"* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"

"* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"

By:  Aaiyuu_195  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
32Chapters
62views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rina, adalah siswi berprestasi, namun kehidupannya berubah drastis ketika ia harus kehilangan kehormatan yang selama ini dirinya jaga. Bahkan masih harus menghadapi pengkhianatan dari sahabat terdekatnya. Akankah Rina mampu berdamai dengan masa lalunya? Atau akankah luka yang ia alami terus membayangi masa depannya?

View More
"* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*" Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Aaiyuu_195
terima kasih yang sudah membaca di sinih bila anda suka follow saya nanti kan banyak kisah seru seputar petualangan,horor,sedih,percintaan,adrenali nanti kan hanya di saya ......
2024-08-22 11:09:35
0
user avatar
Aaiyuu_195
keren mase
2024-08-22 11:07:12
0
32 Chapters

**Bab 1: Hari Pertama yang Menggetarkan**

**Bab 1: Hari Pertama yang Menggetarkan** Hari pertama sekolah menengah atas adalah sesuatu yang selalu dinanti-nantikan oleh Rina Puspita. Bagi gadis remaja berusia 16 tahun itu, SMA adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih bebas dan penuh tantangan baru. Di benaknya, SMA adalah tempat di mana ia bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya, sekaligus menjalin persahabatan yang kuat dan abadi. Rina Puspita berdiri di depan cermin kamar, memandangi dirinya dalam balutan seragam putih abu-abu yang rapi. Seragam itu terasa sedikit longgar di tubuhnya yang langsing, namun ia tidak peduli. Baginya, yang penting adalah bisa meninggalkan kesan pertama yang baik di hadapan teman-teman barunya. Rambut hitamnya ia ikat rapi, dan seulas senyum kecil menghiasi wajahnya. "Rina, sudah siap? Nanti terlambat!" teriak ibunya dari dapur. "iyaak sudah ini, Bu!" ja
Read more

**Bab 2: Tanda-Tanda Awal**

**Bab 2: Tanda-Tanda Awal** Kafe yang dituju Siska dan teman-temannya adalah tempat nongkrong yang cukup terkenal di kalangan anak SMA. Terletak tidak jauh dari sekolah, kafe itu selalu ramai dengan siswa yang datang untuk sekadar mengobrol atau menikmati minuman dan camilan ringan setelah pulang sekolah. Sari merasa sedikit gugup saat melangkahkan kaki ke dalam kafe tersebut. Ia belum pernah ke tempat ini sebelumnya, tetapi ia berusaha menyembunyikan rasa canggungnya. Siska, dengan karismanya yang alami, segera mengambil alih suasana. Dia memimpin rombongan kecil mereka ke sebuah meja besar di sudut ruangan. Rina mengikuti di belakang, merasa seperti tamu yang diundang ke dalam sebuah kelompok eksklusif. "Ayo duduk sini, Rina," ujar Siska dengan senyum manisnya. Teman-temannya juga tampak ramah, meskipun Rina merasa ada sesuatu yang aneh dalam cara mereka memperhatikannya. Namun, ia mencoba untuk mengaba
Read more

**Bab 3: Jebakan yang Halus**

**Bab 3: Jebakan yang Halus**Malam itu, Rina tidak bisa tidur dengan tenang. Pikiran tentang pertemuannya dengan Siska dan teman-temannya terus berputar di kepalanya. Meskipun mereka semua tampak ramah, ada sesuatu yang mengganggu Rina—sebuah perasaan tidak nyaman yang tidak bisa ia singkirkan. Senyum dan tawa mereka tampak tulus, tetapi di balik semua itu, Rina merasakan adanya maksud tersembunyi.Pagi berikutnya, ketika Rina memasuki sekolah, ia berusaha menyingkirkan semua pikiran buruknya. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia hanya terlalu paranoid. Lagipula, mungkin Siska dan teman-temannya hanya ingin berteman dengannya, meskipun caranya agak berbeda dari yang biasa Rina alami.Di kelas, Siska dan teman-temannya menyapa Rina dengan riang. Mereka bertanya tentang apa yang ia lakukan semalam dan mengajaknya untuk nongkrong lagi setelah sekolah. Rina, yang masih merasa canggung dengan situasi kemarin, berusaha mencari alasan untuk menolak, tetapi mereka teru
Read more

