"Kau tidak bisa mengelak lagi. Menikah denganku atau mati!" Felix Salvatore bertekad membuat Veronica Reager, wanita yang telah membuat Ibunya terbunuh, menderita dengan menjadikannya istri. Hanya saja, apakah Felix benar-benar membalas dendam atau justru akan jatuh cinta pada anak musuh keluarganya itu seiring waktu berjalan? Terlebih, jika dia tahu bahwa sebenarnya ada kesalahpahaman di sana!
View MoreHalaman kediaman Alfred Mussolini dipadati oleh wartawan media cetak dan media online yang terkejut serta penasaran akan info yang mereka dapatkan. Alfred Mussolini tewas dalam ledakan bom pada salah satu restoran di Maiori. Diduga ledakan bom tersebut dilakukan oleh kelompok teroris karena ada banyak bukti yang menunjukkan keterkaitan ledakan bom di Maiori dengan yang pernah terjadi di Amerika, juga disinyalir dilakukan oleh teroris dan kelompok tersebut memberikan pengakuan. Selaku walikota Amalfi Coast, Armando Moreles didampingi Bianca-istrinya Alfred Mussolini yang tidak berhenti terisak, mengusap cairan hidung, mengumumkan kematian Alfred yang sangat mengenaskan, hangus terbakar kecuali cincin nikah yang masih bisa dikenali pada jemarinya, serta secarik pakaian dalam tidak terbakar diidentifikasi oleh Bianca sebagai pakaian dalam limited edition milik Alfred. "Kami akan mengusut tuntas masalah teroris ini yang sudah berani berkeliaran di wilayah kita, negara kita." Arman memb
Hansel, Quince serta sebagian pasukan Felix yang berada di daratan, melemparkan tali berujung jangkar untuk membantu Knox, Jose serta rekan-rekan mereka. Sebagian lainnya bekerjasama menyisiri lokasi memeriksa tubuh-tubuh anak buah Alfred serta pasukan semut hitam untuk mencari informasi apapun. Kemudian semua tubuh yang telah tak bernyawa tersebut dikumpulkan pada satu tempat. Quince memberikan jubah hangatnya ke tangan Knox, "Terima kasih sudah memperingatkanku." "Dimana Mister Felix dan Mister Effren?" Knox teringat dirinya harus menyampaikan hal penting untuk Felix. "Baru saja pulang. Kau pergilah kembali lebih dulu, hangatkan tubuh kalian." sahut Quince sekaligus memandang ke arah Jose serta pasukan yang dari laut, terlihat menggigil kedinginan. Meskipun tidak turun salju, ini adalah musim dingin. Air laut jauh lebih dingin di saat malam hari, apalagi angin bertiup lumayan kencang. Jika sebelumnya mereka tak merasa kedinginan, karena ada semangat membara untuk bertempur habis-
Felix dan Effren saling berkata dalam tatapan, lalu mereka serempak menoleh ke arah Owen yang juga telah bersiaga dengan senapan siap tembak, pun semua anak buahnya. Owen seakan lupa jika lengannya cidera terserempet peluru Effren sebelumnya. Tekad dan loyalitas lebih kuat dari rasa sakit."Dalam hitungan ke tiga, segera pergi keluar! Ingat, jangan bunuh bapak tua itu!" Felix berkata seraya menatap tegas ke netra Owen yang ingin menolak karena tugasnya bersama kelompoknya adalah melindungi Felix dan Effren. "Patuhlah!" Effren meraih senapan di atas lantai, berdiri tegak bersebelahan dengan Felix yang juga telah bersiap dengan senapan depan perut, moncongnya mengarah ke jendela. Owen akhirnya memberikan anggukan pada sembilan anak buahnya yang tersisa masih hidup selain dirinya dan Russo, bergerak siaga pada masing-masing sisi pintu keluar, tetap akan memberikan pengawalan pada Felix dan Effren."Satu ..." Effren mulai berhitung. "Dua ..." Felix melanjutkan dan netra dua pria bersau
