JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN

JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-29
Oleh:  Poepoe  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
127Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kedatangan Andreas, seniman muda yang mempesona, sebagai tetangganya mengubah kehidupan Andini yang semu. Keduanya pun mulai terperangkap ke dalam hubungan terlarang. Rasa bersalah memenuhi diri ibu dua anak itu. Akan tetapi, sentuhan Andreas membuat Andini tidak bisa lepas begitu saja. Lantas, apa yang harus Andini lakukan? Ikuti kisahnya di JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Pernikahan Sempurna

"Kamu enak ya, Din! Suamimu hebat, anakmu pintar lagi.""Iya. Kayanya, suamimu gak pernah ngecewain kamu, ya."Aku hanya tersenyum mendengar ucapan mereka.Ya, semua orang mengira kalau aku menjalani hidup yang sempurna.Menikah dengan pria mapan yang baik hati dan bertanggung jawab; memiliki dua anak yang tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria; dan nampak seperti gadis dengan tubuh molek yang mempesona meski berusia 35 tahun.Hanya saja, ada satu hal yang mereka tak tahu.Aku selalu berpura-pura menikmati semua sesi bercinta dengan Prasetyo–suamiku. Tidak sekali pun dalam sepuluh tahun pernikahan kami.Bahkan, seksolog pun tidak membantu. Tok, tok, tok!“Sayang, udahan belum? Kok lama banget? Aku boleh masuk ya?” Suara Pras terdengar dari luar sana membuatku tersadar dari lamunan.Cepat-cepat aku membasuh seluruh tubuhku hingga bersih.“Sebentar, Mas!” balasku kemudian.Setelahnya, kami menjalani rutinitas biasa.Mas Pras bekerja dan anakku sekolah.Selama "waktu tenang" itu, ak

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
127 Bab

Pernikahan Sempurna

"Kamu enak ya, Din! Suamimu hebat, anakmu pintar lagi.""Iya. Kayanya, suamimu gak pernah ngecewain kamu, ya."Aku hanya tersenyum mendengar ucapan mereka.Ya, semua orang mengira kalau aku menjalani hidup yang sempurna.Menikah dengan pria mapan yang baik hati dan bertanggung jawab; memiliki dua anak yang tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria; dan nampak seperti gadis dengan tubuh molek yang mempesona meski berusia 35 tahun.Hanya saja, ada satu hal yang mereka tak tahu.Aku selalu berpura-pura menikmati semua sesi bercinta dengan Prasetyo–suamiku. Tidak sekali pun dalam sepuluh tahun pernikahan kami.Bahkan, seksolog pun tidak membantu. Tok, tok, tok!“Sayang, udahan belum? Kok lama banget? Aku boleh masuk ya?” Suara Pras terdengar dari luar sana membuatku tersadar dari lamunan.Cepat-cepat aku membasuh seluruh tubuhku hingga bersih.“Sebentar, Mas!” balasku kemudian.Setelahnya, kami menjalani rutinitas biasa.Mas Pras bekerja dan anakku sekolah.Selama "waktu tenang" itu, ak
Baca selengkapnya

Curiga

“Siapa wanita itu, Mas?” desakku lagi. Mataku menyorot tajam ke arah Pras yang berusaha untuk tersenyum, walau aku tahu senyumannya begitu kaku.“Perkenalkan, saya Ratih,” sergah wanita itu, berjalan dengan anggun ke arahku. Kini kami saling berhadapan. Rambutnya panjang seperti rambutku, tinggi kami juga sama. Hanya saja wanita yang bernama Ratih ini jauh lebih muda dariku.Mataku menyipit, memperhatikan penampilan Ratih yang formal.“Iya, dia Ratih,” ucap Pras dari balik punggungku. “Dia–”“Saya salah satu klien di perusahaan ini. Kebetulan saya bekerja sebagai AE dari salah satu PH yang akan bekerja sama dengan jaringan TV langganan ini,” Ratih menjulurkan tangannya.Terpaksa aku menyambut uluran tangannya meski instingku mengatakan sesuatu yang aneh telah terjadi.“Benar, Ndin. Dia salah satu calon klien penting perusahaan,” ucap Pras lagi, melempar senyum ke arah Ratih.Aku manggut-manggut. “Saking pentingnya, sampai mengunci pintu ruangan segala?”“Yah, begitulah. Kami harus mem
Baca selengkapnya

Masalah Perselingkuhan

Entahlah, pertemuan dengan Ratih membuatku tak nyaman.Dan itu bertambah saat aku mendapati dapur yang masih berantakan begitu tiba di rumah. Aku berdecak kesal karena biasanya Miyem selalu membereskan dapur setelah memasak.“Miyem!” panggilku sambil mengarah ke balik pintu yang menghubungkan dapur bersih dengan dapur kotor. Namun, ART-ku itu tidak kunjung menyahut.“Miyem?!” panggilku lagi. Kali ini dengan nada yang sedikit jengkel. Aku berdecak heran. Kuputuskan untuk mengecek keberadaannya. Ternyata dia tidak ada di dapur kotor.Aku lalu mendapati kantung belanjaannya dari pasar yang masih tergeletak di lantai.“Astaga…” desisku sambil geleng-geleng kepala. Sayuran-sayuran ini kalau tidak langsung dicuci dan dimasukkan ke kulkas pasti akan layu. Heran, tidak biasanya Miyem lalai seperti ini.Aku berkacak pinggang dan memperhatikan keadaan sekitar.Lalu, mataku tertuju ke arah kamar Miyem. Jangan-jangan dia sakit? Aku pun jadi cemas.Namun saat aku hendak melangkah ke kamar Miyem,
Baca selengkapnya

Tetangga Baru

Dentuman di dadaku semakin menjadi saat pria tampan itu melempar senyumnya padaku. Perutku jadi bergejolak! Astaga, sudah lama aku tidak merasakan perasaan seperti ini.Kedua ujung bibirku gemetar saat membalas senyum pria itu. Lalu, aku menarik napas pelan, berusaha bersikap sewajar mungkin.Pria itu mendahului orang di depannya dan menghampiriku. Oke, Andini. Tenang. Ini bukan kali pertama aku menghadapi pria tampan seperti ini.Kini pria itu berdiri di depanku. Angin yang berembus menggerakkan rambut ikalnya yang memang berantakan. Sorot matanya langsung tertuju pada belahan kaosku yang rendah.Ha, dasar lelaki. Mereka seperti tidak bisa melewatkan hal seperti ini. Namun dengan cepat dia mengalihkan matanya, menatapku.Astaga, sorot mata abunya yang gelap itu terlihat tajam dan seksi. Tapi kalau dipikir-pikir, usianya pasti jauh lebih muda dariku. Kurasa dia masih berumur dua puluh tahunan awal.Lalu, dalam hati aku berdecak heran. Bisa-bisanya diriku terjebak pesona anak kemarin s
Baca selengkapnya

Pesona Sang Brondong

Malamnya, aku mengenakan gaun tidur satin yang menerawang. Bukannya aku mau menggoda suamiku, tapi karena AC di kamar tidur kami sepertinya rusak–hanya mengeluarkan angin panas dan sedikit bersuara.Aku menepuk-nepukkan kedua telapak tangan di area wajah supaya serum dan pelembab yang kupakai menyerap dengan sempurna. Aku harus ekstra merawat wajah agar tidak cepat keriput. Setelah selesai dengan urusan skincare, aku beranjak dan menuju ke ranjang.Pras sepertinya masih berkutat di ruang kerjanya. Dia memang suka membawa pekerjaan ke rumah–sebagai Head of Department perusahaan penyedia layanan televisi berlangganan, pekerjaannya memang menyita waktu.Sementara itu, kedua anakku sudah tertidur di kamarnya masing-masing.Saat aku hendak menghempaskan tubuhku, tiba-tiba saja pandanganku tertuju ke rumah seberang, yang kini jadi milik Andreas. Mengingat kembali wajah brondong tampan itu, membuatku jadi senyum-senyum sendiri.Astaga, kenapa sih dengan diriku? Lantas, aku menyibakkan tirai
Baca selengkapnya

Hasrat Liar

Aku bagai tersihir pesonanya. Jantungku terus bertalu cepat sembari aku mengekor Andreas memasuki rumahnya yang lebih besar dari kediamanku.“Aaa!” Aku memekik pelan saat Andreas menarik tubuhku sehingga kepalaku bersandar di dadanya yang bidang.Tidak. Dadaku mulai berdebar lagi. Kalau begini terus, bisa-bisa aku kena serangan jantung mendadak.Di ruang tamu rumahnya yang temaram, Andreas meraih daguku hingga tatapan kami bersirobok dalam.Aku bisa melihat pancaran manik abu matanya yang bergairah, begitu juga aku. Percikan hasrat mengalir ke sekujur tubuhku saat kulit kami saling bersentuhan.Perlahan, ibu jari Andreas menyapu bibirku. Lalu dia menyeringai menggoda. Ciuman itu lantas terjadi begitu saja. Tubuhku tidak berdaya saat berada dalam dekapannya–dekapan hangat brondong tampan yang menggairahkan lebih tepatnya.Deru napasnya menerpa wajahku yang berkeringat, meningkatkan adrenalin dalam tubuhku. Jarang sekali aku merasakan hal seperti ini. Ternyata, rasanya begitu menyenangk
Baca selengkapnya

