Laura menyaksikan pernikahannya hancur ketika suaminya tiba-tiba meminta cerai. Dia selalu curiga bahwa suaminya tidak pernah benar-benar mencintainya, tetapi dia tetap memutuskan untuk memenangkan hatinya secara bertahap. Namun, semuanya berantakan ketika mantan pacar suaminya kembali memasuki hidupnya dan membujuknya untuk meninggalkan Laura. Benar-benar patah hati setelah berusaha keras dalam pernikahan yang berakhir dengan kegagalan, Laura memutuskan untuk menyetujui perceraian dan memulai hidupnya yang baru. Namun, Jason Santoso menyadari bahwa dia membuat kesalahan dengan berpisah dari Laura karena pengaruh mantan pacarnya. Dia sekarang mengakui bahwa dia mencintai Laura, meskipun dia tidak menyadarinya sebelumnya. Jason bermaksud untuk bersatu kembali dengan Laura dan memenangkannya kembali. Pertanyaan yang tersisa adalah apakah Laura akan memaafkan Jason dan kembali kepadanya setelah disakiti begitu dalam olehnya.
Lihat lebih banyakAnnaRasanya seakan-akan dunia di sekitar kami menghilang. Panca dan aku sedang menjalani hari yang sempurna, yang mana segala hal tampak memungkinkan, yang mana tidak ada kekhawatiran, hanya kebahagiaan. Musik pop tahun 2000-an terputar dengan lembut melalui pengeras suara toko dan rasanya seperti musik pengiring untuk kisah kami yang mulai tertulis sendiri.Panca menggenggam tanganku dan menarikku ke area aksesori dengan senyuman konyolnya. “Lihat ini!” Dia mengambil sepasang kacamata besar dengan lensa bundar dan bingkai berwarna neon. Dia memasang itu di wajahnya dan membuat pose yang dilebih-lebihkan seolah-olah dia adalah seorang model papan atas. “Sempurna untuk tampilan futuristik, ‘kan?”Aku tertawa dan mengambil kacamata lain, hanya saja kacamata itu memiliki bingkai berbentuk hati. Aku memakainya di wajahku dan menatap Panca sambil tersenyum. “Sekarang iya! Kita siap untuk mendominasi dunia!”Dia tertawa dan mencium pipiku. “Tentunya dunia tidak akan sama jika kita memak
AnnaPanca dan aku menghabiskan waktu di jalanan hingga kami berdua merasa lapar dan mobilnya kehabisan bensin, jadi kami berhenti di sebuah restoran untuk makan dan mengisi ulang energi kami. Aku mengerutkan hidungku karena ada bau bawang ketika Panca sedang mencuri kentang gorengku.“Ih! Aku benci bawang bombai berbumbu,” gerutuku, meringis.“Kamu dan seleramu yang kekanak-kanakan,” kata Panca, menghakimiku dengan matanya.“Bukan selera kekanak-kanakan, aku hanya tidak menyukainya,” koreksiku, memutar bola mataku dan meminum susu kocokku sambil memperhatikan dia makan dengan tidak elegan sama sekali. “Sudah berapa lama kamu belum makan? Dua tahun? Jorok!”“Kamu tidak mengerti, sayangku,” katanya, harus berhenti sejenak untuk memasukkan nuget ayam ke dalam mulutnya. “Biasanya, kami para pria harus makan lebih banyak.“Oh, sungguh?”“He-em.” Dia mengangguk. “Bagaimana menurutmu aku akan melindungimu jika aku tidak menjadi kuat dan besar?” Dia bahkan mengangkat lengannya untuk me
AnnaSetelah Panca diperiksa seperti seorang kriminal oleh petugas polisi tersebut, kami dilepaskan. “Berterimakasihlah pada pacarmu dan kemauannya untuk mengunjungi Pamela, Anak Muda,” kata petugas itu. “Kalau tidak, aku akan mengirimmu kembali ke asalmu!”Raut wajahnya terlihat mengancam saat dia berbicara. Setelah Panca kembali menaiki mobil, petugas itu berjalan menghampiri jendelaku dengan senyuman ramah yang sangat berkebalikan dengan cara dia berbicara pada Panca. “Semoga perjalananmu menyenangkan, Nona. Hati-hati!”Panca sudah melaju dan kami menjauh dari petugas itu. Aku sedikit tertegun, sejujurnya. Bentrokan dengan petugas itu benar-benar membuatku takut. Sekarang, Panca mengemudi dalam diam, tangannya berada di setir mobil dan matanya terpaku pada jalanan.“Apakah kamu baik-baik saja, sayang?” tanyaku sambil mencondongkan tubuhku ke arahnya. Tentu saja aku mengkhawatirkan dia.“He-em,” jawabnya sambil mengangguk, lalu melirik ke arahku. “Bagaimana denganmu? Kamu merasa