Sebagai orang yang memiliki latar belakang anggota pasukan dinas rahasia operasi tempur serta keadaan darurat di laut, Knox menggigit bibir bawahnya dengan tangan terkepal ketika memperhatikan sekeliling lokasi restoran tempat Felix dan Effren pergi bertemu Alfred Mussolini. "Ada apa?" Jose datang menghampiri, sudah lengkap dengan pakaian siaga jika sewaktu-waktu diperlukan terjun ke dalam laut. "Apapun yang terjadi, jangan mati sebelum kau memastikan Mister Felix dan Mister Effren selamat!" Jose menatap bingung ke arah Knox yang pandangannya hampir tidak berkedip memperhatikan laut di depan mereka, tetapi pria itu menjawab, "Tentu. Hidupku untuk Mister Felix." Knox menoleh, tersenyum tipis memandang Jose, "Dia pemimpin yang baik." cetusnya ditanggapi anggukan setuju oleh Jose. Yacht tempat Knox dan Jose juga pasukan Felix yang lainnya masih terparkir di pantai, tidak jauh dari lokasi restoran. Begitu lampu penerangan pada restoran mati, Knox berteriak melalui alat komunikasinya,
Diantara semua anak keturunan Salvatore, Effren adalah yang paling lemah dalam ilmu beladiri. Meskipun begitu, Effren sangat mahir menembak tepat sasaran, bahkan sambil menutup mata. Satu-satunya keahlian Marcella yang berhasil Effren menyamai.Felix masih meneliti penampilan pemimpin kelompok preman yang mengaku tunduk pada Zeze, keponakannya, hal itu mengingatkan Felix pada beberapa penculikan Veronica. Tetapi belum sempat Felix bertanya, telinganya mendengar detak-detak suara bom. "Hei ...!" Felix belum tahu nama Owen, ia berteriak sebelum melompat melewati meja persegi panjang di depannya menuju ke arah Effren, "Ada Bom! Cepat bawa anak buahmu menjauh, pria tua itu milik kami!" Sudut bibir Alfred yang kesulitan menarik pergelangan tangannya dari bawah telapak sepatu Owen, menyeringaikan senyuman tipis mendengarkan perkataan Felix.Alfred memang memerintahkan anak buahnya memasang bom dalam restoran, namun hanya ada bom asap untuk dalam ruangan private tempat pertemuannya dengan F
Felix dan Effren memindai sekeliling dalam ruangan restoran sedang ramai pengunjung, namun rata-rata mereka adalah pria yang terlihat seperti terlibat obrolan serius, sesekali terdengar tawa terbahak dari arah meja lain. "Sepertinya akan semakin seru, hem?" bisik Effren dekat telinga Felix sambil mereka berjalan mengikuti pelayan yang mengantarkan sampai ke depan ruangan pribadi tempat Alfred Mussolini menunggu. "Jangan terlalu bersemangat, nanti kau encok! Ingat umurmu sudah tidak muda, meskipun kau masih terlihat hot ...menurutmu!" akhirnya Felix mendapatkan kesempatan untuk balas menggoda Effren yang menoleh dengan kelopak mata menyipit. "Terima kasih sudah datang, Mister Salvatore." Alfred langsung berdiri menyambut kedatangan Felix dan Effren. "Effren Salvatore dan saya anak tertua di keluarga Salvatore." Effren kembali memperkenalkan dirinya pada Alfred sambil tersenyum tipis dipaksakan. Sungguh, Effren sudah sangat tidak sabar ingin menelanjangi Alfred yang tubuhnya banyak
Menjelang sore di Amalfi, matahari bersinar lebih cerah dan salju berhenti turun. Effren berlari marathon bolak-balik di pantai pribadi kediaman Felix setelah pria itu berkata harus bersiap pada Felix atas undangan 'makan malam' Alfred, satu jam lalu. Felix sudah mwnyampaikan perintah pada anak buahnya yang disambut semangat antusias mereka semua. Kini pria matang bertubuh atletis sangat maskulin tersebut sedang asyik main seluncuran dari kolam renangnya ke pantai yang entah sudah berapa kali ia lakukan sebelum digoda oleh Effren. "Apakah Veronica senang berseluncur?" Felix yang baru menjejakkan kakinya di pasir, masih duduk pada atas seluncuran, menoleh pada Effren yang tubuh bagian atasnya tidak mengenakan baju telah bermandikan keringat. "Tua bangka pamer!" Effren terkekeh rendah, "Akui saja jika aku lebih tampan darimu!" sahutnya berjalan mendekat ke depan Felix yang masih duduk di atas seluncuran, mendengkuskan napas menanggapi. "Biarpun aku sudah tua, aku masih hot! Tidak
