Share

6. Wanita Tangguh

Author: Lucy
last update Last Updated: 2024-07-24 21:29:09

Felix baru selesai mandi dan melilitkan perban ke perutnya sendiri tanpa meminta bantuan Susie atau Hvitserk. Sejak sore, Felix sibuk memeriksa pekerjaan yang dikirimkan oleh Billy ke surelnya. 

"Namanya Edward Suter, dia ingin bertemu dengan Anda, Mister." terngiang dalam kepala Felix akan perkataan Billy, penanggung jawab perusahaannya di Cape Town dan Somalia, yang menyampaikan melalui sambungan videocall jika ada seseorang ingin mengajukan kerjasama untuk project pertambangan di Somalia dengan Felix. 

Baru saja Felix hendak menyalakan laptopnya untuk mencari tahu tentang Edward Suter, ponselnya sudah berdering panggilan telpon dari Hvitserk. 

"Veronica di culik. Orang kita tidak bisa bertindak di sini ..." 

"Tawarkan uang besar untuk para berandal jalanan!" potong Felix cepat dengan nada sangat dingin memberikan perintah. "Jika sampai Veronica terluka karena keengganan mereka bertindak, maka esok aku sendiri yang akan menghabisi mereka semuanya!" tambah Felix sambil memakai pakaian santai dari dalam lemari, bukan piyama tidur. 

"Baik." Hvitserk menjawab cepat seperti keinginan Felix, lalu bertanya sebelum ia memutuskan sambungan telpon, "Apa kau ingin cari udara segar keluar sejenak?"

Tentu saja pertanyaan Hvitserk bukanlah benar-benar bermakna bertanya pada Felix yang ingin mencari udara segar, melainkan bertanya apakah sahabat sekaligus bosnya itu akan turut serta pergi menyelamatkan Veronica. 

"Uhm! Perintahkan orang untuk menyiapkan mobilku!" jawab Felix tegas yang tangannya baru saja meraih pistol untuk dia selipkan ke balik pinggang serta tali panjang berujung jarum halus di bagian ujungnya yang ia masukkan ke dalam tas kecil, kini tergantung pada sisi pinggangnya. 

Tidak lama kemudian, raungan suara mobil sport milik Felix sudah bergabung di jalanan. Hvitserk duduk pada kursi penumpang sambil terus memberikan perintah koordinasi dengan para anak buahnya yang sedang mengikuti Veronica. 

Veronica di bawa ke sebuah rumah kosong yang diyakini jika wilayah tersebut milik Mussolini, wakil dari pejabat pemerintah yang memimpin Amalfi. 

*****

"Uhmmm ..." Veronica menggeliat malas ketika merasakan tamparan pelan di wajahnya. 

Veronica bukanlah wanita yang bisa dengan mudah terpengaruh oleh obat bius. Ia juga kebal terhadap berbagai macam jenis obat perangsang. Tetapi sepertinya tubuh dan pikirannya sedang lelah, sehingga tanpa sadar kini ia tertidur akibat dari semburan aroma parfum mengandung obat bius sewaktu memasuki taksi. 

"Selena, aku masih mengantuk. Hari ini aku datang agak siang aja ya ke restoran." Veronica kembali berucap manja memalingkan wajahnya ke samping, namun ...

Kedua kelopak mata Veronica langsung terbuka lebar, menyadari dirinya ternyata diikat pada salah satu kursi kayu menggunakan tali berserat baja. 

"Hallo ...Veronica!" Arkada menyeringaikan senyuman seraya menaikkan kedua alisnya ke atas seolah sangat menikmati keterkejutan Veronica. 

Veronica memindai ruangan tempat ia berada. Di setiap sudut dan langit-langit ruangan terdapat lampu bercahaya benderang juga ada kamera mahal yang biasa digunakan untuk merekam adegan dengan sebuah titik berwarna merah terlihat menyala. 

"Bagaimana? Masih ingat denganku?" Arkada bertanya setelah tatapan Veronica beralih memandangnya sinis. "Urusan kita belum selesai, hem?" 

"Pengecut!" dengkus Veronica tidak gentar sedikitpun menatap tajam pada Arkada yang semakin menggetarkan tawa meledak. 