AnnaPanca dan aku berada di dalam mobil seraya kami makin mendekat dengan mobil patroli di depan kami. Petugas polisinya mengangkat lampu lalu lintas, menandakan bahwa kami harus menepi. Aku menelan ludah ketika Panca melakukan itu. Pistol di tas merah mudaku terasa berat, seakan-akan itu menanggung beban rasa bersalahku.Petugas polisi dengan perut yang buncit menghampiri kami. “Lihatlah siapa ini. Dua remaja ingin berpetualang di jalan, benar?” komentarnya dengan tawa yang tidak bisa kuterka apakah itu sarkasme atau hanya bercanda.“Iya. Kenapa tidak? Hidup itu terlalu singkat untuk tinggal di satu tempat terus-menerus,” jawab Panca dengan senyuman tenang di wajahnya. Dia melakukannya dengan sangat baik hingga itu membuatku takut. Maksudku, kami sedang melakukan tindakan kriminal, tapi dia bertingkah seolah-olah itu bukan apa-apa dan bahwa itu hanyalah siang hari biasa.Aku menelan ludah pada saat itu, terpesona oleh keberanian Panca. Jadi, aku memutuskan untuk menirunya. “Kamu
AnnaRencananya adalah pergi ke Delfara dengan menggunakan mobil. Untuk itu, kami harus melakukan perjalanan selama 26 jam. Perjalanan itu seharusnya sangat membosankan, tapi luar biasanya, tidak ada yang membosankan ketika Panca berada di sekitarku.Dia dan aku tidak memiliki alasan untuk berputar arah dan menuruti orang tua kami untuk apa yang mereka inginkan untuk kami. Kami mungkin masih muda, tapi ini adalah kehidupan kami, bukan? Kami sendiri tahu apa yang terbaik untuk kami.Jadi, dia dan aku tidak memiliki penyesalan. Kami hanya perlu memastikan bahwa kami akan terus bersama dan mempertahankan ini supaya ini berhasil. Sebab, bagiku, tidak ada yang lebih menarik di dunia ini daripada berada di dekat Panca.Lagu pop elektro sedang berputar di pengeras suara mobilku selagi Panca mengemudi. Aku, duduk di kursi penumpang, menari bersama Panca mengikuti alunan musik. Kami berdua bernyanyi seperti orang gila selagi kami melaju di jalanan.Menangislah, gadis kecilTidak ada yang
Anna“Si*l! Kenapa mobil ini sulit sekali untuk dikemudikan?” omel Panca selagi dia masih berada di belakang setir mobilku, melaju di jalanan.“Karena ini adalah mobil yang dibuat hanya untuk perempuan?” jawabku dengan nada mengejek. “Masalahnya bukan mobilnya, tapi kamu. Kamu terlalu tinggi, sayang,” kataku selagi aku membetulkan riasan wajahku. Maskaraku benar-benar perlu diperbaiki.“Duh! Itu cukup menyebalkan,” omelnya, menggerakkan kursi pengemudi sedikit lebih ke belakang.“Kalau begitu, kenapa kita tidak memakai mobilku?” tanyaku, memandangnya. Ketika kami melarikan diri dari gedung tempat apartemen kakak Panca berada, Panca dan aku langsung pergi ke mobilku dan bukan mobil dia.“Itu karena aku tidak punya mobil,” jawabnya.“Apa maksudmu?” Kenapa dia tidak punya mobil?“Larangan,” katanya.“Aw, itu menyedihkan,” gumamku.“Namun, jangan khawatir. Ini semua akan berubah mulai sekarang. Aku akan mengambil segala hal yang merupakan milikku,” katanya, membuatku tersenyum.“
