Laura“Aku sudah mengacaukan semuanya, ya?” tanya Richard seraya mengendarai mobil. Aku hanya menghela nafas dalam diam sambil mengelap air mataku dan memperbaiki riasan wajahku. Aku akan segera bertemu anakku dan aku tidak ingin dia melihatku dengan wajah yang sembab dan mata merah karena menangis. Aku tidak ingin anakku tahu aku sehabis menangis.“Sejujurnya, kamu mengacau, Richard,” jawabku dengan pahit. Masih sulit mengingat cara dia memperkenalkanku pada Jason saat makan siang itu yang memalukan.“Begini, aku hanya ingin kamu tahu kalau aku mencoba membantumu. Ya ampun, Laura. Dia adalah Jason Santoso, sang miliarder yang hampir memiliki seluruh Jakarta! Dia bisa membuatmu tidak bisa menapak kota itu lagi hanya dengan rekomendasinya. Aku bahkan akan menjual jiwaku padanya jika itu bisa membantumu. Bagaimana aku bisa tahu kalau dia sebenarnya adalah mantan suamimu?” Dia mencoba menjelaskan dan aku tidak bisa mengelak bahwa dia benar. Richard hanya ingin membantuku.“Tidak apa-a
LauraAku memahami alasan Richard enggan untuk menerima permintaan Nemesis bahwa aku dan timku harus pindah ke Jakarta Selatan selama proyek itu berlangsung. Karena Richard sudah tahu bahwa Jason adalah mantan suamiku, dia takut kalau Jason akan melukaiku entah bagaimana caranya. Aku juga takut akan hal itu, dan bukan hanya itu, berada di dekat Jason akan membuka kembali luka lama yang baru sembuh setelah sekian lama.Aku tahu akan terasa menyakitkan untuk berada di dekat Jason lagi. Ditambah, aku tentu akan menderita karena segalanya tentang dia akan mengingatkanku pada kejadian tidak mengenakkan yaitu perceraian kami, tapi aku harus mempertimbangkan dan memikirkan dengan masak perihal hal itu. Proyek ini bukan hanya tentangku, tapi tentang seluruh tim Hextec. Semuanya sudah bekerja keras untuk menyelesaikan proyek ini, dan sekarang karena kita sudah memenangkan kesempatan ini, tidak peduli seberapa terlibatnya mantan suamiku, itu adalah kesempatan bagus yang sayang sekali untuk dil
“Tidak! Jason tidak mencintaiku. Dia tidak pernah mencintaiku. Dia tidak mampu mencintaiku.”“Namun, dia mencintaimu, terpampang begitu jelas di wajahnya saat makan siang itu.”“Tidak, kamu salah! Jangan tertipu oleh pria itu, dia tidak akan bisa mencintaiku, dan itu tidak akan berubah!” Richard sangat keliru. Dia tidak mengenal Jason Santoso, dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu seberapa besar aku telah mengabdi kepada pernikahan kami untuk membuat Jason Santoso mencintaiku, dan pada akhirnya, aku bercerai dan raut wajahnya yang acuh tak acuh menyakitiku. Tidak, Jason Santoso tidak mencintaiku dan tidak akan pernah mencintaiku.Richard mengusap wajahnya yang masih kebingungan. “Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu, Laura. Aku ketakutan, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku jika kamu dan Anna pergi meninggalkan aku.”“Kami tidak akan ke mana-mana, Richard. Kami tidak akan meninggalkan kamu,” ujarku mencoba membuatnya tenang.Dia mengangguk dan menghela nafas pelan, membawa