Sekali lagi, Veronica bukanlah gadis penakut dan ia tidak dibesarkan untuk menjadi wanita yang penakut ataupun menghindari masalah. Meskipun kini tangannya di ikat ke belakang punggung dan kedua kakinya juga diikat dengan tali berserat baja, sulit untuk dilepaskan. 

Veronica adalah tipikal wanita yang akan menantang apapun itu masalahnya hingga ia mengetahui jika tak perlu menghabiskan waktu untuk memikirkannya lagi di masa depan. 

Arkada memberikan kode dengan siulan pada anak buahnya agar membawa masuk satu pitcher minuman untuk Veronica. 

"Kau haus?"

Arkada mengambil gelas berisi air minuman yang telah dituangkan anak buahnya, kemudian mencengkeram dagu Veronica untuk meminumkan paksa air yang secara khusus telah anak buahnya campur dengan obat perangsang dosis tinggi. 

Pria tampan berambut gondrong itu berniat akan melecehkan Veronica dan merekam kegiatan mereka untuk dia jadikan alat memeras wanita itu yang sudah membuatnya merasa tersentil ego kelelakiannya. 

Veronica menyentakkan wajahnya ke samping, sehingga air dalam gelas di tangan Arkada tumpah ke pakaiannya. 

"Menarik!" Arkada berujar sambil membelai leher dan bagian depan dada Veronica yang basah oleh air minuman.

Senyuman mesum semakin tercetak lebar pada wajah Arkada. 

"Kau?!"

Veronica menggeram emosi dan tepat ketika kedua tangan Arkada menyentak kemeja yang Veronica pakai terbuka lebar, wanita muda itu juga menyemburkan air ludah dari mulutnya ke wajah Arkada. 

"Oh, kau suka bermain kotor, hem?"

Arkata mengelap wajahnya dengan kasar, lalu dengan sebelah tangan, pria itu menyentak rambut panjang Veronica ke belakang, kemudian mendaratkan bibirnya membungkam mulut Veronica. 

"Uhmmmm ...!"

Veronica menggeram marah, namun justru Arkada ingin melepaskan tautan bibirnya. Veronica benar-benar menggigit bibir Arkada hingga merasakan darah asin mengalir masuk ke dalam mulutnya. 

Plakk!!

Telapak tangan Arkada melayang tinggi ke wajah Veronica yang langsung terpaling ke samping dan akhirnya gigitan wanita itu pun terlepas dari bibirnya yang sudah berdarah-darah dibuatnya. 

Anak buah Arkada yang tetap berdiri tidak jauh di belakang pria itu, bergegas keluar ruangan untuk mengambil kotak obat. 

"Ternyata kau suka bermain kasar!" 

Arkada mendengkus, kembali mendaratkan tamparan keras ke pipi Veronica yang lain. Selama ini tidak ada wanita yang berani menolak keinginan Arkada, bahkan ketika dia meminta bercinta dengan gaya paling ekstrem sekalipun. 

Baru Veronica yang berani menggigit bibirnya sampai berdarah dan kini terkulai dengan sangat tidak seksi pada wajah tampannya. 

Arkada meremas kasar buah dada Veronica yang telah terpampang jelas karena pakaiannya sudah tersentak koyak olehnya sebelumnya. 

"Kau pasti menyukai permainanku dan aku tidak keberatan mengikuti cara kasarmu!" 

Veronica berusaha melepaskan ikatan tali pada pergelangan tangannya di balik punggung. Menyadari hal itu, Arkada semakin tertawa menyeringai kejam, merundukkan wajah untuk menggigit buah dada ranum Veronica. 

Veronica menggigit bibirnya menahan perih pada kulitnya yang di balas digigit berdarah oleh Arkada, Kedua kelopak matanya terpejam rapat, memikirkan berbagai macam kemungkinan untuk melepaskan diri dari pria laknat yang sedang mengambil keuntungan dari dirinya saat ini. 

"Bawakan tali ke sini!" Arkada memberikan perintah tanpa menoleh ke arah pintu ruangan yang terdengar terbuka di belakangnya. 

Seseorang yang dikira Arkada adalah anak buahnya masuk ke dalam ruangan, berjalan sambil menyeret tubuh pria yang ia pegangi, lengannya dipelintir ke belakang punggung. 

"Saya tidak menemukan talinya, Tuan Muda Mussolini." ucap sang pria seraya mendorong tubuh pria yang ia pegangi hingga terjatuh ke atas lantai di depan Arkada. 

"Siapa kau?"

Arkada mengangkat wajah, menghentikan penyiksaannya pada dada Veronica, memandang pria yang baru saja mendorong anak buahnya terjatuh ke lantai. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Datang juga pertolongan.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   7. Diselamatkan

    John Dantes, anak buah Hvitserk asal Rusia memandang Arkada dengan seringai kejam, meraih pistol pada balik pinggangnya yang langsung ia arahkan ke kaki serta paha anak buah Arkada di lantai. Dor ...dor ...dorrr!! "Aow!!" Anak buah Arkada terkejut langsung menjerit mengaduh pilu. "Lepaskan wanita itu, dia milik kami!" tegas John memberikan perintah seraya menggerakkan dagunya pada Arkada yang melotot murka. Melihat Arkada bergeming menurutinya, John kembali mengangkat lengan untuk membidik pria itu dengan moncong pistolnya. "Kami tidak suka bernegosiasi dengan bocah labil Mussolini! Kau lepaskan wanita itu sekarang atau bapak tercintamu akan menemukan mayatmu di depan pintu rumahnya esok pagi!" "Dia milikku!" tegas Arkada sambil menarik pistol yang juga tersampir di sisi pinggangnya, memberikan tembakan yang berhasil dielakkan oleh John. Veronica berusaha menggoyangkan bangku ia duduki untuk menghindari dua orang pria yang kini saling balas menembak dalam ruangan, seakan tidak

    Last Updated : 2024-07-24
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   8. Sama-sama Terluka

    Sekejam dan semanipulatif apapun Felix di luar rumah, ia akan selalu lembut juga terlihat sangat patuh jika berhadapan dengan Susie. "Ambu belum tidur?" Felix berbalik menghampiri Susie yang menatap lurus ke luka pada perutnya. "Lukamu berdarah lagi. Atau apakah adakah luka baru?" Susie menarik pelan pundak Felix untuk ia bawa duduk pada salah satu kursi. "Bisnis apa yang sebenarnya kau lakukan di sini, sampai kau tidak mempedulikan cidera tubuhmu sendiri?" Susie bertanya sambil mengambil kotak obat dari dalam ruangan kamar tidur Felix. "Apa kau ingin aku memanggil Zetha kemari untuk menasehatimu?" tanya Susie sambil menatap lekat ke dalam netra Felix yang membalasnya dengan senyuman lembut. "Aku tidak apa-apa, Ambu. Hanya luka kecil, tidak membahayakan nyawa ..." "Ku dengar dari Hvitserk, kau mengincar bisnis restoran di sini. Restoran apa?" Susie memotong perkataan Felix untuk bertanya to the point ke putranya itu yang pastinya tidak ingin memberitahunya. Felix menarik napas

    Last Updated : 2024-07-26
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   9. Rencana Felix

    Felix kembali sibuk dengan pekerjaannya, duduk di balkon hotel tempat ia dan Susie menginap. Hvitserk sudah berhasil berbicara langsung dengan pimilik rumah mewah pada tepi pantai Amalfi dan tentu saja tidak ada orang yang berani menolak uang besar dari keluarga Salvatore. Sebagai Ibu, dimana Susie akan selalu memilih perabotan, gorden serta seprai juga tetek bengek lainnya, sudah sangat antusias akan pergi bersama John beserta anak buah Hvitserk untuk berbelanja keperluan rumah baru yang telah menjadi milik Felix tersebut. Felix pun terlihat tersenyum cerah melihat antusias Susie yang sudah heboh bersiap-siap inigin pergi berbelanja sejak pagi.Sebenarnya mudah bagi Felix untuk meminta orang mendatangkan perabotan serta hal lainnya ke rumah baru mereka. Tapi ia tak akan melihat wajah antusias Susie yang bisa membuatnya geleng-geleng kepala tersenyum. "Ingat, jangan keluyuran kemana-mana! Perutmu bisa benar-benar infeksi jika kau banyak bergerak ..." Susie menyeduh sendiri kopi hita

    Last Updated : 2024-07-28
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   10. Tawaran Kerjasama

    Felix menyadari jika 'cakar' Mussolini cukup tajam mencengkeram di Amalfi. Keluarga Mussolini bahkan lebih dihormati dari pemimpin Amalfi yang sebenarnya, dimana Mussolini hanyalah seorang wakil pemimpin. Keluarga Mussolini sudah dianggap kaya raya sejak turun temurun, memiliki bisnis infotainment dan surat kabar terbesar yang bisa mengendalikan pemberitaan di Amalfi juga daerah sekitarnya. Tidak ada yang menduga jika Mussolini melakukan cara licik untuk memeras perusahaan-perusahaan kecil yang memiliki progres bagus agar ia dan keluarganya tetap menjadi manusia terkaya di Amalfi Coast. Karena itu pula, nama Mussolini hanya ada sebagai penanggung jawab di belakang layar untuk berbagai jenis serta sektor perusahaan-perusahaan yang tentu saja ia meraup keuntungan besar dari tindakannya tersebut. "Bagaimana dengan restoran The Grill?" Felix mendapatkan laporan dari anak buahnya jika restoran milik Veronica sedang kewalahan mencocokkan harga jual untuk semua menu karena bahan baku ma

    Last Updated : 2024-07-29
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   11. Pria Berkuasa

    Alfred Mussolini menatap penuh harap pada Felix yang menyunggingkan senyuman tipis di wajah tampannya, tetapi tatapan mata pria Salvatore itu terlihat sangat dingin. "Bagaimana, Mister Salvatore?" tanya Alfred cukup berani dengan tawaran kerjasama bagi hasil 50:50 dengan Felix. Bisa bekerjasama dengan keluarga Salvatore adalah impian Alfred juga banyak pengusaha di dunia. Karena memang tidak sembarang orang bisa berhubungan langsung apalagi bekerjasama dalam bisnis dengan keluarga mafia Salvatore yang selain terkenal kaya raya juga bisnis mereka sangat solid berkembang terus. Felix menaikkan satu tungkai menumpuk pahanya yang lain, menyandarkan punggung santai ke sandaran sofa, seolah ruangan kerja tersebut adalah miliknya pribadi. "Tujuan saya datang kemari bukan berniat ingin melakukan kerjasama." Felix menjawab datar pertanyaan Alfred, sembari memandang lurus ke netra pria tua di depannya itu. "Saya sudah menyelidiki jika ada nama Alfred Mussolini di belakang semua bisnis-bisni

    Last Updated : 2024-07-30
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   12. Pria Misterius

    "Dasar Jalang! Kenapa kau begitu lemah, huh?!" Arkada memaki wanita yang baru saja ia masuki, tetapi sudah berdenyut mencapai pelepasannya. "M-maafkan saya, Tuan Muda. Milik Anda terlalu besar dan nikmat ...saya, tidak kuat ...ahh!" sang wanita memberikan alasan dengan wajah bersemu merah, namun sedetik kemudian tubuhnya disentak kasar oleh Arkada. "Hoh, baiklah kalau begitu! Aku akan menyiksamu dan jangan coba-coba menyerah sebelum aku puas!" Arkada menghentak mengeluar-masukkan batang jantannya dengan sangat kasar ke tubuh wanita yang menjerit pilu antara perih dan nikmat di bawah tubuhnya. "Ah ...ah ...ah ...Tuan Muda!" sang wanita kembali hendak mencapai pelepasan. Arkada buru-buru mencabut organ jantannya, berpindah ke mulut atas sang wanita yang dia sodok geram tanpa peduli jika sang wanita sangat kewalahan karena tersedak. Tok ...tok ...tok!!Terdengar suara ketukan pada pintu hotel tempat Arkada sedang memuaskan hasrat primitifnya. Berkali-kali suara ketukan pada daun pi

    Last Updated : 2024-07-31
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   13. Berkerjasama

    Veronica dan Selena turun tergesa dari lantai dua restoran, tempat ruangan kerja Veronica berada. "Halo, Nyonya Veronica ..." Hvitserk langsung berdiri, memindai dua orang wanita yang berdiri di hadapannya dengan senyuman tipis. "Saya Veronica." Veronica mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan Hvitserk, diikuti Selena setelahnya yang memasang senyuman misterius melirik suaminya, Keanu. "Boleh saya meminta waktu Nyonya Veronica beberapa menit? Saya ingin ..." Hvitserk berkata dan bertanya hati-hati dimana matanya tidak lepas dari memperhatikan perubahan raut wajah Veronica yang sebelumnya terlihat terkejut melihatnya. "Oh, tentu. Mari, silakan duduk."Veronica membawa Hvitserk untuk duduk pada salah satu kursi yang terdapat di bagian pojok restoran dan ia mengambil posisi di depan pria itu. "Perkenalkan saya Hvitserk. Kedatangan saya kemari, ingin menawarkan kerjasama berkelanjutan dengan Nyonya ..." "Panggil saya Veronica aja." potong Veronica cepat. "Kerjasama dibidang apa

    Last Updated : 2024-08-01
  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   14. Tawaran Pernikahan

    "Selena, sepertinya malam ini kita perlu menyetok susu domba segar lebih banyak ..." "Uhm, nanti pulang biar aku dan Keanu yang pergi membelinya." Selena menyahut spontan perkataan Veronica, tapi sedetik kemudian, gadis muda itu menatap saudarinya dengan tatapan tajam. "Apa kakak ikut saja pergi bersama kami? Ada security yang akan menjaga motor kakak." Veronica tersenyum menggelengkan kepalanya, "Ada yang perlu kakak beli di supermarket nanti. Jangan kuatir." sahut Veronica sambil bangkit berdiri dari duduknya untuk pergi memeriksa keadaan dapur restoran bersama Selena. "Tidak, biar Keanu saja yang pergi membeli susu domba segar. Aku akan pulang bersama kakak!" Veronica mencubit gemas pipi Selena yang langsung mengaduh manja. "Tidak perlu takut ataupun kuatir akan apapun. Karena ketakutan serta kekuatiran dalam pikiran bisa menjadi kenyataan di kehidupan." bisik Veronica lembut seraya membelai pipi Selena yang sebelumnya ia cubit. "Pergilah temani suamimu membeli susu domba, kal

    Last Updated : 2024-08-02

Latest chapter

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   144. Demi Zeze, Aku Rela Mati

    Halaman kediaman Alfred Mussolini dipadati oleh wartawan media cetak dan media online yang terkejut serta penasaran akan info yang mereka dapatkan. Alfred Mussolini tewas dalam ledakan bom pada salah satu restoran di Maiori. Diduga ledakan bom tersebut dilakukan oleh kelompok teroris karena ada banyak bukti yang menunjukkan keterkaitan ledakan bom di Maiori dengan yang pernah terjadi di Amerika, juga disinyalir dilakukan oleh teroris dan kelompok tersebut memberikan pengakuan. Selaku walikota Amalfi Coast, Armando Moreles didampingi Bianca-istrinya Alfred Mussolini yang tidak berhenti terisak, mengusap cairan hidung, mengumumkan kematian Alfred yang sangat mengenaskan, hangus terbakar kecuali cincin nikah yang masih bisa dikenali pada jemarinya, serta secarik pakaian dalam tidak terbakar diidentifikasi oleh Bianca sebagai pakaian dalam limited edition milik Alfred. "Kami akan mengusut tuntas masalah teroris ini yang sudah berani berkeliaran di wilayah kita, negara kita." Arman memb

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   143. Sahabat Lama

    Hansel, Quince serta sebagian pasukan Felix yang berada di daratan, melemparkan tali berujung jangkar untuk membantu Knox, Jose serta rekan-rekan mereka. Sebagian lainnya bekerjasama menyisiri lokasi memeriksa tubuh-tubuh anak buah Alfred serta pasukan semut hitam untuk mencari informasi apapun. Kemudian semua tubuh yang telah tak bernyawa tersebut dikumpulkan pada satu tempat. Quince memberikan jubah hangatnya ke tangan Knox, "Terima kasih sudah memperingatkanku." "Dimana Mister Felix dan Mister Effren?" Knox teringat dirinya harus menyampaikan hal penting untuk Felix. "Baru saja pulang. Kau pergilah kembali lebih dulu, hangatkan tubuh kalian." sahut Quince sekaligus memandang ke arah Jose serta pasukan yang dari laut, terlihat menggigil kedinginan. Meskipun tidak turun salju, ini adalah musim dingin. Air laut jauh lebih dingin di saat malam hari, apalagi angin bertiup lumayan kencang. Jika sebelumnya mereka tak merasa kedinginan, karena ada semangat membara untuk bertempur habis-

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   142. Jangan Bunuh Dia!

