Share

Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore
Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore
Penulis: Lucy

1. Felix Salvatore

Felix sedang berdiri tegak menatap pemandangan di luar jendela kaca ruangannya yang menghadap pantai indah kota Cape Town. 

Cuaca sedang cerah sudah menjelang sore, riak-riak ombak terlihat jelas dari tempat Felix saat ini berdiri memperhatikan. 

Tok ...tok ...tok!

"Masuk!"

Felix beranjak dari depan jendela, kembali duduk pada kursi kerja kebesarannya, pura-pura membalikkan berkas di atas meja ketika Hvitserk, asisten sekaligus sahabatnya memasuki ruangan. 

"Simon sudah mendapatkan lokasi wanita itu, Veronica." Hvitserk berkata sembari meletakkan laporan dari sekretaris perusahaan ke atas meja, membuka kursi untuk dia duduki di depan Felix. 

"Kenapa Simon tidak menghubungiku?" 

"Kau sudah memeriksa ponselmu?" Hvitserk justru balik bertanya sinis pada Felix.

Hvitserk sudah sangat hapal kebiasan baru Felix yang sering lupa mengisi daya ponselnya. 

"Ah, dayanya habis." Felix berujar santai setelah memeriksa layar ponselnya yang padam. "Dimana wanita itu?" tanyanya kembali pada topik laporan Hvitserk. 

"Dia di Amalfi Coast. Mengelola restoran The Grill. Silakan, lihat aja sendiri." Hvitserk menyerahkan tablet kerja ke depan Felix yang segera meraihnya. 

Selama beberapa menit, Felix terdiam. Raut wajahnya datar dan Hvitserk tidak bisa membaca apa yang dipikirkan oleh sahabat sekaligus bos yang sebenarnya ia jaga sebagai pengawal pribadi tersebut. 

"Dua pekan lagi Ambu ulangtahun. Kita rayakan di Amalfi Coast!" ucap Felix sambil mengembalikan kembali tablet ke depan Hvitserk. "Siapkan penerbangan esok malam. Lalu perintahkan Billy memberikan semua laporan yang harus ku kerjakan hari ini." 

"Ambu tadi juga menghubungiku, ia tidak akan berbicara lagi denganmu selamanya jika malam ini kau tidak makan malam di rumah." tukas Hvitserk menyampaikan pesan sambil diam-diam mengulum bibirnya masuk agar tidak memuncratkan tawa karena wajah Felix tiba-tiba terlihat gusar. 

Sejak kematian Mommynya, Marcella Salvatore secara tragis bersama Joko, suaminya Susie, adik perempuan angkat Marcella, Felix membawa Susie, yang ia panggil Ambu untuk tinggal bersamanya di Cape Town. 

Susie adalah salah satu wanita yang bisa membuat Felix tunduk dan patuh, selain saudarinya Zetha Salvatore, Aghna Salvatore dan Lucy Salvatore.  

"Nanti aku akan menghubungi Ambu." 

Hvitserk meraih ponsel Felix yang telah tersambung ke daya listrik, menghidupkannya tanpa persetujuan pria itu. 

"Lihat, Ambu menghubungimu lebih dari tiga puluh kali!" Hvitserk memperlihatkan misscall dari Susie ada tiga puluh tujuh kali. 

"Bawa semua laporan pekerjaanku, aku akan pulang sekarang!"

Felix akhirnya bangkit berdiri dari duduknya, meraih ponsel, mengambil kunci mobil, kemudian mengangguk serta memberi kode pada Hvitserk agar mengingat tugas-tugasnya yang ia perintahkan menyiapkan penerbangan jet pribadi selain membawa laporan pekerjaan pulang ke kediaman. 

Hvitserk tersenyum tipis, mengeluarkan ponselnya begitu Felix telah berlalu keluar dari pintu. 

"Dia baru saja keluar ruangan." lapor Hvitserk dalam panggilan telpon. 

--

"Ada apa, Paman? Apakah Paman sudah mendapatkan pesan yang ku berikan pada Hvits?" Simon langsung menjawab dan bertanya di panggilan telpon Felix.

"Uhm, ya! Tunggu sebentar!"

Felix menjawab dan menyingkirkan ponsel dari daun telinganya, membuka jendela mobil ketika matanya menangkap sosok anak laki-laki berpakaian sederhana sedang berjualan bunga yang ia tawarkan dari mobil ke mobil sambil mengetuk jendelanya. 

"Aku beli semua bungamu! Tapi tolong pesankan cheesecake dalam toko di depan sana, segera bawa ke sini." 

Mobil Felix memang sedang berhenti di halaman toko cheesecake yang biasa ia beli untuk Susie, jika Ambunya itu mulai merajuk karena dirinya sering pulang terlambat di malam hari. 