Laura“Apakah kamu yakin semuanya baik-baik saja?” tanyaku dengan takut pada Richard yang berada di ujung telepon untuk memastikan bahwa Anne baik-baik saja. “Apakah dia baik-baik saja?”“Jangan terlalu khawatir, sayang. Aku sudah mengantarnya ke tempat penitipan anak. Dia baik-baik saja, dia hanya merindukanmu,” katanya mencoba menenangkanku. Aku menghela nafas lega. Aku tidak pernah bermalam tanpa anakku, tapi sekarang proyek ini memaksaku untuk pindah sementara ke Jakarta Selatan. Aku akan berpisah dengannya selama tiga bulan dan walaupun aku akan pulang ke Bogor tiap akhir pekan, aku masih merindukan anakku.“Kalau begitu, jangan sampai terlambat menjemputnya saat dia pulang, oke?”“Oke, Mama.” Dia tertawa padaku dan aku memutar mataku, memasuki lift di gedung ketika aku pergi ke kantor Nemesis. Itu adalah hari pertama aku mulai bekerja sesuai perjanjian, jadi aku akan bertemu dengan para direktur untuk mendiskusikan pekerjaan kami.“Aku hanya khawatir, Richard.”“Tidak ada y
LauraMatanya yang dalam terlihat seperti dua permata cokelat yang menarikku kian dalam ke dalam kilauan permata tersebut. Dia menjebakku dan berhasil membuatku mendengarnya hanya dengan satu tatapan. Semua hal terasa seperti membeku di sekitar kami ketika aku hanya bisa menatap pandangannya yang menawan. Aku bisa merasakan lengannya melingkari pinggangku, tangannya yang besar memegang badanku dan menangkapku, dadanya menekan dadaku sementara wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter, dan aku bisa merasakan nafasnya yang segar.Aku menghela nafas, memaksa diriku untuk sadar, dan menggenggam lengannya, mencoba berdiri. “Hati-hati, untung saja aku berada di belakangmu,” katanya dan aku menelan ludahku, merapikan bajuku.“Em…” Sutradara berdeham sebelum mulai berbicara. “Namanya studio, wajar saja ada banyak barang berceceran di lantai.” Dia tertawa, ikut merasa malu, lalu membungkuk dan mengambil bola benang yang membuatku tersandung dan hampir terjatuh.Semua orang di sana masih
LauraMalam itu, aku berbicara pada putriku melalui telepon video sampai dia tertidur. Aku ingin sekali berada di sampingnya, tapi sekarang aku tidak bisa. Aku menonton sambil tersenyum ketika Richard menggendongnya dan menidurkannya di kasur dengan berhati-hati seolah-olah anakku adalah telur yang berharga. Lalu, dia mencium keningnya dengan hangat dan meninggalkan kamarnya.“Biarkan putri kecil kita tidur,” katanya, dan aku mengangguk setuju. Aku sedang meminum anggur untuk menghilangkan pikiranku yang kalut.“Dia bersikap dengan baik, ‘kan?”“Dia adalah malaikat, kamu tahu itu.” Aku tersenyum mendengarnya dan meneguk anggurku lagu. “Hm, anggurnya terlihat enak. Apakah pekerjaanmu melelahkan hari ini?” Dia ingin tahu sambil membersihkan dapur di layar tablet.“Aku bisa mengatasi apa pun,” jawabku, menyandarkan kepalaku di sofa. Apartemen yang Nemesis bayarkan untukku sangat mahal dan lengkap. Aku yakin Jason ingin menyombongkan kekayaannya padaku.“Apakah kamu bertemu dengannya
Yang membuatku kecewa, pintu ruang kerjaku dibuka dan Jason masuk ke dalam tanpa diundang. “Maaf aku terlambat, jalanan macet sekali. Aku bahkan harus datang menggunakan helikopter,” katanya agak bersemangat, dan aku mengerutkan alis."Aku baru saja merindukan ini," gumamku pada diriku sendiri, merasa jijik.“Apa? Apakah kamu sakit kepala?” tanyanya setelah memperhatikanku dari dekat. “Migrain, ‘kan? Apakah barangkali kamu sehabis minum-minum?” Dia semakin mendekat.“Itu bukan urusanmu, tapi benar. Aku minum anggur semalam,” jawabku, mengalihkan pandanganku ke komputer. Jason membawakan segelas air untukku dan mendekatiku, memberikan kemasan obat air minumnya.“Aku tahu rasanya, minumlah obat ini, seharusnya akan membantu. Aku juga selalu sakit migrain,” katanya, menawarkan obat itu. Aku menatapnya curiga sebelum meminumnya. “Aku ingat kamu tidak kuat minum banyak-banyak, apakah sudah berubah sekarang?” tanyanya, tapi dia tidak sedang menuduhku atau semacamnya.“Sudah lima tahun b