Laura“Astaga, Jason dan Laura. Kami sangat minta maaf atas semua hal memalukan yang sedang kamu lalui sekarang,” adalah suara Nancy dari ujung telepon lainnya. Dia terdengar gelisah dan khawatir.Jason dan aku sudah berada di dalam mobil pada saat ini. “Aku biasanya berolahraga dan istriku selalu memastikan aku makan dengan baik supaya aku selalu sehat, tapi dua bocah itu tetap berhasil melarikan diri dariku hari ini. Bisakah kamu memercayainya?” Jason tertawa dengan canggung saat dia mengatakannya.“Itu faktor umur, kawan,” kata Juan di ujung telepon lainnya. “Kamu tidak bisa lagi menuntut tubuhmu untuk tetap seperti saat kamu berusia 20 tahun.” Dia terkekeh mengejek.“Aduh. Maaf, Nancy, tapi Juan, enyahlah!” teriak suamiku, menanggapi candaan teman lamanya.“Ada apa denganmu, Santoso?” ujar Juan Gunadi. “Bisakah kamu hormati wanita, dasar miliarder bodoh?”“Diamlah, Gunadi,” ucap Jason. “Bukan kamu yang harus berurusan dengan situasi menyebalkan ini, yang mana putrimu sangat j
LauraAku melihat Jason menghampiri tempat ku berada, di depan gedung apartemen Amanda Mardian, tepat setelah Anna pergi bersama anak Nancy.“Apakah kamu baik-baik saja, sayang? tanyaku, wajahku berkerut dengan khawatir. Aku menghampiri dia, melingkarkan lenganku di lengannya.Dia terengah-engah setelah terus-menerus berlari dan juga karena dia telah melemparkan dirinya ke jalanan ramai untuk berusaha mengejar putriku dan anak itu. “Mereka sudah menghilang, tidak mungkin kita bisa mengejar mereka sekarang,” ungkapnya, menyisir rambut hitamnya dengan jarinya.“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanyaku, tidak dapat menyembunyikan kekhawatiranku. Aku tidak tahu persisnya apa yang anak itu katakan pada putriku hingga membuatnya membuat keputusan-keputusan impulsif ini dan bertingkah dengan gegabah. Aku sampai tidak bisa mengenali Anna.“Anna pasti membawa ponselnya bersamanya dan aku akan melacak dia melalui aplikasi pelacak,” kata Jason tentang rencana yang dia miliki. “Kita akan
AnnaPanca menekan jari telunjuknya di bibirnya untuk mengisyaratkan diam, lalu kami berjongkok lebih dekat ke tiang dapur. Orang tuaku berjalan ke lantai atas bersama Amanda, sementara wanita yang lebih muda itu terus berbicara untuk menyembunyikan rasa malunya. Namun, orang tuaku kaku saat mereka berjalan menaiki tangga dan menyusuri jalan, mereka jelas-jelas marah.Aku berdiri di sana, memperhatikan mereka menghilang ke atas tangga dan menuju ke lorong di atas. Hatiku berdegup kencang dan tanganku mencengkeram jaket Panca. Rasa takut tertangkap membuatku ngeri.“Ayo nikmati ini sekarang,” kata Panca ketika orang tuaku dan kakaknya sudah cukup jauh untuk tidak mendengar kami. “Aku yakin mereka membawa keamanan. Ayo kita ke tangga belakang.”Aku mengangguk, kemudian dia menggenggam tanganku lagi, lalu kami berlari dengan mengendap-endap supaya tidak membuat suara, beranjak ke arah area pelayanan dari apartemen mewah Amanda. Aku sangat gugup dan ketakutan hingga aku tidak dapat mem
Hari ini, aku memutuskan untuk memasak makanan kesukaan suamiku. Aku selalu suka membuatnya senang dan menjaga pernikahan kami. Aku ingin dia tahu betapa aku mencintainya dan betapa bahagianya aku karena dia menikahiku.Kami langsung menikah setelah lulus kuliah dan kami sudah menikah selama lima tahun. Suamiku yang merupakan seorang miliarder, Jason Santoso, agak dingin dan tidak peduli padaku, tapi setiap hari aku terus mencoba untuk memenangkan hatinya. Kukira aku sudah membuat kemajuan hingga hari penentuan itu yang membuat semuanya berantakan.Malam itu, Jason masuk ke rumah kami dan langsung pergi ke dapur untuk mencariku. Kehadirannya begitu mencolok. Dia tinggi, tampan, dan berpakaian bagus dengan pakaian CEO-nya. Dia terlihat menarik, terutama ketika dia mengenakan dasi cokelat tua yang senada dengan mata cokelatnya dan rambutnya yang hitam legam. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu dengannya.Aku tersenyum dengan hangat ketika aku melihatnya di pintu masuk da...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen