Laura“Maaf, tapi aku hanya ingin membicarakan tentang proyek kami,” ucapku, terlihat tenang dari luar, tapi dari dalam aku merasa hatiku bergejolak. Aku sudah tahu kalau mantan suamiku gila, tapi tidak segila ini. Maksudku, kenapa dia membeli tempat itu? Tidakkah dia memiliki tempat lain untuk membuang-buang uangnya? Ditambah lagi, kenapa dia berkata kalau dia membeli tempat ini atas namaku sebagai pemiliknya?“Maaf, tapi apa maksudnya kamu membeli restoran ini untuknya, Tuan Santoso?” tanya Richard terlihat kebingungan.“Setelah semua yang kamu lalui di tempat ini, Laura, kamu bisa melakukan apa pun untuk balas dendam,” ucap Jason, masih menatapku, benar-benar mengabaikan keberadaan Richard.“Apa yang kamu bicarakan?” tanyaku keheranan. Kenapa dia melakukan ini?“Pelayan!” panggilnya. Seorang pelayan mendatangi meja kami.“Ya, Tuan Santoso?” tanya pelayan tersebut.“Tolong panggil Mukhlis,” pintanya pada pelayan itu dan mataku terbelalak.Tuan Mukhlis adalah koki restoran ter
LauraPada saat itu, bahkan Richard tidak bisa menghentikanku. Dia melihat ada sesuatu yang salah di sana dan dia bisa melihat bahwa aku merasa tidak nyaman terhadap situasi tersebut. Jadi, walaupun awalnya dia mengira Jason Santoso adalah penyelamatku, sekarang dia tidak berpikir begitu lagi. Aku masih menatap dengan tegas mantan suamiku yang juga sedang menatapku dengan senyuman di wajahnya. Di matanya, ada percikan kegembiraan, seolah-olah untuk pertama kalinya dia baru benar-benar hidup.“Baiklah, mari kita bicarakan pekerjaan,” ucapnya. “Kamu boleh duduk lagi, Laura.”Aku mengangguk dan duduk kembali di kursiku, berusaha sekuat tenaga untuk mengontrol emosiku. Jason masih memandangiku dan aku mengambil segelas anggur dan meminumnya untuk menahan diri tidak mengeluarkan kata-kata yang tersangkut di tenggorokanku. Maksudku, beraninya dia muncul kembali di kehidupanku dan berpikir dia bisa memberikanku keadilan dengan membeli restoran itu dan menawarkannya padaku supaya aku bisa b
JasonSetelah mencari wanita ini sekian lama, di kesempatan pertamaku, aku malah merusak semuanya dan membuatnya pergi.Aku sudah memimpikan momen ketika aku akan bertemu dengannya lagi. Aku sudah berlatih berkali-kali di depan cermin. Aku sudah memilih kata-kata yang tepat supaya aku tidak melukainya. Aku sudah mempersiapkan diriku, tapi ketika aku melihatnya lagi, semua bagian dari diriku kebingungan. Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku tidak bisa menyusun kata-kata yang jelas selain merasakan jantungku berdegup begitu kencang di dalam dadaku. Demikian pula, aku ingin sekali menyebutkan namanya, aku ingin sekali meminta maaf padanya, dan aku ingin sekali mengatakan apa yang aku rasakan padanya. Seharusnya aku lebih baik padanya dan menyayanginya, tapi yang kulakukan hanyalah membuatnya takut. Lagi.Langit pasti sedang menghukumku dengan hukuman paling keji atas semua perbuatan jahatku pada wanita itu. Lima tahun telah berlalu dan aku begitu hancur, sementara Laura membuktikan