    Felix dan Effren saling berkata dalam tatapan, lalu mereka serempak menoleh ke arah Owen yang juga telah bersiaga dengan senapan siap tembak, pun semua anak buahnya. Owen seakan lupa jika lengannya cidera terserempet peluru Effren sebelumnya. Tekad dan loyalitas lebih kuat dari rasa sakit."Dalam hitungan ke tiga, segera pergi keluar! Ingat, jangan bunuh bapak tua itu!" Felix berkata seraya menatap tegas ke netra Owen yang ingin menolak karena tugasnya bersama kelompoknya adalah melindungi Felix dan Effren. "Patuhlah!" Effren meraih senapan di atas lantai, berdiri tegak bersebelahan dengan Felix yang juga telah bersiap dengan senapan depan perut, moncongnya mengarah ke jendela. Owen akhirnya memberikan anggukan pada sembilan anak buahnya yang tersisa masih hidup selain dirinya dan Russo, bergerak siaga pada masing-masing sisi pintu keluar, tetap akan memberikan pengawalan pada Felix dan Effren."Satu ..." Effren mulai berhitung. "Dua ..." Felix melanjutkan dan netra dua pria bersau

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   141. Dalam Bahaya!

    Sebagai orang yang memiliki latar belakang anggota pasukan dinas rahasia operasi tempur serta keadaan darurat di laut, Knox menggigit bibir bawahnya dengan tangan terkepal ketika memperhatikan sekeliling lokasi restoran tempat Felix dan Effren pergi bertemu Alfred Mussolini. "Ada apa?" Jose datang menghampiri, sudah lengkap dengan pakaian siaga jika sewaktu-waktu diperlukan terjun ke dalam laut. "Apapun yang terjadi, jangan mati sebelum kau memastikan Mister Felix dan Mister Effren selamat!" Jose menatap bingung ke arah Knox yang pandangannya hampir tidak berkedip memperhatikan laut di depan mereka, tetapi pria itu menjawab, "Tentu. Hidupku untuk Mister Felix." Knox menoleh, tersenyum tipis memandang Jose, "Dia pemimpin yang baik." cetusnya ditanggapi anggukan setuju oleh Jose. Yacht tempat Knox dan Jose juga pasukan Felix yang lainnya masih terparkir di pantai, tidak jauh dari lokasi restoran. Begitu lampu penerangan pada restoran mati, Knox berteriak melalui alat komunikasinya,

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   140. Satu pertiga ...Boom!

    Diantara semua anak keturunan Salvatore, Effren adalah yang paling lemah dalam ilmu beladiri. Meskipun begitu, Effren sangat mahir menembak tepat sasaran, bahkan sambil menutup mata. Satu-satunya keahlian Marcella yang berhasil Effren menyamai.Felix masih meneliti penampilan pemimpin kelompok preman yang mengaku tunduk pada Zeze, keponakannya, hal itu mengingatkan Felix pada beberapa penculikan Veronica. Tetapi belum sempat Felix bertanya, telinganya mendengar detak-detak suara bom. "Hei ...!" Felix belum tahu nama Owen, ia berteriak sebelum melompat melewati meja persegi panjang di depannya menuju ke arah Effren, "Ada Bom! Cepat bawa anak buahmu menjauh, pria tua itu milik kami!" Sudut bibir Alfred yang kesulitan menarik pergelangan tangannya dari bawah telapak sepatu Owen, menyeringaikan senyuman tipis mendengarkan perkataan Felix.Alfred memang memerintahkan anak buahnya memasang bom dalam restoran, namun hanya ada bom asap untuk dalam ruangan private tempat pertemuannya dengan F

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   139. Satu perdua ...Yuhuuuu!

