Share

**Bab 9: Gelombang Pengungkapan**

**Bab 9: Gelombang Pengungkapan**

Hari berikutnya, Rina tiba di sekolah dengan perasaan was-was. Meskipun ia telah mengambil langkah besar dengan melaporkan kejadian yang menimpanya, ketakutan dan kecemasan masih menghantuinya. Bagaimanapun, ia sadar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensinya sendiri. Ia tahu bahwa hari ini mungkin akan menjadi titik balik yang besar dalam hidupnya.

Begitu Rina memasuki gerbang sekolah, ia langsung merasakan perubahan atmosfer. Ada bisikan-bisikan di antara siswa-siswa yang berjalan di lorong, tatapan-tatapan yang seolah-olah mengikuti setiap langkahnya. Rina menundukkan kepala, mencoba untuk tidak memikirkan apa yang mungkin sedang mereka bicarakan. Ia tidak tahu apakah berita tentang laporan yang dibuatnya sudah menyebar atau apakah itu hanya perasaan paranoid yang masih membayangi.

Sesampainya di kelas, Lani sudah menunggu di mejanya. Melihat sahabatnya, Rina merasakan sedikit kelegaan. Lani memberikan senyuman dukungan, seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Bagaimana perasaanmu hari ini, Rin?" tanya Lani dengan nada lembut.

Rina mengangkat bahu. "Sedikit cemas, tapi aku tahu ini sudah di luar kendaliku sekarang. Aku hanya berharap semuanya bisa diselesaikan dengan cepat."

Lani mengangguk. "Aku ada di sini untukmu, Rin. Apa pun yang terjadi, kita akan hadapi ini bersama-sama."

Rina tersenyum tipis. Kata-kata Lani memberinya kekuatan, meskipun hanya sedikit. Sebelum percakapan mereka bisa berlanjut lebih jauh, bel berbunyi menandakan dimulainya pelajaran pertama.

Hari itu berjalan dengan lambat dan tegang. Rina mencoba berkonsentrasi pada pelajaran, tetapi pikirannya terus melayang-layang. Ketika jam istirahat tiba, Rina dan Lani memutuskan untuk menghabiskan waktu di tempat yang lebih sepi. Mereka berdua memilih untuk duduk di taman belakang sekolah, jauh dari keramaian kantin yang biasanya penuh dengan siswa.

Tiba-tiba, ponsel Rina bergetar. Ketika ia melihat layarnya, ia melihat bahwa itu adalah pesan dari Bu Hesti, meminta Rina untuk datang ke ruang konseling secepatnya. Hati Rina mulai berdebar kencang. Ia tahu bahwa ini pasti berkaitan dengan laporan yang telah ia buat.

"Bu Hesti mau aku ke ruang konseling sekarang," kata Rina pada Lani, berusaha menyembunyikan kecemasannya.

Lani menggenggam tangan Rina dengan lembut. "Aku ikut sama kamu, Rin. Nggak apa-apa, kita akan hadapi ini sama-sama."

Rina merasa sedikit lega dengan kehadiran Lani di sampingnya. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ruang konseling dengan langkah yang lebih mantap. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Bu Hesti yang tampak serius.

"Rina, Lani, silakan duduk," kata Bu Hesti sambil menunjuk ke kursi di hadapannya. Setelah mereka duduk, Bu Hesti melanjutkan, "Pak Budi sudah melakukan penyelidikan awal tentang laporanmu. Kami juga telah berbicara dengan Siska dan Ardi."

Rina menelan ludah, merasa gugup. "Apa yang mereka katakan, Bu?"

Bu Hesti menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Siska dan Ardi awalnya membantah tuduhan itu, tetapi setelah beberapa konfrontasi dan bukti yang ditemukan, mereka akhirnya mengakui bahwa mereka terlibat dalam kejadian tersebut. Mereka juga mengungkapkan bahwa ada pihak lain yang terlibat, yang mungkin tidak kamu sadari sebelumnya."

Rina terkejut mendengar ini. "Pihak lain? Siapa, Bu?"

Bu Hesti menatap Rina dengan penuh perhatian. "Mereka menyebutkan bahwa ada teman-teman mereka yang ikut serta dalam perencanaan kejadian tersebut, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam apa yang terjadi padamu. Sekolah akan menindaklanjuti ini dan memastikan semua yang bertanggung jawab akan mendapatkan konsekuensi yang sesuai."

Rina merasa campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena akhirnya kebenaran mulai terungkap. Namun, di sisi lain, rasa takut dan kecemasan semakin meningkat karena menyadari bahwa kejadian ini lebih besar dari yang ia bayangkan.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya, Bu?" tanya Lani, mencoba memahami situasi yang semakin rumit.

"Kami akan mengadakan pertemuan dengan orang tua Siska dan Ardi, serta pihak-pihak lain yang terlibat," jawab Bu Hesti. "Ini adalah proses yang akan memakan waktu, tetapi sekolah berkomitmen untuk memastikan keadilan ditegakkan. Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak berwenang, dan tidak menutup kemungkinan bahwa mereka akan dilibatkan jika diperlukan."

Rina merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Meskipun ia tahu bahwa ini adalah langkah yang benar, tetap saja, menghadapi kenyataan bahwa masalah ini akan melibatkan banyak orang membuatnya merasa tertekan. Bagaimana reaksi orang-orang di sekitarnya nanti? Bagaimana tanggapan teman-teman sekelasnya ketika mereka mengetahui bahwa Siska dan Ardi terlibat?

Melihat ekspresi wajah Rina yang tegang, Bu Hesti mencoba menenangkannya. "Rina, kamu sudah sangat berani untuk melaporkan kejadian ini. Apa pun yang terjadi selanjutnya, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Kami semua ada di sini untuk mendukungmu."

Lani mengangguk setuju. "Rin, kita akan hadapi ini bersama. Jangan pernah merasa kamu harus melakukannya sendiri."

Rina mengangguk pelan, mencoba untuk menguatkan dirinya. Meskipun ini adalah perjalanan yang berat, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada orang-orang yang peduli padanya dan siap membantu. Rina tahu bahwa langkah-langkah ke depan akan sulit, tetapi dengan dukungan dari Lani, Bu Hesti, dan bahkan Pak Budi, ia merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Setelah pertemuan itu, Rina dan Lani kembali ke kelas. Meskipun perasaan cemas masih ada, Rina merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa proses ini akan memakan waktu, tetapi ia juga tahu bahwa ini adalah langkah penting menuju pemulihan.

Malam itu, Rina kembali menulis di jurnalnya, mencurahkan semua pikiran dan perasaannya. Menulis telah menjadi pelarian yang memberinya kedamaian, meskipun hanya sementara. Ketika ia menulis, Rina berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah. Apa pun yang terjadi, ia akan terus maju dan berjuang untuk keadilan.

Dengan tekad itu, Rina menutup jurnalnya dan menatap keluar jendela. Di luar, langit malam terlihat tenang, seolah-olah memberi isyarat bahwa badai yang sedang ia hadapi akan segera berlalu. Meskipun ia tahu bahwa masih banyak hal yang harus dilalui, Rina merasa sedikit lebih kuat untuk menghadapi hari-hari berikutnya.

---

Jika Anda ingin melanjutkan ke **Bab 10**, saya siap untuk melanjutkannya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status