JasonAku menjalani hidupku berpikir bahwa hal-hal akan membaik jika aku tetap bersama Kinan dan aku akan menjadi orang yang bahagia. Sejak aku bertemu dengannya lagi di Surabaya dan kami berakhir mengingat-ingat masa ketika kami berpacaran saat masih remaja, aku menjadi gelisah, dan rasa cintaku pada Kinan dulu kembali begitu dahsyat sampai aku tidak menginginkan wanita mana pun selain dia. Bahkan istriku sekalipun.Aku tidak memiliki alasan untuk tetap menikah dengan Laura karena aku tidak mencintainya. Laura memang selalu menjadi temanku dan aku menikahinya karena aku frustrasi dengan Kinan ketika dia memutuskan untuk putus denganku karena dia ingin menjadikan hidupnya sebuah petualangan. Saat itu, Laura sedang kosong dan orang tuaku ingin aku menikah secepatnya untuk alasan hukum, supaya aku bisa mewarisi perusahaan mereka dan semacamnya.Dalam kata lain, aku menikahi Laura dengan alasan yang salah. Aku bukan menikahinya karena cinta. Namun, ketika aku melihat Kinan lagi, rasany
Laura“Aku sudah mengacaukan semuanya, ya?” tanya Richard seraya mengendarai mobil. Aku hanya menghela nafas dalam diam sambil mengelap air mataku dan memperbaiki riasan wajahku. Aku akan segera bertemu anakku dan aku tidak ingin dia melihatku dengan wajah yang sembab dan mata merah karena menangis. Aku tidak ingin anakku tahu aku sehabis menangis.“Sejujurnya, kamu mengacau, Richard,” jawabku dengan pahit. Masih sulit mengingat cara dia memperkenalkanku pada Jason saat makan siang itu yang memalukan.“Begini, aku hanya ingin kamu tahu kalau aku mencoba membantumu. Ya ampun, Laura. Dia adalah Jason Santoso, sang miliarder yang hampir memiliki seluruh Jakarta! Dia bisa membuatmu tidak bisa menapak kota itu lagi hanya dengan rekomendasinya. Aku bahkan akan menjual jiwaku padanya jika itu bisa membantumu. Bagaimana aku bisa tahu kalau dia sebenarnya adalah mantan suamimu?” Dia mencoba menjelaskan dan aku tidak bisa mengelak bahwa dia benar. Richard hanya ingin membantuku.“Tidak apa-a
LauraAku memahami alasan Richard enggan untuk menerima permintaan Nemesis bahwa aku dan timku harus pindah ke Jakarta Selatan selama proyek itu berlangsung. Karena Richard sudah tahu bahwa Jason adalah mantan suamiku, dia takut kalau Jason akan melukaiku entah bagaimana caranya. Aku juga takut akan hal itu, dan bukan hanya itu, berada di dekat Jason akan membuka kembali luka lama yang baru sembuh setelah sekian lama.Aku tahu akan terasa menyakitkan untuk berada di dekat Jason lagi. Ditambah, aku tentu akan menderita karena segalanya tentang dia akan mengingatkanku pada kejadian tidak mengenakkan yaitu perceraian kami, tapi aku harus mempertimbangkan dan memikirkan dengan masak perihal hal itu. Proyek ini bukan hanya tentangku, tapi tentang seluruh tim Hextec. Semuanya sudah bekerja keras untuk menyelesaikan proyek ini, dan sekarang karena kita sudah memenangkan kesempatan ini, tidak peduli seberapa terlibatnya mantan suamiku, itu adalah kesempatan bagus yang sayang sekali untuk dil
“Tidak! Jason tidak mencintaiku. Dia tidak pernah mencintaiku. Dia tidak mampu mencintaiku.”“Namun, dia mencintaimu, terpampang begitu jelas di wajahnya saat makan siang itu.”“Tidak, kamu salah! Jangan tertipu oleh pria itu, dia tidak akan bisa mencintaiku, dan itu tidak akan berubah!” Richard sangat keliru. Dia tidak mengenal Jason Santoso, dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu seberapa besar aku telah mengabdi kepada pernikahan kami untuk membuat Jason Santoso mencintaiku, dan pada akhirnya, aku bercerai dan raut wajahnya yang acuh tak acuh menyakitiku. Tidak, Jason Santoso tidak mencintaiku dan tidak akan pernah mencintaiku.Richard mengusap wajahnya yang masih kebingungan. “Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu, Laura. Aku ketakutan, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku jika kamu dan Anna pergi meninggalkan aku.”“Kami tidak akan ke mana-mana, Richard. Kami tidak akan meninggalkan kamu,” ujarku mencoba membuatnya tenang.Dia mengangguk dan menghela nafas pelan, membawa
