Share

Bab 5

Penulis: Meminger
Laura

Setelah aku bercerai dengan Jason, banyak hal yang dengan cepat menjadi siksaan bagiku. Aku kehilangan banyak teman yang kukira menyukaiku padahal sebenarnya hanya tersenyum padaku karena aku menikah dengan Jason. Karena sekarang aku sudah berpisah dengannya, aku sudah tidak memiliki pengaruh apa pun bagi mereka, jadi mereka menjaga jarak dariku.

Aku mulai menyadari bahwa aku sudah mendedikasikan lima tahun belakang untuk menyenangi suamiku dan benar-benar melupakan diriku sendiri. Ditambah, setelah aku melepaskan pernikahan kami, aku tidak memiliki apapun—karier, pekerjaan, atau apa pun itu—yang bisa menghidupiku karena aku menghabiskan tahun-tahun kehidupanku setelah kelulusan untuk merawat mantan suamiku, hanya mengkhawatirkannya dan mencoba memenangkan cintanya. Pada akhirnya, semuanya sia-sia.

Sekarang aku harus mulai kembali dari awal tanpa tahu aku harus membawa hidupku ke arah mana. Aku tahu aku perlu mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi diriku sendiri. Aku tidak bisa terus bergantung pada Fia dan Tama yang selama beberapa minggu terakhir terus meminjamkan aku uang. Aku tahu aku harus memulai sesuatu.

Aku mengeringkan wajahku dengan handuk segera setelah selesai membersihkan diri. Tadi, aku masih setengah sadar dari tidurku dan aku sudah bergegas ke toilet untuk muntah. Akhir-akhir ini aku tidak merasa baik. Awalnya, kukira itu karena stres yang kualami akhir-akhir ini. Aku sudah menduga akan jatuh sakit, tapi dengan bantuan Fia, aku menemukan bahwa aku sedang mengandung anak mantan suamiku yang hampir menghancurkanku.

Mengandung anaknya di titik ini sudah tidak mungkin. Aku sudah berpisah dengannya dan anak ini datang untuk membuatku makin kesulitan.

Karena aku membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi diriku, aku menerima pekerjaan paruh waktu di sebuah restoran yang akan membayarku 195 ribu rupiah per jam sebagai pelayan. Bahkan dengan rasa mual yang aku rasakan karena hamil, aku harus tetap bekerja, jadi aku menundukkan kepalaku dan melaksanakan pekerjaanku.

“Kamu Laura, ‘kan?” tanya bosku setelah aku selesai mengganti pakaian dan memakai seragam pelayanku.

“Benar, Pak. Aku Laura,” jawabku, dan pria itu mengangguk.

“Dengar, kita kekurangan orang di area naratama restoran ini karena salah satu karyawan tetap kita jatuh sakit. Kamu akan menggantikannya, oke?” ujarnya. Pelayan yang melayani area naratama adalah pelayan yang sudah terlatih dan berpengalaman. Jika pemilik restoran ini menunjukku untuk menggantikan salah satu pekerja di area naratama, berarti dia menyukai kinerjaku. Siapa tahu, mungkin aku akan mendapatkan tip yang besar hari ini?

Aku tersenyum dan mengangguk, kemudian menjawab, “Tentu saja, Pak. Aku bisa mengatasinya.”

Pria itu membawaku ke area naratama restoran yang berada di lantai atas. Berada di tempat seperti itu bukanlah sebuah kejutan bagiku karena aku sudah menghabiskan lima tahun dalam hidupku menikah dengan seorang miliarder. Terkadang, aku akan jalan-jalan dan menghadiri pesta yang mewah. Aku bersedia melakukan yang terbaik karena aku membutuhkan uang. Bos memberikanku meja yang harus aku layani oleh seorang pasangan kelas atas. Namun, tidak kusangka mereka adalah mantan suamiku dan istri barunya.

Mereka tiba di restoran dengan memancarkan kemewahan dan kebahagiaan seperti pasangan miliarder muda yang indah dan sedang jatuh cinta. Cara mereka berbicara dan berinteraksi membuatku merasa mual. Aku lumpuh di pojok, tidak mempunyai kekuatan untuk bergerak.

“Aku menyukai hadiah yang kamu berikan untukku, Jason, sayang,” kata Kinan. “Warna kapal pelesir itu senada dengan batu di cincinku.” Dia menggerakkan jari-jarinya di hadapan Jason dan mereka berdua tertawa.

“Aku bisa memberikan kapal pelesir sebanyak apa pun yang kamu mau, sayangku,” kata mantan suamiku padanya, dan makan siang yang kumakan tadi hampir naik ke kerongkonganku lagi. Air mataku pun hampir keluar.

Aku harus mendatangi mereka. Aku harus tersenyum pada mereka dan melayani mereka, tapi aku tidak bisa melakukannya. Sebutuh apa pun aku membutuhkan uang itu, aku tidak bisa melakukannya, lukanya masih begitu segar. Kemudian, aku berbalik badan, ingin kabur dari sana.

“Hei, pelayan!” Aku mendengar seseorang memanggilku dan aku langsung membeku, masih memunggungi mereka. “Bukankah seharusnya kamu membawakan menunya?”

“Astaga, benar-benar tidak kompeten!” komplain Kinan, “Aku akan memberi tempat bintang lima ini satu bintang.” Suaranya begitu mengesalkan.

Aku menelan kembali air mataku dan berbalik dengan menu di tanganku. “Maaf, Tuan dan Nyonya. Selamat datang di Charme, restoran terbaik di daerah ini,” kataku dengan formal sesuai perintah sebagai seorang pelayan.

“Laura?” Jason-lah yang pertama mengenaliku. Dia menatapku terkejut.

“Apa?” Kinan terkejut dan kemudian tertawa. “Sekarang kamu bekerja sebagai pelayan, Laura? Tidak bisa dipercaya!” Dia terlihat bersenang-senang.

“Aku harap kamu tidak memberiku ulasan negatif, Kinan.” Aku mengancamnya dan dia terlihat terkejut.

“Barusan kamu panggil aku apa? Yang benar itu Nyonya Santoso, dasar pelayan!” Dia mengoreksiku dan mataku terbelalak. Aku tidak bisa menutupi keterkejutanku.

“K…kalian sudah menikah?” Aku menatap mereka berdua. Suara hatiku yang retak hampir bisa terdengar.

“Kita menikah akhir pekan kemarin,” jawab Jason tanpa emosi dalam suaranya.

“Cepat sekali,” pikirku, tapi pikiranku malah keluar lewat mulutku, dan Kinan tertawa terbahak-bahak.

“Kamu bodoh sekali. Apa yang kamu kira? Bahwa Jason akan kembali padamu suatu hari?” Dia mencemoohku, mungkin sebenarnya aku memang masih sedikit berharap. “Apa yang kamu lakukan, berdiri di sana seperti patung yang jelek? Pergilah dan bawakan aku anggur, dasar wanita tidak berguna!” perintahnya. Aku menutup pintu untuknya, tadi itu sudah keterlaluan.

“Dengar, kamu tidak bisa menyuruh-nyuruhku.” Aku baru mulai berbicara tapi dihentikan oleh Jason.

“Iya, dia bisa, kami sudah membayar tempat ini, dan kamu dibayar untuk melayani kami, jadi bawakan apa yang istriku minta!” Perkataannya begitu kasar dan berat sambil menatapku dengan jijik. Dia ingin mempermalukanku. Apakah ini benar pria yang pernah kucintai? Aku menelan ludah dan pergi untuk membawakan anggur mereka.

Mereka kembali berbincang seolah tidak terjadi apa pun sembari aku melayani mereka dengan makanan dan minuman mahal. “Aduh, sendokku!” seru Kinan setelah beberapa saat karena dia menjatuhkan sendoknya ke lantai. Sendoknya jatuh tepat ke samping kakinya, tapi dia masih menyuruhku dengan kasar. “Hei, pelayan. Ambilkan sendokku!”

Aku mendatangi meja dan menunduk untuk mengambil sendok sialan itu. Di saat itulah aku merasakan cairan dingin membasahi kepalaku dan mengalir ke wajahku. Kinan telah menumpahkan anggur padaku.

“Ya ampun, Kinan,” kata Jason, tapi bukannya membantuku, dia malah ikut tertawa bersama istri barunya. Orang-orang yang melihat itu hanya ikut tertawa, merasa lucu jika seorang pelayan diperlakukan seperti itu.

“Inilah tempatmu berada, Laura, di selokan!” Dia meremehkanku. Aku tidak bisa menahannya, ini sudah keterlaluan. Air mata begitu deras turun dari mataku, menyatu dengan anggur yang mengalir di wajahku dan membasahi seragamku.

“Kenapa kamu melakukan ini padaku, Jason? Kenapa kamu membuatku sangat menderita?” Aku mengemis padanya, hanya ingin semua ini berakhir.

“Aku hanya ingin kamu pergi, Laura,” ujarnya. “Pergilah dan jangan pernah kembali!”

Dipermalukan, dibenci, dan tidak berdaya, aku bangkit dan meninggalkan tempat itu dengan air mata yang memburamkan penglihatanku.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sitihasanah Titi
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Padaku   Bab 6

    LauraAku menangis tidak seperti sebelum-sebelumnya. Aku sangat patah hati dan hancur. Melihat Jason bersama istri barunya di restoran itu menghancurkan aku sepenuhnya. Dia sedang menjalani kehidupan impiannya di samping wanita itu, sementara aku tenggelam makin dalam di rasa sakitku.Aku diam di kamar kecil karyawan restoran, memuntahkan semua yang sudah aku makan hari itu karena mengingat Jason dan istri barunya. Hal-hal yang mereka katakan padaku dan cara mereka memperlakukanku membuatku merasa sangat jijik. Mengingatnya membuatku muntah makin banyak. Semua hal dalam hidupku tidak ada yang berjalan dengan benar. Ditambah, aku sedang mengandung bayi ini. Seorang anak.Aku ingin memberi tahu Jason bahwa aku sedang mengandung anaknya ketika dia memancarkan kebahagiaan bersama Kinan, tapi apa gunanya itu? Aku tidak bisa menggunakan anak ini untuk balas dendam pada pria itu yang sudah memperlakukanku dengan sangat buruk. Aku harus mengembalikan kekuatanku, bangkit, dan terus berjuang

  • Kembalilah Padaku   Bab 7

    LauraLima tahun kemudian“Mama, ayo bangun. Mama harus mengantarku ke tempat penitipan.” Aku mendengar suara putriku yang membangunkanku, jadi aku membuka mataku. Dia sedang berbaring di atasku, menyebarkan ciuman-ciuman kecil di wajahku. Dia adalah gadis kecil berumur lima tahun yang sangat manis dengan mata cokelat yang cantik. Warna matanya mengingatkanku pada ayahnya setiap aku menatapnya, seolah itu adalah peninggalan mantan suamiku yang dia tinggalkan pada putri kami.“Hai, sayang, selamat pagi. Pukul berapa sekarang?” tanyaku, mengusap wajahku untuk menghilangkan rasa kantuk.“Selamat pagi. Ini sudah pukul 7:15 pagi, Mama, waktunya pergi ke tempat penitipan anak,” katanya setelah memeriksa waktu di ponselku.“Oh, kita terlambat!” seruku seraya bangkit dari kasur dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.Putriku Anna dan aku tinggal di pemukiman sunyi di Bogor dengan rumah berukuran sedang yang nyaman. Aku bangga bisa mengatakan bahwa aku berhasil menjungkirbalikkan hidupku

  • Kembalilah Padaku   Bab 8

    “Wah, bagaimana bisa kamu kian hari makin cantik?” tanyanya dengan genit dan aku tersenyum. Richard adalah pria yang muda, tampan, dan kaya. Dia memiliki rambut dan mata cokelat, tinggi, dan karismatik. Sejak aku pertama bertemu dengannya sampai sekarang, dia adalah penyelamat hidupku. Richard membantuku ketika aku sangat membutuhkannya dan memercayaiku ketika tidak ada orang yang mau. Aku menyukainya. Dia bukan hanya menjadi bosku, tapi dia juga teman dekatku. Lalu, jika aku mendapatkan satu koin setiap dia menggodaku…“Kamu berlebihan, Ricky, aku hanya menambahkan perona pipi sedikit,” komentarku, mengalihkan perhatianku kembali ke layar komputer tempat surel perjanjian bertemu dengan para klien berdatangan.“Aku tidak melebih-lebihkan. Kamu tahu apa yang membuatku bersemangat berangkat kerja setiap hari? Kehadiranmu,” lanjutnya sambil bernyanyi. Richard merupakan seorang bujang yang tidak pernah berkomitmen dengan orang lain karena dia bilang dia sedang menungguku.Beberapa waktu