"Jangan coba-coba berkhianat lagi! Kali ini bos tidak akan memberikan ampun jika kalian tak patuh pada perintah!" Ivar berkata tegas dengan sorot mata mengancam pada Owen yang ia datangi ke markas kelompok preman itu. Owen menggedikkan sebelah bahunya, memandang ke arah rekan-rekannya yang berdiri tidak jauh darinya, "Kalian mau olahraga malam ini?" Salah satu anak buah Owen menggoyangkan dagu maju mundur, "Tergantung bayarannya, Bos!" "Bayaran beserta bonus akan diberikan setelah kalian menghabisi target!" Ivar menjawab dingin perkataan anak buah Owen. "Kami hanya menghabisi target dan tidak perlu memberikan perlindungan pada kalian?" Owen memastikan tugasnya mengunci tatapan dengan Ivar. "Jangan pandang remeh target kali ini. Kalian tidak bisa bermain-main, lakukan cepat begitu mendengar suara lonceng di menara!" Owen tertawa terbahak hingga tubuh besarnya berguncang, lalu mengusap mulutnya dengan sebelah tangan, memandang lekat ke netra Ivar yang tetap dingin. "Anda tidak me
Luca dan Luciano berdiri tegak depan jendela lantai dua kediaman, memperhatikan Zeze memberikan pelajaran pada Arkada. Kedua mata pria itu berkilat takjub melihat perkembangan beladiri dan seni pedang Zeze yang tak melukai Arkada seinchi pun. "Dia berkembang sangat pesat." ucap Luca yang matanya tidak berkedip melihat gerakan Zeze sangat gesit. Luciano mengangguk, "Ya, kemampuannya berkembang sangat cepat. Tapi itu juga membuat peluang bagi racun dalam tubuhnya semakin kuat untuk mengambil alih merusak organ-organ tubuhnya." sahut Luciano lirih. "Michele, Veronica dan Bonnie pasti bisa menemukan penawarnya." Luca menoleh memandang Luciano yang juga menatapnya, "Usai musim dingin ini, aku akan pergi sendiri mencari obat penawarnya di seluruh dunia, di manapun." tekad Luca demi cintanya pada Zeze. "Jangan paksa istrimu bekerja keras. Ingat, Michele dan Veronica sedang hamil dan juga Bonnie masih sering kau suruh Zeze menghisap darahnya." "Ku harap dia kuat bertahan melewati musim di
Felix sedang berdiri tegak menatap pemandangan di luar jendela kaca ruangannya yang menghadap pantai indah kota Cape Town. Cuaca sedang cerah sudah menjelang sore, riak-riak ombak terlihat jelas dari tempat Felix saat ini berdiri memperhatikan. Tok ...tok ...tok!"Masuk!"Felix beranjak dari depan jendela, kembali duduk pada kursi kerja kebesarannya, pura-pura membalikkan berkas di atas meja ketika Hvitserk, asisten sekaligus sahabatnya memasuki ruangan. "Simon sudah mendapatkan lokasi wanita itu, Veronica." Hvitserk berkata sembari meletakkan laporan dari sekretaris perusahaan ke atas meja, membuka kursi untuk dia duduki di depan Felix. "Kenapa Simon tidak menghubungiku?" "Kau sudah memeriksa ponselmu?" Hvitserk justru balik bertanya sinis pada Felix.Hvitserk sudah sangat hapal kebiasan baru Felix yang sering lupa mengisi daya ponselnya. "Ah, dayanya habis." Felix berujar santai setelah memeriksa layar ponselnya yang padam. "Dimana wanita itu?" tanyanya kembali pada topik lapo...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments