LauraAku menangis tidak seperti sebelum-sebelumnya. Aku sangat patah hati dan hancur. Melihat Jason bersama istri barunya di restoran itu menghancurkan aku sepenuhnya. Dia sedang menjalani kehidupan impiannya di samping wanita itu, sementara aku tenggelam makin dalam di rasa sakitku.Aku diam di kamar kecil karyawan restoran, memuntahkan semua yang sudah aku makan hari itu karena mengingat Jason dan istri barunya. Hal-hal yang mereka katakan padaku dan cara mereka memperlakukanku membuatku merasa sangat jijik. Mengingatnya membuatku muntah makin banyak. Semua hal dalam hidupku tidak ada yang berjalan dengan benar. Ditambah, aku sedang mengandung bayi ini. Seorang anak.Aku ingin memberi tahu Jason bahwa aku sedang mengandung anaknya ketika dia memancarkan kebahagiaan bersama Kinan, tapi apa gunanya itu? Aku tidak bisa menggunakan anak ini untuk balas dendam pada pria itu yang sudah memperlakukanku dengan sangat buruk. Aku harus mengembalikan kekuatanku, bangkit, dan terus berjuang
LauraLima tahun kemudian“Mama, ayo bangun. Mama harus mengantarku ke tempat penitipan.” Aku mendengar suara putriku yang membangunkanku, jadi aku membuka mataku. Dia sedang berbaring di atasku, menyebarkan ciuman-ciuman kecil di wajahku. Dia adalah gadis kecil berumur lima tahun yang sangat manis dengan mata cokelat yang cantik. Warna matanya mengingatkanku pada ayahnya setiap aku menatapnya, seolah itu adalah peninggalan mantan suamiku yang dia tinggalkan pada putri kami.“Hai, sayang, selamat pagi. Pukul berapa sekarang?” tanyaku, mengusap wajahku untuk menghilangkan rasa kantuk.“Selamat pagi. Ini sudah pukul 7:15 pagi, Mama, waktunya pergi ke tempat penitipan anak,” katanya setelah memeriksa waktu di ponselku.“Oh, kita terlambat!” seruku seraya bangkit dari kasur dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.Putriku Anna dan aku tinggal di pemukiman sunyi di Bogor dengan rumah berukuran sedang yang nyaman. Aku bangga bisa mengatakan bahwa aku berhasil menjungkirbalikkan hidupku
“Wah, bagaimana bisa kamu kian hari makin cantik?” tanyanya dengan genit dan aku tersenyum. Richard adalah pria yang muda, tampan, dan kaya. Dia memiliki rambut dan mata cokelat, tinggi, dan karismatik. Sejak aku pertama bertemu dengannya sampai sekarang, dia adalah penyelamat hidupku. Richard membantuku ketika aku sangat membutuhkannya dan memercayaiku ketika tidak ada orang yang mau. Aku menyukainya. Dia bukan hanya menjadi bosku, tapi dia juga teman dekatku. Lalu, jika aku mendapatkan satu koin setiap dia menggodaku…“Kamu berlebihan, Ricky, aku hanya menambahkan perona pipi sedikit,” komentarku, mengalihkan perhatianku kembali ke layar komputer tempat surel perjanjian bertemu dengan para klien berdatangan.“Aku tidak melebih-lebihkan. Kamu tahu apa yang membuatku bersemangat berangkat kerja setiap hari? Kehadiranmu,” lanjutnya sambil bernyanyi. Richard merupakan seorang bujang yang tidak pernah berkomitmen dengan orang lain karena dia bilang dia sedang menungguku.Beberapa waktu
LauraAku sedang mengendarai mobil bersama Richard ke Jakarta Selatan, dan di perjalanan, aku sedang berbincang melalui pesan dengan Fia, temanku, yang selalu kujaga hubungannya.Fia: Jadi, kamu akan ke Jakarta Selatan?Lau: Iya, kami akan makan siang singkat dengan beberapa investor. Jadi, kamu tidak perlu khawatir akan apa pun.Fia: Bagaimana jika kamu bertemu orang yang tidak diinginkan di sana?Lau: Itu tidak mungkin. Namun, jika itu terjadi, aku tidak akan terpengaruh lagi.Fia: Kamu benar, kawan. Apa pun yang terjadi, bos tampanmu itu akan melindungimu dan menjagamu.Aku tersenyum ketika membaca pesan terakhir darinya. Fia selalu menggoda hubunganku dengan Richard, menyuruhku untuk cepat-cepat menjalin hubungan dengannya. Sejak aku meninggalkan Jakarta Selatan dan memulai hidup baru di Bogor, Fia dan aku tidak pernah berhenti berkomunikasi. Dia adalah orang kepercayaanku dan sahabatku, tapi aku tidak pernah menanyakan apa pun yang terjadi pada Jason, mantan suamiku, jadi a
