Beranda / Romansa / Kubalas Madu dengan Manisnya Madu / Sakit paska operasi dan sakit hati

Share

Kubalas Madu dengan Manisnya Madu
Kubalas Madu dengan Manisnya Madu
Penulis: Pipit Aisyafa

Sakit paska operasi dan sakit hati

"Di-dia siapa, Bi?" tanyaku pada suamiku dengan terbata. Wanita dengan gamis panjang tapi tanpa nibar. Dia tersenyum manis padaku mengenalkan dirinya yang bernama Ratini. 

"Dia itu yang pernah Abi ceritakan, Mi. Bukankah Umi sudah setuju Abi nikah lagi?" jawaban enteng dari Abi membuat perih luka ini. 

Aku tak menyangka bakal secepat ini, terlebih saat ini aku baru saja melahirkan anak pertama kami, lima hari yang lalu. 

"Dia akan membantu Umi mengurus dedek bayi kita, juga mengurus Abi. Jadi biar lebih cepat, besok Abi akan menikah dengannya. Makanya malam ini Abi bawa dia kesini, karena pernikahannya kita adakan di sini agar Umi juga ikut menyaksikan!" 

Perih! Rasa hati ini begitu perih, bahkan luka caesar saja belum benar-benar kering, berjalan masih dibantu Mbok Sumi, ART yang juga menjabat sebagai dukun bayi. 

Aku tak dapat lagi berkata, bahkan air mata pun telah kering karena sakitnya yang begitu tiba-tiba. Memang Mas Usman pernah bilang akan menikah lagi, tapi... Aku pikir tak secepat ini, kupikir nanti ketika aku telah sedikit lemah karena menua. 

"Loh, Cah ayu. Kok nangis?" tanya Mbok Sumi ketika masuk kekamarku untuk memandikan Arjuna--bayiku.

"Nggak baik habis melahirkan menangis, terlebih Cah Ayu lahiran lewat caesar, bisa-bisa lukanya nggak cepat kering loh!" lagi, Mbok Sumi berkata. Tak kuindahkan sedikitpun ucapannya. 

"Udah toh, Diem, Cah Ayu! Eman-eman Ayumu nggo nangis koyo ngono!"

"Sakit, Mbok! Sakit... "

"Mana yang sakit, Cah Ayu?" Mbok Sumi meraba bagian tubuhku. 

"Di sini, Mbok!" aku menunjuk pada hatiku, ngilu sekali hati ini. 

"Aduh!" seketika aku merasakan bekas jahitan operasiku berdenyut nyeri, saat kupegangi terlihat basah. 

"Darah!" Aku dan Mbok Sumi sama-sama berkata. 

"Ya Allah, Cah Ayu!" Bik Sumi berteriak, rasa sakit di bagian itu kian bertambah. Aku semakin pusing dan berat. Rasanya pandangan mulai kabur, bumi perputar, aku tak tahan sekali, semakin gelap dan gelap hingga akhirnya aku tak ingat apa-apa lagi. 

****

Nitt... Nitt... Nitt.... 

Terdengar berbagai alat nyaring ditelingaku, mataku ingin terbuka tapi rasanya susah sekali, lengket seperti lem. 

"Dokter, lihat ini!" entah suara siapa aku sendiri tak mengenalinya, deru langkah sepatu mendekat. 

"Dia tadi bergerak, Dok." 

Ada sesuatu dingin menempel di dadaku. 

"Alhamdulilahhh... Setelah tiga minggu akhirnya bisa melewati masa kritisnya." 

"Iya, Dok!"

"Nanti kabari keluarganya, ini kabar yang baik!"

"Baik, Dok!"

Tiga minggu, aku terbaring tak berdaya selama tiga minggu? Aku tak habis pikir, aku kira hanya pingsan beberapa saat. Teringat jelas tentang kejadian. 

"Apakah Abi membatalkan pernikahannya karena aku koma?" pikiran itu berkecambuk dalam hati. 

Jika benar Abi membatalkan pernikahannya, aku sangat bersyukur telah melewati masa koma ini. Setidaknya dengan koma aku tak jadi di madu. 

Pintu dibuka, terdengar langkah kaki masuk kedalam ruangan. 

"Alhamdulilahh... Akhirnya Salma bisa melewati masa kritisnya ya, Dek! Semoga ia secepatnya sadar." suara yang sangat aku hafal. Ya itu suara Abi, tapi... Siapa yang ia panggil Dek! 