  • Kembalilah Padaku   Bab 9

    LauraAku sedang mengendarai mobil bersama Richard ke Jakarta Selatan, dan di perjalanan, aku sedang berbincang melalui pesan dengan Fia, temanku, yang selalu kujaga hubungannya.Fia: Jadi, kamu akan ke Jakarta Selatan?Lau: Iya, kami akan makan siang singkat dengan beberapa investor. Jadi, kamu tidak perlu khawatir akan apa pun.Fia: Bagaimana jika kamu bertemu orang yang tidak diinginkan di sana?Lau: Itu tidak mungkin. Namun, jika itu terjadi, aku tidak akan terpengaruh lagi.Fia: Kamu benar, kawan. Apa pun yang terjadi, bos tampanmu itu akan melindungimu dan menjagamu.Aku tersenyum ketika membaca pesan terakhir darinya. Fia selalu menggoda hubunganku dengan Richard, menyuruhku untuk cepat-cepat menjalin hubungan dengannya. Sejak aku meninggalkan Jakarta Selatan dan memulai hidup baru di Bogor, Fia dan aku tidak pernah berhenti berkomunikasi. Dia adalah orang kepercayaanku dan sahabatku, tapi aku tidak pernah menanyakan apa pun yang terjadi pada Jason, mantan suamiku, jadi a

  • Kembalilah Padaku   Bab 10

    LauraTanganku gemetar ketika aku menekan ubin keramik wastafel. Aku menarik dan membuang nafas dalam-dalam, mencoba mengontrol emosiku. Aku tidak akan membiarkan traumaku mengalahkanku seperti itu, aku akan berjuang.Semua hal di restoran Charme mengingatkanku pada Jason dan bagaimana kisah kami berakhir dengan cara yang sangat buruk. Lima tahun telah berlalu, tapi rasanya seperti pria itu masih bersikeras untuk hadir kembali di benakku untuk menyiksaku.Aku menutup mata dengan rapat, mencoba memusatkan perhatianku kepada putri kecilku, yang merupakan orang paling penting di hidupku dan harta karunku satu-satunya. Aku harus mengontrol emosiku dan kembali menjadi wanita yang mandiri dan bertekad yang sudah mekar dalam diriku setelah tahun-tahun yang sulit itu.Lalu, aku mengangkat kepalaku, melihat pantulanku di cermin di hadapanku, dan mengambil nafas dengan dalam lagi. “Ayolah, Laura, kamu bisa melakukannya,” ucapku pada diri sendiri dengan tegas. Aku merogoh tasku untuk perlengk

  • Kembalilah Padaku   Bab 11

    “Waktu telah memperlakukanmu dengan baik, Laura. Kamu terlihat cantik,” katanya, masih menatapku. “Astaga, aku masih tidak menyangka akhirnya aku menemukanmu.”Richard yang duduk di sampingku tertawa dan berkomentar, “Itu mengherankan, pertama tempat ini, kemudian kamu. Sepertinya Laura tidak pernah berhenti mengejutkanku.” Yang dia maksud adalah pertemuanku secara kebetulan dengan miliarder Jason Santoso. Aku tidak pernah memberi tahu Richard tentang kisahku dengan Jason. Aku sudah memberitahunya bahwa aku pernah menikah dan segalanya, tapi aku tidak pernah menyebutkan aku menikah dengan siapa.“Siapa kamu?” tanya Jason pada Richard dengan lagak yang tidak tertarik. Jason tidak perlu memaksakan simpati pada Richard karena dia adalah bosnya di sana, tapi berbeda dengannya, Richard harus membuatnya senang jika dia ingin Jason menyetujui proyek kami.“Ah, aku Richard Wijaya, Pak. Aku adalah teman dan rekan Nyonya Tanusaputera,” katanya.“Rekan?”“Iya, dia adalah orang yang mengatur

  • Kembalilah Padaku   Bab 12

    Laura“Maaf, tapi aku hanya ingin membicarakan tentang proyek kami,” ucapku, terlihat tenang dari luar, tapi dari dalam aku merasa hatiku bergejolak. Aku sudah tahu kalau mantan suamiku gila, tapi tidak segila ini. Maksudku, kenapa dia membeli tempat itu? Tidakkah dia memiliki tempat lain untuk membuang-buang uangnya? Ditambah lagi, kenapa dia berkata kalau dia membeli tempat ini atas namaku sebagai pemiliknya?“Maaf, tapi apa maksudnya kamu membeli restoran ini untuknya, Tuan Santoso?” tanya Richard terlihat kebingungan.“Setelah semua yang kamu lalui di tempat ini, Laura, kamu bisa melakukan apa pun untuk balas dendam,” ucap Jason, masih menatapku, benar-benar mengabaikan keberadaan Richard.“Apa yang kamu bicarakan?” tanyaku keheranan. Kenapa dia melakukan ini?“Pelayan!” panggilnya. Seorang pelayan mendatangi meja kami.“Ya, Tuan Santoso?” tanya pelayan tersebut.“Tolong panggil Mukhlis,” pintanya pada pelayan itu dan mataku terbelalak.Tuan Mukhlis adalah koki restoran ter