LauraTanganku gemetar ketika aku menekan ubin keramik wastafel. Aku menarik dan membuang nafas dalam-dalam, mencoba mengontrol emosiku. Aku tidak akan membiarkan traumaku mengalahkanku seperti itu, aku akan berjuang.Semua hal di restoran Charme mengingatkanku pada Jason dan bagaimana kisah kami berakhir dengan cara yang sangat buruk. Lima tahun telah berlalu, tapi rasanya seperti pria itu masih bersikeras untuk hadir kembali di benakku untuk menyiksaku.Aku menutup mata dengan rapat, mencoba memusatkan perhatianku kepada putri kecilku, yang merupakan orang paling penting di hidupku dan harta karunku satu-satunya. Aku harus mengontrol emosiku dan kembali menjadi wanita yang mandiri dan bertekad yang sudah mekar dalam diriku setelah tahun-tahun yang sulit itu.Lalu, aku mengangkat kepalaku, melihat pantulanku di cermin di hadapanku, dan mengambil nafas dengan dalam lagi. “Ayolah, Laura, kamu bisa melakukannya,” ucapku pada diri sendiri dengan tegas. Aku merogoh tasku untuk perlengk
“Waktu telah memperlakukanmu dengan baik, Laura. Kamu terlihat cantik,” katanya, masih menatapku. “Astaga, aku masih tidak menyangka akhirnya aku menemukanmu.”Richard yang duduk di sampingku tertawa dan berkomentar, “Itu mengherankan, pertama tempat ini, kemudian kamu. Sepertinya Laura tidak pernah berhenti mengejutkanku.” Yang dia maksud adalah pertemuanku secara kebetulan dengan miliarder Jason Santoso. Aku tidak pernah memberi tahu Richard tentang kisahku dengan Jason. Aku sudah memberitahunya bahwa aku pernah menikah dan segalanya, tapi aku tidak pernah menyebutkan aku menikah dengan siapa.“Siapa kamu?” tanya Jason pada Richard dengan lagak yang tidak tertarik. Jason tidak perlu memaksakan simpati pada Richard karena dia adalah bosnya di sana, tapi berbeda dengannya, Richard harus membuatnya senang jika dia ingin Jason menyetujui proyek kami.“Ah, aku Richard Wijaya, Pak. Aku adalah teman dan rekan Nyonya Tanusaputera,” katanya.“Rekan?”“Iya, dia adalah orang yang mengatur
Laura“Maaf, tapi aku hanya ingin membicarakan tentang proyek kami,” ucapku, terlihat tenang dari luar, tapi dari dalam aku merasa hatiku bergejolak. Aku sudah tahu kalau mantan suamiku gila, tapi tidak segila ini. Maksudku, kenapa dia membeli tempat itu? Tidakkah dia memiliki tempat lain untuk membuang-buang uangnya? Ditambah lagi, kenapa dia berkata kalau dia membeli tempat ini atas namaku sebagai pemiliknya?“Maaf, tapi apa maksudnya kamu membeli restoran ini untuknya, Tuan Santoso?” tanya Richard terlihat kebingungan.“Setelah semua yang kamu lalui di tempat ini, Laura, kamu bisa melakukan apa pun untuk balas dendam,” ucap Jason, masih menatapku, benar-benar mengabaikan keberadaan Richard.“Apa yang kamu bicarakan?” tanyaku keheranan. Kenapa dia melakukan ini?“Pelayan!” panggilnya. Seorang pelayan mendatangi meja kami.“Ya, Tuan Santoso?” tanya pelayan tersebut.“Tolong panggil Mukhlis,” pintanya pada pelayan itu dan mataku terbelalak.Tuan Mukhlis adalah koki restoran ter
LauraPada saat itu, bahkan Richard tidak bisa menghentikanku. Dia melihat ada sesuatu yang salah di sana dan dia bisa melihat bahwa aku merasa tidak nyaman terhadap situasi tersebut. Jadi, walaupun awalnya dia mengira Jason Santoso adalah penyelamatku, sekarang dia tidak berpikir begitu lagi. Aku masih menatap dengan tegas mantan suamiku yang juga sedang menatapku dengan senyuman di wajahnya. Di matanya, ada percikan kegembiraan, seolah-olah untuk pertama kalinya dia baru benar-benar hidup.“Baiklah, mari kita bicarakan pekerjaan,” ucapnya. “Kamu boleh duduk lagi, Laura.”Aku mengangguk dan duduk kembali di kursiku, berusaha sekuat tenaga untuk mengontrol emosiku. Jason masih memandangiku dan aku mengambil segelas anggur dan meminumnya untuk menahan diri tidak mengeluarkan kata-kata yang tersangkut di tenggorokanku. Maksudku, beraninya dia muncul kembali di kehidupanku dan berpikir dia bisa memberikanku keadilan dengan membeli restoran itu dan menawarkannya padaku supaya aku bisa b
LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste
LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan
Laura“Pembukaannya sudah memungkinkan untuk proses persalinan,” kata Dr. Joanna, “dan dalam beberapa menit kita bisa memulainya. Apakah Anda sudah siap, Mama?” Dia tersenyum padaku dengan penuh harapan.Aku balas tersenyum. “Iya, aku sudah siap. Aku menantikannya, malah. Aku hanya berharap Jason bisa tetap waras untuk menyaksikan momen ini,” kataku sambil memandang Jason yang berada di sampingku dengan sebuah kamera, merekam momen itu. Aku telah memberikannya ide untuk merekamnya karena dengan begitu, dia bisa fokus pada hal lain selain kehilangan akalnya.Dr. Joanna dan aku tertawa ketika kami melihat ekspresi yang Jason buat. “Aku akan ada di sini, sangat waras, dengan mata yang terbuka lebar untuk melihat bagaimana keseluruhan prosesnya berjalan. Percayalah aku, sayang,” katanya sambil menggenggam tanganku.Aku tidak perlu melahirkan di rumah sakit atau sebuah klinik karena itu hanya akan membuatku lebih tidak nyaman, jadi aku lebih memilih untuk melakukannya di rumah, di ruang
LauraHari-hari berlalu dan hal-hal terjadi secara bertahap. Ibuku mulai menunjukkan kemajuan dan perlahan mendapatkan kewarasannya kembali. Ada hari-hari ketika dia akan terbangun dan mengingat hal-hal dari masa lalunya, tapi di hari selanjutnya dia akan merasa kebingungan lagi. Jadi, dia terus-menerus berjuang untuk pulih dari kegilaannya dan tidak memahami dunia saat ini yang sedang dia jalankan, sebab apa yang dia ketahui sebagai kebenarannya sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.Hari ini, dia sudah merupakan wanita paruh baya dan putrinya sudah merupakan wanita dewasa. Jadi, setelah hambatan mental yang dia miliki selama ini, kami harus memiliki kesabaran dan kegigihan yang besar dalam pemulihannya karena itu terjadi hari demi hari.Jason telah kembali berkomunikasi dengan ayahnya dengan lebih natural. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan semua rasa sakit yang dia terima dari ayahnya dan sekarang menjalankan kehidupan yang baru, pengalaman baru tanpa dendam, hanya menjadi
