diputus secara sepihak. Itulah kebiasaan Surya selalu memutuskan sambungan secara sepihak. Rencana Surya gagal,terpatahkan oleh pendapat istrinya. Surya bekerja sama dengan Andre agar Fandi memulai semuanya dari nol. Meskipun anak sendiri, ia ingin Fandi bekerja dengan sungguh-sungguh. Dimulai dari jabatan yang dianggap sebagian orang rendah. Karena Fandi anak lelaki satu-satunya, lelaki paruh baya itu ingin menguji mentalnya. "Tidak! Aku tidak terima Fandi harus menjadi pelayan di kantor kita sendiri. Seharusnya dia yang jadi Bosnya." Yulia murka mengetahui rencana suaminya. "Batalkan, pih!" protesnya lagi.Tatapannya tajam mengarah ke Surya. Tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya merencanakan sesuatu di belakangnya. Beruntung ia sendir

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 16 - Kelapangan Hati

    Setelah menemukan yang dicari Fandi segera ke arah dapur dan mengeluarkan butiran dalam kemasan plastik itu. Perlahan ia masukan ke dalam gelas kaca."Kenapa obat itu dicampurkan pada minuman itu? Apa obat itu sebenarnya untukku?" Hasna hanya membatin melihat apa yang dilakukan Fandi dari balik gorden yang menjadi pembatas antara ruang tidur dan dapur. "Sebenarnya obat apa itu? Ada rahasia apa? Berbagai pertanyaan dalam benak Hasna. Memang kemasan obat itu kosong tak ada tulisan atau petunjuk pemakaian apapun. Hanya ada beberapa butir dalam plastik kecil itu. "Ehem..!"Sengaja Hasna mengeluarkan suaranya keras. Kemudian ia berjalan perlahan menghampiri Fandi yang berdiri terpaku. Tanpa sengaja lelaki itu menjatuhkan obat dalam genggaman tangannya. Tampak raut wajahnya putih memucat, tangannya bergetar. "Apa ini?" Hasna bertanya seraya membungkuk mengambil sesuatu yang terjatuh di lantai. "Emm.. itu.. itu." Lidah Fandi terasa kelu untuk menjelaskannya. "Ku mohon, jangan salah paham

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 15 - Rahasia Fandi

    Perdebatan yang terjadi dengan suaminya, membuat Hasna menjadi malas melakukan apapun. Apalagi melihat sarapan sudah susah payah dibuat tidak tersentuh sama sekali oleh Fandi. Niatnya akan memasak menjadi urung.Rebahan di depan televisi yang menyala tapi entah pikirannya kemana. Karena bosan juga hanya berguling di lantai, akhirnya Hasna memutuskan untuk merapikan dan membereskan rumah mungil itu. Dimulai dari kamar mandi, ia sikat bersih dan wangi. Dilanjutkan merapikan dapur yang hanya ada kompor satu tungku di atas meja.Setelah itu ruang tengah, dimana terdapat kasur lantai tempat mereka tidur, dan ruang depan yang hanya ada televisi dan kulkas. Semua ruangan ia sapu bersih dan di pel. Sampai akhirnya tertuju pada lemari pakaian yang pintunya sedikit terbuka karena tadi Fandi mengambil jaket sebelum pergi.

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 14 - Apa ini?

    "Hush, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya dengar, loh! Tak baik juga ngomongin orang," potong bu Sri pemilik warung seraya mengacungkan jari telunjuknya menutup mulutnya sendiri. Spontan membuat ibu-ibu yang sedang bergosip terdiam sesaat dan saling melirik satu sama lain. Baru sadar jika Hasna belum dari tempat mereka berkumpul membicarakannya.Demi tidak ingin mendengar pembicaraan yang tidak mengenakan tentang dirinya, kaki jenjang Hasna mengurai langkah lebar-lebar. Ia berjalan cepat meninggalkan orang-orang yang sedang asyik membicarakan tentang dirinya. Hatinya begitu kesal dengan sikap mereka, baru sebulan tinggal daerah sini sudah menjadi pembicaraan umum. Apakah kebiasan warga sini senang bergosip? Pikirnya dan berlalu. Ingin segera ia cepat sampai ke rumah.Sesampainya di rumah, terlihat Fandi masih asyik dengan ponsel dalam genggamanny