Khayalan Gila

Akhirnya, aku bisa duduk berdampingan dengan brondong tampan ini di teras belakang rumahku. Segelas kopi panas dan keik coklat–hasil dari kursus baking tempo lalu–kuhidangkan di meja yang menjadi jarak di antara kami.Aku memperhatikan wajah Andreas lekat-lekat. Kulit coklatnya nampak eksotis tertimpa sinar matahari dari luar. Lesung pipinya yang timbul tenggelam saat dia berbicara yang semakin menambah ketampanan wajahnya.Helaian-helaian rambut ikalnya terkadang jatuh berantakan yang membuat Andreas berkali-kali menyugar rambutnya. Gerakan tangan saat menyusuri rambut tebalnya itu malah membuatnya terlihat begitu cool di mataku.“Kurasa banyak perempuan yang tergila-gila padamu,” ucapku tiba-tiba.Tawa Andreas berderai mendengarnya. “Begitu ya?”“Aku bisa tebak,” mataku menyipit. “Kamu pasti playboy. Pacarmu ada dimana-mana.”“Aku enggak menyangka kamu ternyata judgemental juga, Andini,” balas Andreas lalu melahap sepotong keik. Aku hanya mengedikkan bahu. Mata abu Andreas yang seks
Baca selengkapnya

Hari yang Mendebarkan

Daguku menengadah ke atas, memperhatikan plang studio lukis milik Jonathan. Ruang Karya namanya.Dengan perasaan sedikit gugup, aku melangkah masuk. Lonceng bergemerincing pelan begitu aku mendorong pintunya. Tidak ada orang di sana. Hanya ada beberapa kursi kayu panjang dan lukisan-lukisan yang menggantung di dinding.Di sudut ruangan aku melihat meja antik yang di atasnya terdapat humidifier. Uapnya membumbung tinggi, mengeluarkan wangi yang menenangkan–semacam wangi sereh dicampur dengan lemon.Aku merasa seperti berada di sebuah galeri seni yang antik. Lalu aku bergegas naik ke lantai dua–Andreas bilang kelas melukisnya ada di lantai dua. Setelah mendapat izin dari Pras, tentu saja aku langsung menghubungi Andreas dan mendaftar kursusnya. Walau sebenarnya dia baru buka pendaftaran murid baru sebulan lagi, tapi khusus untukku, Andreas membiarkanku masuk ke kelas yang sedang berlangsung.Entah kenapa dadaku selalu berdebar kalau mau bertemu Andreas. Jadi, aku menghabiskan waktu cu
Baca selengkapnya

Hampir Saja

Andreas berdiri di tengah kelas tanpa sehelai benang yang menempel di tubuhnya.Hal ini sungguh membuatku syok!Aku menelan ludah dalam-dalam. Setengah mati, aku mencoba untuk bersikap biasa saja–seperti peserta lainnya. Tapi aku tidak bisa! Sebenarnya, aku selalu membayangkan sebesar apa milik Andreas, dan sekarang semuanya terjawab sudah.Yah…miliknya lebih besar dari pada punya suamiku sih. Astaga, Andini! Fokus!Lalu aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Semua orang terlihat sibuk di depan kanvas mereka. Oke, oke. Aku harus mengendalikan diriku.Aku memegang pensil erat-erat dan mulai menggambar. Namun semakin aku berusaha untuk berkonsentrasi, pikiranku malah semakin kacau.Bola mataku bolak-balik mengarah ke kanvas dan tubuh Andreas. Terkadang tanganku gemetar begitu menggambar bagian bawah tubuhnya.Fokus, Andini! Namun sialnya, aku mulai gelisah sambil merapatkan kedua kakiku.Kini ujung pensilku mulai mengarsir bagian pinggul Andreas. Hah, rasanya pasti menyenangkan kalau t
Baca selengkapnya

Pagi Bersama Andreas

Udara pagi yang segar menyapu dahiku yang berkeringat. Suasana komplek perumahan ini memang sepi kalau pagi-pagi begini. Lampu-lampu jalan bahkan masih menyala karena hari masih gelap.Suara cicitan burung mengiringi setiap langkahku yang stabil. Aku terus mengatur ritme napasku seraya mengayunkan kedua kaki. Sudah lima kilometer aku berlari dari target sepuluh kilometer yang kutentukan.Saat aku berbelok, tiba-tiba aku mendengar derap kaki dari belakang punggungku. Kupikir hanya orang asing yang lewat. Namun saat langkah kami sejajar, aku bisa mencium aroma yang familiar.“Pagi, Andini.”Sontak, aku terkesiap. Mendengar sapaan itu membuat hatiku membuncah riang.“Andreas?!”“Hai,” balasnya.Aku pun memperlambat langkahku. “Well, aku enggak tahu kalau kamu ternyata suka lari. Tahu begitu kita bisa janjian lari bareng.”“Kadang aku suka bangun kesiangan,” Andreas terkekeh pelan.Aku memperhatikan otot tangan Andreas yang nampak jelas karena dia hanya mengenakan kaos tanpa lengan.“Send
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status