JasonLaura mendatangi tempat ayahku dan aku sedang duduk dengan nampan berisi es kopi. Ada senyuman yang cantik di wajahnya saat dia berjalan ke arah kami, seakan-akan kami mendapatkan kedamaian di tengah-tengah segala hal.“Kurasa kalian mungkin butuh minuman dingin,” ujarnya sambil tersenyum, menghampiri kami dengan nampan di tangannya.Aku mengusap wajahku untuk mengelap air mata dan aku tertawa padanya. “Kamu memang pengertian, cintaku,” kataku padanya, bangkit berdiri untuk membantunya membawa nampan. Perutnya terlihat besar dan dia mulai lebih lelah dibandingkan biasanya. Dalam beberapa bulan lagi, bayi-bayi kami akan lahir di dunia.“Dia adalah wanita terbaik yang bisa kamu temukan, putraku,” komentar ayahku juga sambil terkekeh.“Wah, jadi aku mendapatkan pujian? Terima kasih banyak, Satria.” Dia tersenyum dan kemudian duduk di sampingku, membiarkan aku mengambil tangannya dengan penuh kasih dan mencium pipinya.“Astaga, kalian adalah pasangan yang indah. Tolong jangan p
Jason“Itukah mengapa kamu ingin bercerai dengan ibuku? Apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan Joshua dan menikah lagi? Kamu tidak akan mengatakan padaku bahwa kamu sudah bersiap-siap untuk menikah, ‘kan?” Aku berkata seperti itu pada ayahku hanya sebagai candaan, tapi dia tahu aku menganggapnya dengan serius.“Sejujurnya, aku bukan pria yang ideal untuk dinikahi. Para wanita seharusnya mengetahui hal itu,” komentarnya sambil terkekeh, hanya untuk menyembunyikan konflik apa pun. “Kalau ibumu, meskipun aku mencintai dia, aku tidak dapat membuatnya bahagia.”“Apakah kamu mengatakan bahwa setelah hampir 40 tahun, kamu memutuskan untuk memberikan ibuku perceraian karena kamu akhirnya menyadari bahwa kamu tidak dapat membuatnya bahagia? Aku benar-benar berpikir kamu hanya menikah dengannya karena kamu ingin memanfaatkan nama baik keluarganya untuk membuat kariermu di pasar saham,” jelasku. Lagi pula, posisiku bukanlah sebuah misteri. Aku selalu mengatakan dengan jelas pada
JasonLaura sedang bersama ibuku dan Vivian seraya mereka dengan lembut menunjukkan pada Vivian foto-foto lamanya di dalam album yang telah ibuku bawa dari Bekasi untuk membantu pemulihannya. Vivian masih tidak dapat menghubungkan foto-foto yang sedang dia lihat sekarang dengan masa lalunya. Kondisinya masih kacau. Itu akan membutuhkan waktu lebih lama, tapi dengan sedikit kesabaran, kita akan sampai di sana.Aku meninggalkan mereka melihat-lihat foto itu dan berbincang bersama. Ibuku menceritakan Laura tentang masa lalu, tentang saat-saat ketika dia dan orang tuaku yang tersayang berteman dan tinggal bersama, membuat Laura mendapatkan pengalaman yang menarik.Sementara itu, aku pergi ke taman di luar, tempat ayahku sedang duduk dalam diam dan merokok cerutu. Beberapa saat yang lalu, ibuku telah membawaku memojok dan memberitahuku bahwa ayahku telah setuju untuk menceraikannya, sesuatu yang tidak pernah dia mau lakukan dalam waktu yang lama—bertahun-tahun, malah.Kenyataan bahwa di
LauraKetika ibu mertuaku kembali dari Bekasi ke rumah besar kami di Jakarta Selatan, dia membawakan album foto yang sangat dia ingin tunjukkan padaku, membuktikan bahwa apa yang dia katakan tentang kami yang sudah bertemu itu benar.“Lihat aku di sini?” tanyanya seraya dia menunjuk foto yang diambil lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Dia dan aku sedang duduk di sofa dan album foto yang tebal itu diletakkan di pahaku seraya aku membukanya dan menikmati foto-foto lama itu. “Itu adalah hari ketika Satria dan aku sedang merayakan 10 tahun pernikahan kami. Itu adalah pesta yang menyenangkan yang kami habiskan bersama teman-teman dekat. Orang tuamu juga ada di sana.”Dia menunjuk pasangan muda yang sedang berdiri di sampingnya dan ayahnya Jason. Pasangan itu sedang berpegangan tangan dan tersenyum pada kamera.“Aww … mereka terlihat sangat menggemaskan,” kataku dengan gembira seraya aku memandang orang tuaku. Mereka benar-benar terlihat seperti dua orang yang sangat mencintai satu sa