Laura“Apakah kamu yakin semuanya baik-baik saja?” tanyaku dengan takut pada Richard yang berada di ujung telepon untuk memastikan bahwa Anne baik-baik saja. “Apakah dia baik-baik saja?”“Jangan terlalu khawatir, sayang. Aku sudah mengantarnya ke tempat penitipan anak. Dia baik-baik saja, dia hanya merindukanmu,” katanya mencoba menenangkanku. Aku menghela nafas lega. Aku tidak pernah bermalam tanpa anakku, tapi sekarang proyek ini memaksaku untuk pindah sementara ke Jakarta Selatan. Aku akan berpisah dengannya selama tiga bulan dan walaupun aku akan pulang ke Bogor tiap akhir pekan, aku masih merindukan anakku.“Kalau begitu, jangan sampai terlambat menjemputnya saat dia pulang, oke?”“Oke, Mama.” Dia tertawa padaku dan aku memutar mataku, memasuki lift di gedung ketika aku pergi ke kantor Nemesis. Itu adalah hari pertama aku mulai bekerja sesuai perjanjian, jadi aku akan bertemu dengan para direktur untuk mendiskusikan pekerjaan kami.“Aku hanya khawatir, Richard.”“Tidak ada y
SuzyKetika aku terbangun, rasanya seperti aku baru saja bangun dari mimpi buruk. Hal pertama yang kulakukan adalah mengusap perutku dan aku terkejut ketika aku menyadari bahwa perutku kosong. Apa? Apa artinya itu? Apakah aku telah kehilangan bayiku? Aku ingat Graham menendangku dan mendorongku di tangga, tidak peduli jika aku sedang hamil atau tidak.“Tidak …. Putriku,” tangisku, meraba-raba perutku dengan ketakutan. “Kumohon, putriku ….”Alarm pun berbunyi. Aku bahkan tidak bisa bangun karena aku merasa sangat lemah. Kemudian, tim medis memasuki ruangan itu.“Tenanglah, Nona Allen. Putri Anda aman dan sehat. Anda telah melahirkannya,” kata mereka padaku, membuatku terkesiap terkejut.“Apa? Putriku sudah lahir?” tanyaku terkejut.“Iya. Dia sudah menunggu Anda. Jadi, Anda harus menenangkan diri dan bekerja sama supaya Anda bisa segera pulih. Putri Anda sedang menunggu Anda,” kata mereka padaku.Aku menangis, tapi sekarang karena merasa lega. “Putriku sudah lahir …. Dia baik-baik
TamaAku memperhatikan Laura meninggalkan rumah sakit bersama Jason dan putrinya. Pundak wanita itu tegang karena dia sangat mengkhawatirkan adiknya, tapi itu adalah hal yang wajar. Hari ini bukanlah hari yang baik baginya karena segala hal yang sedang dia lalui. Hari ini benar-benar tidak berjalan dengan baik bagi kami semua, setidaknya bagiku. Perdebatan dengan Fia membuatku hancur. Aku tidak egois. Aku tahu Fia juga sedang kesulitan, tapi momen itu sangat sensitif bagi kami semua. Seorang bayi baru saja lahir, ditambah, Suzy terancam akan mati. Fia harus menerimanya, menenangkan diri, dan membiarkan segala halnya begitu saja.Aku menghela napas dan bangkit untuk mengambil minum. Aku berencana tinggal di rumah sakit setiap malam jika diperlukan hingga mereka memulangkan putriku dan Suzy sudah terbebas dari bahaya. Aku melakukannya bukan karena aku menyukai Suzy, tapi karena dia pantas mendapatkannya. Aku berterima kasih padanya karena telah melahirkan putriku ke dunia ini.Aku tid
Laura“Sekarang giliranmu. Berikan tanganmu,” kata Jason sambil mengulurkan tangannya padaku untuk mengeluarkan aku dari bunker berbahaya, tempat baku tembak sedang terjadi antara para polisi dan penjahat yang telah mengancam akan membunuh adikku dan temannya.Ada garis ketegangan di antara mata Jason dan rahangnya terkatup. Dia tidak suka aku bersikeras menyuruhnya mengeluarkan Clara terlebih dulu, tapi aku tidak memberinya kesempatan selain menyelamatkan gadis itu terlebih dulu.Jadi, sekarang aku mengangkat tanganku ke arahnya supaya dia bisa membawaku pergi dari sana, tapi sebelum dia bisa menggenggam tanganku, tubuhku terpukul dengan keras dan terbanting ke lantai. Aku terengah-engah dengan berat ketika aku merasa paru-paruku kehabisan udara. Rasa sakit di bagian tubuhku yang terbentur mengenai lantai menyebar ke seluruh tubuhku. Sebelum aku mengetahuinya, seorang pria mencengkeram leherku dengan erat dengan tatapan membunuh di matanya.“Kamu yang menelepon polisi, ‘kan, dasar
LauraPada saat itu, ketika salah satu dindingnya meledak, semua orang di dalam ruangan itu terpental dari posisi mereka. Aku terdiam sesaat. Apakah aku sudah mati? Ataukah aku kehilangan salah satu anggota tubuhku? Apa yang telah terjadi? Apakah para polisi yang meledakkan temboknya? Mereka tidak memiliki jalan lain untuk masuk ke sini?Ada dengungan di dalam telingaku setelah suara ledakan yang keras sekali. Mungkin saja aku menjadi tuli setelahnya, tapi aku mendengar suara orang-orang di sana. Awalnya, rasanya seperti aku berada di bawah air, tapi suaranya makin keras dan jelas ketika indra-indraku mulai pulih kembali.Orang-orang berteriak keheranan, beberapa orang kesakitan, dan yang lainnya terkejut. Ada orang-orang yang terkubur sementara yang lainnya mencoba menarik mereka keluar dari runtuhan itu. Namun, suara tembakan mulai terdengar.Merasa tertekan, aku mencari-cari Clara dengan mataku dan melihatnya terbaring di lantai, terbatuk-batuk karena debu dari reruntuhan dindin
LauraMarkas Lukman benar-benar terlihat seperti tempat kriminal yang bahkan terlibat dengan mafia. Aku berani bertaruh obat-obatan ilegal sedang dikemas dan banyak uang tunai sedang dihitung dan disimpan di koper, yang jelas akan digunakan untuk pertukaran rahasia. Para pria berwajah suram yang bekerja di sana menatapku curiga ketika aku berjalan melewati mereka, mengikuti wanita itu dan orang-orang bersenjata, mengantarku ke bos mereka.Aku langsung mengenali Lukman ketika aku melihatnya. Dia memiliki karisma yang kuat dan penampilan seperti pria nakal. Dia sedang berdiri dengan beberapa pria bersenjata lainnya di belakang konter. Musik agresif bisa terdengar dari stereo di ruangan yang lebih terlihat seperti bunker yang pernah digunakan di masa-masa perang dan setelahnya ditinggalkan dan sekarang dipakai oleh geng kriminal ini. Tempat ini cerah, tapi penerangannya terasa kasar.Mereka semua memandangku sekarang dan aku sejujurnya merasa seperti seekor binatang yang akan segera di
LauraJalanan itu gelap. Hanya ada sedikit pergerakan orang yang datang dan pergi—hanya orang-orang biasa yang menjalani kehidupan mereka seperti biasa tanpa menimbulkan bahaya serius. Aku masih berada di dalam mobil yang terparkir persis di luar restoran yang terlihat seperti ratusan restoran lainnya yang tersebar di Jakarta. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Di bangku di sebelahku, aku sedang memeriksa dua tas berisi uang tunai.Aku gugup. Aku tidak mengenal orang-orang ini dan aku bahkan tidak tahu bagaimana aku harus berbicara dengan mereka atau bagaimana cara memperlakukan mereka. Bahasa apa yang harus kugunakan? Bahasa orang-orang jalanan atau haruskah aku berbicara dengan formal? Bagaimana aku harus bersikap di depan mereka supaya aku tidak akan langsung ditembak tepat di tengah dahiku? Aku ingin Clara, wanita yang memulai semua masalah ini, ada di sini, tapi aku mendapatkan telepon ancaman melalui ponsel Suzy yang berkata bahwa mereka telah menangkap Clara dan aka
Itu terjadi sudah lama sekali sehingga rasanya seolah-olah bukan aku yang mengalami hal itu meskipun ingatan mengenai hal itu masih melekat di dalam diriku. Begitu banyak hal yang terjadi di antara kejadian itu hingga kini dan aku telah banyak berubah. Sekarang, aku menyadari hal-hal yang benar dan salah yang telah kulakukan di dalam hidupku dan semua jalan yang kulalui untuk membawaku ke titik ini.“Kamu sedang mengingat masa lalu, ya? Salah satu momen paling diingat di hidupmu terjadi di tempat itu,” komentar Jason.Aku mengembuskan napas sambil menghampirinya. “Lakukan saja tujuan kita datang kemari,” kataku, menghindari mengungkit masalah lampau.Seperti miliarder tradisional, Jason memiliki sejumlah kecil harta yang disimpan di brankas dinding di rumahnya. Dia menurunkan sebuah lukisan yang selalu tergantung di dinding itu dan menunjukkan sebuah brankas. Dia dengan cepat memasukkan sandinya dan brankas itu mendesis sebelum terbuka. Ada setumpuk uang tunai di sana.“Berapa har
LauraJason benar-benar keterlaluan. Seberapa keras aku berusaha memahaminya pun, dia tetap mampu menghancurkan ekspektasiku dalam dua cara. Dia baru saja pergi dengan Anna, meninggalkan aku yang merasa malu di hadapan Tama.Aku bangkit berdiri sambil menghela napas dan beranjak ke toilet terdekat. Aku pun membuang sisa makananku di tempat sampah di sana. Aku berjalan kembali ke tempat Tama yang sedang duduk dalam diam. “Apakah kamu akan terus di sini, Tama? Aku harus pergi sekarang,” kataku padanya.“Iya, pergilah. Aku akan tinggal di sini. Omong-omong, aku memiliki putri baru hari ini dan hanya itulah yang bisa kupikirkan,” katanya sambil tersenyum tipis. Aku mengangguk puas. Setidaknya, pria ini memiliki akal sehat, tidak seperti istrinya. Aku merasa tenang mengetahui bahwa ada seseorang yang pasti di sana untuk mengawasi Suzy dan bayinya.“Dengar, Tama. Maaf mengenai komentar bodoh Jason mengenai pernikahanmu,” ujarku, tapi dia menggelengkan kepalanya dan terkekeh.“Tenanglah,
Aku menggigit bibirku dengan pelan, masih menatapnya dengan curiga. Aku yakin ada yang dia rencanakan. Apakah dia benar-benar akan memberikan uangnya padaku ataukah dia hanya bermain-main denganku?Aku mengembuskan napas dan mengambil kantong itu. “Baiklah, tapi jika kamu tidak memberikan uang itu padaku, aku bersumpah aku akan menendang buah zakarmu,” ancamku dan aku beranjak duduk dan makan. Aku berterima kasih padanya karena sudah membawakan sup yang kumakan dengan roti.Saat anak-anak sedang bermain dan Tama dan Fia masih berdebat dengan pelan di pojokan, Jason duduk di sampingku di sofa dan memintaku untuk memberitahunya lebih banyak mengenai utang yang dimiliki Suzy. Aku memberitahunya segala hal yang kuketahui dan aku juga bilang bahwa temannya Suzy, Clara, sedang dalam perjalanan untuk membantuku mendatangi rentenir ini.“Kamu tahu kalau sangat berbahaya berurusan dengan orang-oran gini, ‘kan? Mereka berasal dari geng berbahaya yang bekerja di kejahatan terorganisasi di ping