**Bab 4: Kepanikan dan Kegelapan**

**Bab 4: Kepanikan dan Kegelapan**Malam telah jatuh ketika Rina akhirnya tiba di rumah. Nafasnya terengah-engah, kakinya bergetar, dan seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin. Pikirannya kacau, dan hatinya hancur berkeping-keping. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu depan dan berjalan masuk, berharap tidak ada yang melihatnya dalam kondisi seperti ini.Namun, langkahnya terhenti saat melihat ibunya sedang menunggu di ruang tamu. Wajah sang ibu tampak penuh kekhawatiran, dan begitu melihat Rina, ia segera bangkit dari kursinya."Rina, dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang sekarang?" tanya ibunya dengan nada cemas. Rina menunduk, mencoba menyembunyikan air mata yang mulai mengalir lagi. "Aku... Aku habis belajar kelompok, Bu. Maaf pulangnya telat," jawab Rina dengan suara serak, berusaha agar ibunya tidak curiga.Ibunya memeriksa wajah Rina dengan tatapan penuh tanya. "Kamu baik-baik saja, kan? Wajahmu pucat sekali."Ri
Read more

**Bab 5: Rasa Bersalah yang Tak Tertanggungkan**

**Bab 5: Rasa Bersalah yang Tak Tertanggungkan**Hari-hari berikutnya berlalu dengan lambat dan penuh dengan tekanan bagi Rina. Setiap pagi ketika ia bangun, rasa cemas dan takut langsung menyelimuti hatinya. Ia merasa seperti bayangan hitam terus mengikuti kemanapun ia pergi, membayangi setiap langkah dan pikirannya. Di sekolah, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan ada sesuatu yang salah. Ia tersenyum pada teman-temannya, mengikuti pelajaran, dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, di dalam dirinya, Rina tahu bahwa ia sedang terpecah belah.Siska dan teman-temannya terus mendekati Rina setiap hari, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Mereka tetap mengajaknya nongkrong setelah sekolah, mengajaknya bercanda dan tertawa, tetapi semua itu terasa palsu di mata Rina. Ia tidak bisa melihat mereka tanpa merasakan perutnya mual. Namun, ia tidak berani menolak atau melawan. Ancaman halus yang terkandung dalam pesan Siska terus menghantuinya.
Read more

**Bab 6: Langkah Pertama Menuju Keberanian**

**Bab 6: Langkah Pertama Menuju Keberanian**Hari-hari terus berlalu dengan lambat dan penuh rasa bersalah bagi Rina. Setiap pagi ia terbangun dengan perasaan cemas yang terus menekan. Ia mencoba melanjutkan hidupnya seperti biasa, tetapi setiap kali ia menatap cermin, bayangan malam itu kembali menghantui. Sementara itu, Siska dan teman-temannya terus bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi, tetapi ancaman itu tetap menggantung di udara, menekan setiap langkah Rina.Rina tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam ketakutan ini. Rasa bersalah dan malu yang menggerogoti dirinya setiap hari membuatnya semakin terpuruk. Setiap kali ia melihat sahabatnya, Lani, ia merasa semakin tidak berdaya. Lani terus bertanya tentang keadaannya, tetapi Rina hanya bisa tersenyum dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, di dalam hatinya, Rina tahu bahwa ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Suatu pagi, ketika Rina sedang bersiap-siap untuk berangkat ke
Read more

**Bab 7: Berhadapan dengan Kenyataan**

**Bab 7: Berhadapan dengan Kenyataan**Keesokan harinya, ketika Rina tiba di sekolah, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Meskipun ketakutan dan kecemasan masih menyelimutinya, ada sedikit rasa tenang yang mulai muncul di hatinya. Percakapannya dengan Bu Hesti telah memberinya kekuatan yang sebelumnya tidak ia sadari. Rina tahu bahwa hari ini ia harus mulai mengambil langkah nyata untuk keluar dari situasi yang menghancurkannya.Ketika Rina berjalan melewati lorong-lorong sekolah, ia bisa merasakan tatapan siswa lain yang seolah-olah mengamati setiap gerakannya. Meskipun tidak ada yang secara langsung menyatakan mengetahui apa yang terjadi, perasaan paranoid membuatnya yakin bahwa semua orang tahu. Namun, ia berusaha keras untuk menahan perasaan itu dan fokus pada rencananya.Selama jam istirahat, Rina memutuskan untuk berbicara dengan Lani. Mereka berdua telah menjadi sahabat sejak lama, dan Rina tahu bahwa jika ada satu orang yang bisa ia percayai, itu ad
Read more