"Kemarikan!" Felix meminta semua bunga mawar merah segar di tangan anak lelaki, "Ini bayaran bunga mawarmu dan ini untuk membeli cheesecake toping buah segar blueberry." Felix memberikan beberapa lembar uang kertas ke tangan anak lelaki yang langsung tersenyum cerah dengan tatapan mata berbinar. 

"Baik, Tuan muda. Tunggu sebentar." anak lelaki mengambil uang dari Felix, langsung berlari ke depan toko cheesecake juga menyela antrian yang sedang padat pengunjung hendak melakukan pemesanan cake. 

Felix memang sangat licik, meminta anak lelaki yang membelikan cake untuknya, karena para orang dewasa yang sedang mengantri di depan toko akan selalu memberikan posisi mereka pada anak kecil meskipun mulut merengut menggerutu. 

Tentu saja, ini bukan pertama kalinya Felix melakukan ide konyol 'memperalat' anak-anak agar membantunya. Meskipun Hvitserk sering mencelanya sebagai pria dewasa yang tak beradab, tapi kali ini asistennya itu tidak ada bersamanya, jadi sah-sah saja. 

"Simon ..." Felix kembali memanggil Simon di panggilan telpon yang hanya ia hold, tidak dimatikan sebelumnya. 

"Ya, Paman," 

"Katakan, apakah Veronica itu sudah menikah?" Felix bertanya dengan suara pelan pada Simon, putra saudarinya, Zetha yang ia pinta membantunya mencari Veronica. 

"Ada beberapa pria di sekelilingnya. Tamu reguler yang datang ke restoran The Grill ..." Simon menghentikan perkataan, mengirimkan link ke ponsel Felix yang langsung berbunyi notifikasinya. 

"Dia sedang berkencan! Atau mungkin bisa jadi pria itu adalah suaminya. Kenapa Paman menanyakan hal ini? Apakah Paman tertarik pada Veronica?" 

Felix sudah berusia lebih dari kata matang sebagai seorang pria untuk menikah. Tetapi dia selalu menutup diri dari hubungan lawan jenis. 

"Ok. Terima kasih, Simon. Goodnight!" Felix menolak menjawab pertanyaan Simon yang terdengar terkekeh sebelum ia putuskan sambungan telponnya. 

--

"Kau sudah pulang," Susie menyapa Felix yang langsung menyerahkan kotak cake ke tangannya begitu ia tiba di rumah. 

"Ya. Maaf, tadi ponselku kehabisan daya dan aku lupa memeriksanya."

Felix meraih punggung tangan Susie yang akan ia cium takzim agar wanita yang masih terlihat sangat awet muda itu tidak memarahinya atau mengadu pada Zetha ataupun Aghna, saudari-saudarinya yang bisa mengomelinya panjang kali lebar. 

"Berikan semua bunganya untuk Ambu!" Felix memberikan perintah pada pelayan yang baru saja membawa puluhan tangkai mawar merah ke dalam kediaman mereka. 

Susie menaikkan alisnya berjengit ke atas, menatap lekat ke dalam netra Felix yang terlihat lebih manusiawi dengan senyuman tipis ketika berada di depan Susie. 

"Aku ingin mengajak Ambu pergi ke Amalfi Coast esok malam, sekaligus nanti kita merayakan ulangtahun Ambu di sana." Felix memberitahukan rencananya pada Susie yang langsung mengulum senyum.

 "Susun bunganya di kamar Felix dan sisanya letakkan pada atas meja." Susie memberitahu pelayan kediaman yang terlihat bingung dengan bunga segar di tangannya. 

Susie meraih lengan Felix untuk ia bawa ke ruang makan, "Sebenarnya Zetha sudah meminta agar kita datang berkumpul di Palermo tahun ini ..." 

"Nanti aku akan bicarakan dengan Zetha." Felix langsung memotong perkataan Susie yang kembali mendengkuskan tawa rendah. 

Diantara keluarga besar Salvatore, Susie lah yang paling paham akan karakter Felix yang ia asuh sejak bayi. Felix tidak akan bersikeras pergi ke suatu tempat jika tidak ada rencana lain yang sedang bercokol dalam kepalanya. 

"Ku dengar di Amalfi ada banyak wanita-wanita cantik juga seksi ..." 

"Aku tidak tertarik!" Felix kembali menjawab cepat, menghentikan tebakan Susie yang justru semakin yakin jika putranya itu sedang mencari wanita. 

Felix memang tidak memberitahu siapapun jika ia mencari Veronica, selain Hvitserk dan Simon yang juga ia pinta merahasiakan dari keluarga besar mereka. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
senja_awan
terlalu kepo Ama klrga salvatore...buru buru berkunjung lah ke rumah Felix Simon...........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status