LauraAku memaksakan diriku untuk menertawai perkataannya itu. “Jadi, kamu merindukanku ketika aku adalah alarm berjalanmu, selalu membangunkanmu ketika sudah waktunya kamu berangkat kerja setiap hari di waktu yang sama? Apakah kamu merindukan bagaimana aku selalu bersedia membantumu berpakaian dengan rapi? Apakah kamu merindukan aku di dapur? Apakah kamu merindukan aku ketika aku menyiapkan air panas untukmu ketika kamu pulang kerja? Bukan aku yang kamu rindukan, Jason, tapi semua bantuanku.”Aku sudah memberikan apa pun untuk pernikahan itu. Jason tidak memiliki apa pun untuk dikeluhkan karena aku adalah istri yang teladan. Bahkan, ibu mertuaku menyayangiku dan berkata bahwa anaknya menikahi orang yang tepat. Namun, apa timbal balik yang aku dapatkan? Sebuah penolakan dan akhir dari pernikahan tersebut tanpa sedikit pun pertimbangan untukku. Jadi, dia tidak datang dan berbicara bahwa dia merindukan aku karena dia peduli padaku. Lagi pula, itu tidak benar.“Aku tidak mengelak bahwa
JasonKetika Tama dan aku tiba di apartemen Joshua, kami langsung menyadari bahwa dia sudah sedikit mabuk dan gila meskipun pesta lajangnya baru saja dimulai.“Jason Santoso, kamu datang! Ini membuatku luar biasa bahagia,” kata pria itu dengan suara yang lantang seraya dia membuka pintu, memelukku, dan menepuk-nepuk punggungku dengan keras sambil tertawa dengan gembira. Kebahagiaannya tercampur dengan minuman, membuatnya lebih bahagia daripada yang seharusnya.“Tentu saja aku datang. Aku tidak akan melewatkan acara yang amat sangat penting ini,” jawabku, memeluknya juga.“Ini luar biasa,” gumamnya sambil menarikku ke sebuah pojokan di lorong masuk rumahnya. “Dengar …. Kamu harus tahu bahwa ayahmu ada di sini. Aku tahu kamu dan dia tidak akrab dan aku mengerti, tapi dia adalah salah satu sahabatku.” Dia terlihat merasa bersalah ketika dia mengatakannya.Aku menggelengkan kepalaku. “Tentu saja aku mengerti. Kamu tidak perlu minta maaf. Ini adalah pesta lajangmu, hari untuk mengesamp
TamaKami baru saja tiba di Bekasi. Karena kami memiliki anak-anak, bepergian sekarang terasa jauh berbeda dan lebih menegangkan daripada sebelumnya ketika kami hanyalah sebuah pasangan yang bebas. Sekarang, kami jarang berlibur di akhir pekan, tidak sampai kami telah selesai mengurus anak-anak kami. Jadi, karena ada pernikahan Josh dan dia telah mengundang Fia dan aku juga, kami harus membawa anak-anak kami ke Bekasi supaya bisa menghadiri upacara pernikahan teman kami yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang.Karena Joshua telah bercerai dengan mantan istrinya sepuluh tahun yang lalu, dia tidak pernah menjalin hubungan serius lagi karena dia bilang urusan cinta tidak cocok dengannya, tapi tampaknya wanita yang muncul ke kehidupannya ini mampu merubah pikirannya itu hingga membuatnya ingin menikah lagi setelah sekian lama. Jadi, kami semua yang dekat dengan Josh benar-benar ingin menyaksikan momen spesial ini untuk teman kami.“Kamu bilang pesta lajang Josh akan diadakan di apa