**Bab 8: Menghadapi Hari-Hari Berat**

**Bab 8: Menghadapi Hari-Hari Berat**Keesokan harinya, Rina tiba di sekolah dengan perasaan campur aduk. Langkahnya terasa lebih ringan, tetapi di balik itu, ada ketegangan yang terus menghantuinya. Ia tahu bahwa hari ini akan menjadi salah satu hari terberat dalam hidupnya. Dengan tekad yang sudah dipupuk bersama Lani dan Bu Hesti, Rina memutuskan untuk melanjutkan apa yang sudah dimulainya.Ketika bel pertama berbunyi, Rina menuju ruang kepala sekolah bersama Lani. Meskipun jantungnya berdebar kencang, ia berusaha tetap tenang. Rina tahu bahwa ia tidak boleh mundur sekarang. Bersama Lani di sisinya, ia merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.Di ruang kepala sekolah, mereka disambut oleh Bu Hesti yang sudah menunggu. Kepala sekolah, Pak Budi, seorang pria paruh baya yang dikenal tegas tetapi bijaksana, menyambut mereka dengan serius. Pak Budi menatap mereka berdua dengan penuh perhatian, tampak memahami betapa pentingnya pe
Read more

**Bab 9: Gelombang Pengungkapan**

**Bab 9: Gelombang Pengungkapan**Hari berikutnya, Rina tiba di sekolah dengan perasaan was-was. Meskipun ia telah mengambil langkah besar dengan melaporkan kejadian yang menimpanya, ketakutan dan kecemasan masih menghantuinya. Bagaimanapun, ia sadar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensinya sendiri. Ia tahu bahwa hari ini mungkin akan menjadi titik balik yang besar dalam hidupnya.Begitu Rina memasuki gerbang sekolah, ia langsung merasakan perubahan atmosfer. Ada bisikan-bisikan di antara siswa-siswa yang berjalan di lorong, tatapan-tatapan yang seolah-olah mengikuti setiap langkahnya. Rina menundukkan kepala, mencoba untuk tidak memikirkan apa yang mungkin sedang mereka bicarakan. Ia tidak tahu apakah berita tentang laporan yang dibuatnya sudah menyebar atau apakah itu hanya perasaan paranoid yang masih membayangi.Sesampainya di kelas, Lani sudah menunggu di mejanya. Melihat sahabatnya, Rina merasakan sedikit kelegaan. Lani memberikan senyuman dukun
Read more

**Bab 10: Gelombang Reaksi**

**Bab 10: Gelombang Reaksi**Hari-hari setelah pertemuan dengan Bu Hesti dan Pak Budi terasa seperti berjalan di atas kaca bagi Rina. Setiap langkah yang ia ambil, setiap interaksi dengan teman sekelas, bahkan tatapan dari guru, semuanya terasa penuh dengan makna tersirat yang membuatnya semakin cemas. Rina tahu bahwa berita tentang laporan yang ia buat akhirnya menyebar, meskipun secara resmi sekolah masih merahasiakan rincian investigasi.Pagi itu, Rina memasuki kelas dengan perasaan berat. Ketika ia berjalan menuju mejanya, ia bisa merasakan beberapa tatapan mengikuti gerakannya. Ada bisikan-bisikan yang ia dengar sekilas ketika melewati sekelompok siswa, tetapi Rina mencoba untuk tidak memikirkannya. Di sisi lain kelas, Siska duduk dengan wajah yang tampak marah dan tegang. Rina tahu bahwa ini adalah akibat dari apa yang telah terjadi, tetapi ia juga merasa tidak nyaman dengan situasi ini.Setelah duduk, Lani segera menghampiri Rina. Ia memberikan seny
Read more
DMCA.com Protection Status