Aku sengaja tak ingin membuka mata, biar mereka tahu kalau kondisiku sudah normal tapi tak tahu kalau aku bisa mendengar dan sadar. 

"Iya, Bi. Semoga Mbak Salma cepat sadar dan sehat kembali hingga kita bisa pergi honeymoon ke Raja Ampat. Udah tiga minggu honeymoon kita ketunda!"

Jederrr! 

Jadi saat aku terbaring koma, Abi tak membatalkan rencana pernikahannya itu! Sungguh, sangata keterlaluan mereka, di saat aku meregang nyawa mereka malah melaksanakan hari bahagia! Ya Allah... Kenapa tak kau cabut saja nyawaku waktu itu! 

Sekuat tenaga aku tahan agar sampai aku mengeluarkan air mata. Hatiku kelu, menahan gejolak sakitnya belati menikam hati menoreh luka semakin dalam. Setelah kurasa mereka keluar akhirnya aku tumpahkan sesaknya dada, aku menangis dalam ranjang rumah sakit. 

Segera aku berhenti dan menghapus air mataku. Aku tak boleh selemah ini! Kamu punya Juna yang masih butuh sosok Ibu. Aku harus berlapang dada menerima semua ini tapi... Aku pastikan kalau aku akan membuat dia merasakan apa yang aku rasa. Lihatlah, maduku, akan kuberikan manisnya madu untukmu tanpa terkecuali, seperti apa yang telah kamu lakukan terhadapku. 

❤❤❤

Beberapa bulan kemudian

"Bi, lihat ini!" kutunjukan gadis cantik yang kukenal, dia adalah sepupu temanku. Masih muda umurnya baru sekitar 16 tahun. 

"Iya, Umi. Kenapa?" tanya Abi yang masih terlihat memegang gadget-nya. 

"Abi nggak ingin nikah lagi?" tanyaku dengan mata menyempit. 

Seketika Abi menatapku dalam, seolah sedang mencari seongok keyakinan bahwa apa yang aku katakan tidaklah main-main. 

"Abi takut tak bisa adil kalau nambah istri lagi, Umi. Sedangkan ini saja Umi dan Dek Ratini masih sering belum adil!" jawab Abi, tapi aku yakin dia hanya butuh sedikit paksaan. 

"Kata siapa Abi belum bisa adil? Abi sudah adil kok, cuma kan kalau masalah nafkah batin memang kemauan Umi yang belum siap di sentuh Abi!" 

Aku memang belum melayani Abi di ranjang kembali, bukan apa? Aku sudah merasa hilang nafsu dalam melayani suamiku saat aku tahu mereka menikah di saat aku kritis. Tak bisa kah Abi menundanya sebentar saja menunggu aku siuman, bahkan dia tak mengulurnya satu haripun! Itulah yang membuat aku muak padanya untuk melayani urusan itu. Hatiku telah mati dan beku! 

"Bi, Umi lihat akhir-akhir ini kan Dik Ratini sakit-sakitan, sedangkan Umi tak bisa menunaikan tugas Umi karena masih trauma atas bekas operasi yang membuat Umi koma selama tiga minggu, jadi... "

"Tapi Dek Ratini kan sakit karena sedang mengandung, Mi."

"Iya Umi tahu, Bi. Tapi Umi lihat dia itu ngidamnya aneh! Nggak mau bau keringat Abi, iya kan? Abi kuat nunggu sampai lahiran! Nggak kan, ya udah sekarang Abi nikahi saja dia. Dia wanita sholehah loh, Bi. Umi mengenalnya."

Akhirnya dengan pelan Abi mengganguk. Yes! Akhirnya pembalasan akan di mulai. 

"Abi izin dulu tapi sama Dek Ratini, Ya?"

Aku mengangguk setuju dan tersenyum senang penuh kemenangan, ini saatnya kamu merasakan apa yang kurasa. Tinggal aku mengatur Nita untuk menjadi bonekaku. 

~~~•

Komen (2)
goodnovel comment avatar
for you
kasih madu yg banyak biar abi mu mati di atas ranjang ...
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu minta talak aja k Abi biar istti yg ketiga membalas dendam mu ke suami dn s pelakor itu dn biar istri k dua nya itu merasakan gimana suami nya d ambil perempuan lain ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status