  • Kembalilah Padaku   Bab 13

    LauraPada saat itu, bahkan Richard tidak bisa menghentikanku. Dia melihat ada sesuatu yang salah di sana dan dia bisa melihat bahwa aku merasa tidak nyaman terhadap situasi tersebut. Jadi, walaupun awalnya dia mengira Jason Santoso adalah penyelamatku, sekarang dia tidak berpikir begitu lagi. Aku masih menatap dengan tegas mantan suamiku yang juga sedang menatapku dengan senyuman di wajahnya. Di matanya, ada percikan kegembiraan, seolah-olah untuk pertama kalinya dia baru benar-benar hidup.“Baiklah, mari kita bicarakan pekerjaan,” ucapnya. “Kamu boleh duduk lagi, Laura.”Aku mengangguk dan duduk kembali di kursiku, berusaha sekuat tenaga untuk mengontrol emosiku. Jason masih memandangiku dan aku mengambil segelas anggur dan meminumnya untuk menahan diri tidak mengeluarkan kata-kata yang tersangkut di tenggorokanku. Maksudku, beraninya dia muncul kembali di kehidupanku dan berpikir dia bisa memberikanku keadilan dengan membeli restoran itu dan menawarkannya padaku supaya aku bisa b

Bab terbaru

  • Kembalilah Padaku   Bab 403

    LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste

  • Kembalilah Padaku   Bab 402

    LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku

  • Kembalilah Padaku   Bab 401

    Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan

  • Kembalilah Padaku   Bab 400

    Laura“Pembukaannya sudah memungkinkan untuk proses persalinan,” kata Dr. Joanna, “dan dalam beberapa menit kita bisa memulainya. Apakah Anda sudah siap, Mama?” Dia tersenyum padaku dengan penuh harapan.Aku balas tersenyum. “Iya, aku sudah siap. Aku menantikannya, malah. Aku hanya berharap Jason bisa tetap waras untuk menyaksikan momen ini,” kataku sambil memandang Jason yang berada di sampingku dengan sebuah kamera, merekam momen itu. Aku telah memberikannya ide untuk merekamnya karena dengan begitu, dia bisa fokus pada hal lain selain kehilangan akalnya.Dr. Joanna dan aku tertawa ketika kami melihat ekspresi yang Jason buat. “Aku akan ada di sini, sangat waras, dengan mata yang terbuka lebar untuk melihat bagaimana keseluruhan prosesnya berjalan. Percayalah aku, sayang,” katanya sambil menggenggam tanganku.Aku tidak perlu melahirkan di rumah sakit atau sebuah klinik karena itu hanya akan membuatku lebih tidak nyaman, jadi aku lebih memilih untuk melakukannya di rumah, di ruang

  • Kembalilah Padaku   Bab 399

    LauraHari-hari berlalu dan hal-hal terjadi secara bertahap. Ibuku mulai menunjukkan kemajuan dan perlahan mendapatkan kewarasannya kembali. Ada hari-hari ketika dia akan terbangun dan mengingat hal-hal dari masa lalunya, tapi di hari selanjutnya dia akan merasa kebingungan lagi. Jadi, dia terus-menerus berjuang untuk pulih dari kegilaannya dan tidak memahami dunia saat ini yang sedang dia jalankan, sebab apa yang dia ketahui sebagai kebenarannya sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.Hari ini, dia sudah merupakan wanita paruh baya dan putrinya sudah merupakan wanita dewasa. Jadi, setelah hambatan mental yang dia miliki selama ini, kami harus memiliki kesabaran dan kegigihan yang besar dalam pemulihannya karena itu terjadi hari demi hari.Jason telah kembali berkomunikasi dengan ayahnya dengan lebih natural. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan semua rasa sakit yang dia terima dari ayahnya dan sekarang menjalankan kehidupan yang baru, pengalaman baru tanpa dendam, hanya menjadi