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 13 - Semakin Menipis

    Sudah hampir sebulan Fandi juga masih belum juga bekerja. Kesehariannya hanya bermain game online. Hasna mulai gemas dengan suaminya. Bukannya keluar mencari pekerjaan melainkan hanya dirumah saja."Bang, tabungan semakin menipis. Bukannya kamu sudah janji akan mencari pekerjaan, kalau di rumah terus bagaimana bisa dapat kerja," keluh Hasna sembari tangannya dengan cekatan melipat pakaian yang berserakan di lantai."Hmm.." jawab lelaki yang tengah asyik bermain game diponselnya."Bang!" panggil Hasna lagi merasa ucapannya tak didengarnya, geram sendiri melihat tingkah suaminya yang nampak acuh.Pasalnya keuangan mereka benar-benar semakin menipis dengan pengeluaran sehari-hari tanpa pemasukan. Diam-diam juga Hasna mencari pekerjaan, bertanya-tanya sekiranya a

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 12 - Juragan Sardi

    Mendengar jawaban Yulia dan Surya membuat Fandi bingung dengan apa yang terjadi, dahinya mengeryit dalam. Jika bukan mereka atau Citra, lalu siapa yang selama ini menguntitnya hingga ia terpaksa harus pindah. Namun pada akhirnya ia hanya berpikir positif saja. Mungkinkah hanya persasann ia saja? Dering ponsel Fandi di dalam kantong celana jeansnay terdengar nyaring menyadarkan lamunan sesaat. Setelah dilihat siapa sang penelpon ternyata Hasna. Ia mematikan panggilan dari istrinya. "Mih, Pih, aku pamit dulu. Jangan khawatir aku baik-baik saja. Pasti aku akan sering main-main kesini. Jika mami kangen panggil saja, aku yang akan datang. Mami tak perlu mencariku." Setelah mengucapkan pamit Fandi mengecup tangan Surya dan Yulia dengan takzim. Yulia sedikit kecewa ingin protes baru saja mereka bertemu dan harus ditingg

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 11 - Siapa Penguntit itu?

    Fandi menyusuri gang kecil menuju lapangan yang lebih luas dimana mobilnya terparkir. Gang kecil itu hanya bisa dilalui satu motor sehingga terpaksa semalam mobil itu diparkir lumayan jauh dari rumahnya.Sesampainya di lapangan kedua mata Fandi terbelalak, pupilnya seperti akan keluar. Kedua tangannya mengepal erat terlihat otot-otot kekarnya keluar, setelah melihat dimana mobil itu berada."Citra!" Wanita yang dipanggilnya menoleh, segera tangannya menepis pada dua pria berbadan besar tanda ia menyuruhnya segera pergi."Owh, jadi kamu yang mengikutiku. Mereka orang-orang suruhanmu?" tanya Fandi marah. Citra bergeming bingung apa yang dituduhkan Fandi padanya."Jawab, Cit! Mengakulah!" gertak Fandi mulai meninggi suaranya.

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 10 - Ketika Hasna Pergi

    "Aku pengennya sekarang, obat lelah biar tidur kita tambah nyenyak." Fandi mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum seraya membuka pakaiannya. Hasna hanya pasrah apa yang akan dilakukan suaminya."Paling juga gagal lagi, lelaki itu hanya bisa mendekatinya saja. Tidak berani mencampurinya," batin Hasna, maka ia membiarkan tangan suaminya berkelana kemana-mana dan mencium setiap inci tubuh indah miliknya. Hasna mulai mendesah menikmati, tapi tiba-tiba Fandi terbangun dan berlalu ke dapur. Hasna hanya tersenyum melihat tingkah suaminya. Ia sudah tahu lelaki itu pasti belum berani melakukannya.Sementara Fandi di dapur membuat teh hangat untuk Hasna."Ma'afkan aku, sayang," ucapnya lirih seraya mengeluarkan satu butir pil dari plastik kecil dan mencampurinya ke dalam teh hangat yang akan ia berikan untuk sang ist

  • Bukan Menantu Tersayang   Part 9 - Tempat Tinggal Baru

    "Siapa mereka?" Hasna mencoba mengingat-ngingat dua orang itu. Sepertinya ia mengenal kedua orang itu. Namun tidak terlalu jelas, wajah mereka tertutup helm rapat, ia hanya merasa mengenalnya dari postur tubuh mereka. Salah satu dari mereka berbadan besar dan satunya lagi kurus tinggi dan keduanya memakai jaket hitam dan bercelana jeans sobek bagian lutut. Segera ditepisnya pikiran negatifnya itu. "Ah, mungkin saja orang sini, tapi kenapa berbadan besar itu sepertinya menunjuk-nunjuk Fandi dan kemudian mengikutinya? dan sudah sejak subuh motor mereka juga sudah ada diujung jalan."Hasna hanya berdo'a, semoga tidak terjadi apa-apa dengan suaminya.Setelah beberapa menit, Fandi sampai ditempat yang sudah dijanjikan oleh Andre. Cafe tempat biaaa mereka nongkrong, tidak jauh dari kantor Andre. Pemuda itu segera menuju meja dimana seorang pemuda duduk seorang

DMCA.com Protection Status