    Felix dan Effren memindai sekeliling dalam ruangan restoran sedang ramai pengunjung, namun rata-rata mereka adalah pria yang terlihat seperti terlibat obrolan serius, sesekali terdengar tawa terbahak dari arah meja lain. "Sepertinya akan semakin seru, hem?" bisik Effren dekat telinga Felix sambil mereka berjalan mengikuti pelayan yang mengantarkan sampai ke depan ruangan pribadi tempat Alfred Mussolini menunggu. "Jangan terlalu bersemangat, nanti kau encok! Ingat umurmu sudah tidak muda, meskipun kau masih terlihat hot ...menurutmu!" akhirnya Felix mendapatkan kesempatan untuk balas menggoda Effren yang menoleh dengan kelopak mata menyipit. "Terima kasih sudah datang, Mister Salvatore." Alfred langsung berdiri menyambut kedatangan Felix dan Effren. "Effren Salvatore dan saya anak tertua di keluarga Salvatore." Effren kembali memperkenalkan dirinya pada Alfred sambil tersenyum tipis dipaksakan. Sungguh, Effren sudah sangat tidak sabar ingin menelanjangi Alfred yang tubuhnya banyak

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   138. Satu persatu ...

    Menjelang sore di Amalfi, matahari bersinar lebih cerah dan salju berhenti turun. Effren berlari marathon bolak-balik di pantai pribadi kediaman Felix setelah pria itu berkata harus bersiap pada Felix atas undangan 'makan malam' Alfred, satu jam lalu. Felix sudah mwnyampaikan perintah pada anak buahnya yang disambut semangat antusias mereka semua. Kini pria matang bertubuh atletis sangat maskulin tersebut sedang asyik main seluncuran dari kolam renangnya ke pantai yang entah sudah berapa kali ia lakukan sebelum digoda oleh Effren. "Apakah Veronica senang berseluncur?" Felix yang baru menjejakkan kakinya di pasir, masih duduk pada atas seluncuran, menoleh pada Effren yang tubuh bagian atasnya tidak mengenakan baju telah bermandikan keringat. "Tua bangka pamer!" Effren terkekeh rendah, "Akui saja jika aku lebih tampan darimu!" sahutnya berjalan mendekat ke depan Felix yang masih duduk di atas seluncuran, mendengkuskan napas menanggapi. "Biarpun aku sudah tua, aku masih hot! Tidak

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   137. Menyewa Pembunuh Bayaran

    "Jangan coba-coba berkhianat lagi! Kali ini bos tidak akan memberikan ampun jika kalian tak patuh pada perintah!" Ivar berkata tegas dengan sorot mata mengancam pada Owen yang ia datangi ke markas kelompok preman itu. Owen menggedikkan sebelah bahunya, memandang ke arah rekan-rekannya yang berdiri tidak jauh darinya, "Kalian mau olahraga malam ini?" Salah satu anak buah Owen menggoyangkan dagu maju mundur, "Tergantung bayarannya, Bos!" "Bayaran beserta bonus akan diberikan setelah kalian menghabisi target!" Ivar menjawab dingin perkataan anak buah Owen. "Kami hanya menghabisi target dan tidak perlu memberikan perlindungan pada kalian?" Owen memastikan tugasnya mengunci tatapan dengan Ivar. "Jangan pandang remeh target kali ini. Kalian tidak bisa bermain-main, lakukan cepat begitu mendengar suara lonceng di menara!" Owen tertawa terbahak hingga tubuh besarnya berguncang, lalu mengusap mulutnya dengan sebelah tangan, memandang lekat ke netra Ivar yang tetap dingin. "Anda tidak me

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   136. Tawaran Kerjasama Dari Alfred

    Luca dan Luciano berdiri tegak depan jendela lantai dua kediaman, memperhatikan Zeze memberikan pelajaran pada Arkada. Kedua mata pria itu berkilat takjub melihat perkembangan beladiri dan seni pedang Zeze yang tak melukai Arkada seinchi pun. "Dia berkembang sangat pesat." ucap Luca yang matanya tidak berkedip melihat gerakan Zeze sangat gesit. Luciano mengangguk, "Ya, kemampuannya berkembang sangat cepat. Tapi itu juga membuat peluang bagi racun dalam tubuhnya semakin kuat untuk mengambil alih merusak organ-organ tubuhnya." sahut Luciano lirih. "Michele, Veronica dan Bonnie pasti bisa menemukan penawarnya." Luca menoleh memandang Luciano yang juga menatapnya, "Usai musim dingin ini, aku akan pergi sendiri mencari obat penawarnya di seluruh dunia, di manapun." tekad Luca demi cintanya pada Zeze. "Jangan paksa istrimu bekerja keras. Ingat, Michele dan Veronica sedang hamil dan juga Bonnie masih sering kau suruh Zeze menghisap darahnya." "Ku harap dia kuat bertahan melewati musim di

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status