LauraKarena Jason dan aku memutuskan bahwa kali ini kami akan mengenyampingkan perselisihan kami supaya tidak menghancurkan kenangan yang akan putri kami miliki hari itu, hidup bersamanya bahkan terasa nikmat. Sungguh menakjubkan betapa mudahnya kami tertawa ketika perdamaian terwujud—meskipun itu hanya kepura-puraan.Jadi, kami pergi ke taman hiburan bersama Anna dan kami benar-benar bersenang-senang dengan banyak mainan raksasa di sana. Selama beberapa saat, kami dapat melupakan segala hal dan hanya menikmati waktu bersama putri kami.Setelah itu, kami pergi ke sebuah restoran dan makan sambil berbincang. Aku sedang memisahkan bawang bombai dari makanan putriku karena dia tidak menyukainya, tapi Jason memakan bawang bombai itu untuknya, mungkin untuk mendorong gadis itu agar dia mau memakannya karena anak itu suka meniru ayahnya.“Papa suka makanan yang manis atau yang gurih?” tanya gadis itu dengan bersemangat.“Hei, singkirkan makanan-makanan manis dari pandanganku. Itu membu
LauraJason dan aku tetap di sana, menonton penampilan gadis kecil itu seraya dia tampil bersama teman-teman sekelasnya. Aku senang sekali melihat Anna tumbuh menjadi anak yang makin bahagia hari demi hari.“Dia anak yang manis. Benar, ‘kan? Sangat menggemaskan,” komentar Jason juga, tersenyum dengan bahagia.“Iya, dia tampil dengan baik,” jawabku, juga sepenuhnya jatuh cinta padanya.“Harus kuakui bahwa kamu telah membesarkannya dengan baik,” komentarnya, membuatku menoleh ke arahnya.“Menarik sekali mendengar itu darimu ketika kamulah yang mencoba merenggutnya dariku,” tuduhku.“Ah, jangan begitu. Biarkan aku menikmati penampilan putriku dengan tenteram,” katanya sambil membetulkan posisi duduknya.Aku menggeram dan mengembalikan perhatianku pada putriku yang hanya menghiasi kami dengan pesonanya. “Oh, sial. Aku harus menghapus bagian ini,” komentarku pada diri sendiri, melihat video yang sedang kurekam. Aku tidak ingin bagian bodoh ketika aku dan Jason berdebat tertangkap di
LauraMalam itu, aku lebih memilih untuk tidur di kantorku lagi ketika jam kerja sudah berakhir. Aku berbincang dengan putriku melalui ponsel hingga dia tertidur. Lalu, aku memandang langit-langit ruang tengahku, mencoba mencari rasa kantuk yang tidak kunjung datang. Pada saat itu, aku berujung memikirkan tentang pesan yang kuterima dari penggemar rahasia itu dan aku bertanya-tanya siapa pengirimnya.Apakah itu Gideon? Karena kami sekarang berpisah, dia mungkin ingin mencari cara yang kreatif untuk membuatku terkesan. Aku merasa itu sedikit mencurigakan jika dia adalah Gideon karena dia tidak seromantis itu. Dia jarang memikirkan hal-hal seperti ini. Aku juga berpikir mungkin itu dari Jason, tapi setelah percakapan terakhir kami mengenai perasaan kami, sudah jelas bahwa dia tidak akan mencoba lagi dan bahwa kisah kami telah berakhir. Dia bahagia sekarang, mencoba menjalin hubungan dengan wanita baru itu, jadi sangat tidak mungkin bahwa itu adalah surat dari Jason.Ini membuatku berp
LauraKeesokan harinya, Jason muncul di kediaman Keluarga Kusuma untuk menjemput Anna. Karena pengawal itu bersama dengannya sekarang selama dua bulan ke depan, aku tidak dapat melakukan apa-apa selain menurut dan berharap Jason akan melakukan kesalahan supaya Anna bisa kembali padaku.“Kapan aku bisa bertemu dengannya? Apakah kamu bahkan tidak akan memberikan aku beberapa hari dalam satu minggu untuk menghabiskan waktu bersamanya?” tanyaku pada Jason ketika kami sudah sendirian sambil menatap Anna yang sedang bermain dengan Abel di area kolam renang rumah Keluarga Kusuma.“Kamu tinggal di mana sekarang?” tanyanya ingin tahu. Aku hanya memandang tanah, merasa malu, menggigit bibir bawahku dengan pelan. “Bukankah kamu memakai gaun itu kemarin ke pengadilan?” ujarnya.Aku memandang gaun berwarna kremku yang sudah kering dan bersih karena Fia telah meminta Neli untuk mengurusnya. Aku membetulkan rokku, merasa diperhatikan. “Apakah sekarang kamu bertanggung jawab terhadap apa yang kupa