  • Kembalilah Padaku   Bab 398

    JasonLaura mendatangi tempat ayahku dan aku sedang duduk dengan nampan berisi es kopi. Ada senyuman yang cantik di wajahnya saat dia berjalan ke arah kami, seakan-akan kami mendapatkan kedamaian di tengah-tengah segala hal.“Kurasa kalian mungkin butuh minuman dingin,” ujarnya sambil tersenyum, menghampiri kami dengan nampan di tangannya.Aku mengusap wajahku untuk mengelap air mata dan aku tertawa padanya. “Kamu memang pengertian, cintaku,” kataku padanya, bangkit berdiri untuk membantunya membawa nampan. Perutnya terlihat besar dan dia mulai lebih lelah dibandingkan biasanya. Dalam beberapa bulan lagi, bayi-bayi kami akan lahir di dunia.“Dia adalah wanita terbaik yang bisa kamu temukan, putraku,” komentar ayahku juga sambil terkekeh.“Wah, jadi aku mendapatkan pujian? Terima kasih banyak, Satria.” Dia tersenyum dan kemudian duduk di sampingku, membiarkan aku mengambil tangannya dengan penuh kasih dan mencium pipinya.“Astaga, kalian adalah pasangan yang indah. Tolong jangan p

  • Kembalilah Padaku   Bab 397

    Jason“Itukah mengapa kamu ingin bercerai dengan ibuku? Apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan Joshua dan menikah lagi? Kamu tidak akan mengatakan padaku bahwa kamu sudah bersiap-siap untuk menikah, ‘kan?” Aku berkata seperti itu pada ayahku hanya sebagai candaan, tapi dia tahu aku menganggapnya dengan serius.“Sejujurnya, aku bukan pria yang ideal untuk dinikahi. Para wanita seharusnya mengetahui hal itu,” komentarnya sambil terkekeh, hanya untuk menyembunyikan konflik apa pun. “Kalau ibumu, meskipun aku mencintai dia, aku tidak dapat membuatnya bahagia.”“Apakah kamu mengatakan bahwa setelah hampir 40 tahun, kamu memutuskan untuk memberikan ibuku perceraian karena kamu akhirnya menyadari bahwa kamu tidak dapat membuatnya bahagia? Aku benar-benar berpikir kamu hanya menikah dengannya karena kamu ingin memanfaatkan nama baik keluarganya untuk membuat kariermu di pasar saham,” jelasku. Lagi pula, posisiku bukanlah sebuah misteri. Aku selalu mengatakan dengan jelas pada

  • Kembalilah Padaku   Bab 396

    JasonLaura sedang bersama ibuku dan Vivian seraya mereka dengan lembut menunjukkan pada Vivian foto-foto lamanya di dalam album yang telah ibuku bawa dari Bekasi untuk membantu pemulihannya. Vivian masih tidak dapat menghubungkan foto-foto yang sedang dia lihat sekarang dengan masa lalunya. Kondisinya masih kacau. Itu akan membutuhkan waktu lebih lama, tapi dengan sedikit kesabaran, kita akan sampai di sana.Aku meninggalkan mereka melihat-lihat foto itu dan berbincang bersama. Ibuku menceritakan Laura tentang masa lalu, tentang saat-saat ketika dia dan orang tuaku yang tersayang berteman dan tinggal bersama, membuat Laura mendapatkan pengalaman yang menarik.Sementara itu, aku pergi ke taman di luar, tempat ayahku sedang duduk dalam diam dan merokok cerutu. Beberapa saat yang lalu, ibuku telah membawaku memojok dan memberitahuku bahwa ayahku telah setuju untuk menceraikannya, sesuatu yang tidak pernah dia mau lakukan dalam waktu yang lama—bertahun-tahun, malah.Kenyataan bahwa di

  • Kembalilah Padaku   Bab 395

    LauraKetika ibu mertuaku kembali dari Bekasi ke rumah besar kami di Jakarta Selatan, dia membawakan album foto yang sangat dia ingin tunjukkan padaku, membuktikan bahwa apa yang dia katakan tentang kami yang sudah bertemu itu benar.“Lihat aku di sini?” tanyanya seraya dia menunjuk foto yang diambil lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Dia dan aku sedang duduk di sofa dan album foto yang tebal itu diletakkan di pahaku seraya aku membukanya dan menikmati foto-foto lama itu. “Itu adalah hari ketika Satria dan aku sedang merayakan 10 tahun pernikahan kami. Itu adalah pesta yang menyenangkan yang kami habiskan bersama teman-teman dekat. Orang tuamu juga ada di sana.”Dia menunjuk pasangan muda yang sedang berdiri di sampingnya dan ayahnya Jason. Pasangan itu sedang berpegangan tangan dan tersenyum pada kamera.“Aww … mereka terlihat sangat menggemaskan,” kataku dengan gembira seraya aku memandang orang tuaku. Mereka benar-benar terlihat seperti dua orang yang sangat mencintai satu sa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status