LauraJadi, setelah itu, Fia meminjamkan aku baju ganti yang kering dan bersih untuk kupakai yang terdiri dari celana linen longgar berwarna putih dan blus yang berwarna terang. Aku merasa konyol memakai pakaian itu, tapi rasanya nyaman sekali. Fia adalah orang yang terhubung dengan alam, spiritual, dan gaya yang bersih. Rasanya sangat nyaman berada di sekitarnya. Jadi, aku pun pergi bersamanya ke dapurnya, tempat putri kami dan suami Fia sedang sibuk membuat makan malam—atau mengacaukan dapur.“Mama! Mama sudah tiba,” seru Anna dengan bersemangat ketika dia melihatku dan berlari ke arahku, menghempaskan dirinya ke pelukanku dengan senyuman yang lebar dan menawan. Aku melingkarkan dia di dalam pelukanku, memeluknya dengan erat dan membenamkan wajahku di rambutnya. Dia terkekeh dengan semangat, menyadari bahwa hari ini aku memeluknya dengan berbeda, tapi itu tidak berarti dia tidak menyukainya. Aku terus memeluknya seperti itu, hanya merasakan tubuh kecilnya di dalam pelukanku dan mer
Laura“Apakah kamu mencoba membuatku menjauh darimu?” tanyaku dengan suara rendah sambil menatap ke bawah.“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” Dia menatapku seraya mengemudi.“Hanya saja, kamu tidak terlihat menarik sama sekali bagiku sekarang, Gideon,” kataku, terkekeh, tapi ada rasa pahit di tawaku. Mungkin, aku hanya orang yang sangat tidak beruntung dalam urusan cinta.“Kenapa begitu? Hanya karena aku mengatakan kebenarannya?” tanyanya sambil melihat lurus ke depan.“Aku tahu aku adalah wanita tidak biasa dengan banyak masalah yang harus ditangani. Aku paham kenapa kamu frustrasi, tapi aku tidak pernah memintamu untuk menyelesaikan satu pun permasalahanku, Gideon. Tidakkah menurutmu aku cukup mampu untuk menyelesaikan semua ini dengan kekuatanku sendiri? Apakah aku benar-benar bersamamu karena aku sangat menginginkan sebuah hubungan atau untuk memberikan ayah yang cocok untuk putriku? Karena tampaknya kamu selalu punya rencana tentang kita di kepalamu, benar?”“Jadi, inikah yang
LauraAku masih terduduk di pojokan ruangan, memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi. Tidak dapat memercayainya, kepalaku tertunduk seraya aku memikirkan tentang apa yang harus kukatakan pada putriku jika dia bertanya kenapa dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama ayahnya daripada aku. Bagaimana caranya aku memberitahunya bahwa aku kehilangan hak asuh atas dia seperti itu? Aku bahkan tidak dapat mengangkat kepalaku karena begitu banyak penyesalan yang kurasakan. Aku merasa bersalah dan aku merasa tidak kompeten dalam semua hal. Jika aku tidak dapat mempertahankan putriku di sisiku, apa lagi yang bisa kulakukan?“Oh, ayolah,” kata Jason seraya dia datang untuk duduk di sampingku. “Angkat kepalamu dan terus pertahankan semangat bertarungmu. Kamu mematahkan semangatku. Bagaimana mungkin aku bisa memamerkan padamu bahwa aku baru saja mendapatkan hak asuh tunggal atas putri kita jika kamu semurung itu?”Aku menatapnya dengan murka. “Jangan lupa kalau itu hanya selama dua bulan,