"Kamu mau pergi main lagi, Mas? Kapan kamu cari kerjanya?" Pertemanan memang menjadi racun namun juga bisa menjadi obat penawar, pertemanan dapat terus terjalin dengan komunikasi dan pertemuan yang rutin. Tetapi kini, bagaimana bila pertemanan yang merusak karir dan pernikahan karena pertemuan yang benar-benar rutin? Menjalin komunikasi dan menjaga hubungan pertemanan bukanlah suatu kejahatan, tapi bagaimana jika niat baik itu dimanfaatkan oleh seseorang yang memiliki obsesi?
View MoreHanya ada satu dari seribu hal membingungkan di dunia yang bisa dijawab, sisanya hanya angan belaka yang dipaksa logika terbatas untuk dapat dijawab. Menyakitkan? Tentu saja. Tapi bukan manusia namanya, jika tidak memiliki cara untuk bertahan dari segala hal, termasuk melegakan dahaga keingintahuannya yang tak terbatas. Pertanyaan demi pertanyaan terjawab, pernyataan demi pernyataan diketahui, bukti demi bukti dikumpulkan, dan saksi demi saksi silih berganti dengan berbagai pengakuan yang bisa saja penuh kebohongan yang menguntungkan sebelah pihak. Hanya satu kepasrahan kini yang akan ditempuhnya dengan tekad, bukan dengan keyakinan dan kepercayaan, tapi hanya dengan tekad yang mungkin saja bisa dikatakan konyol. Berjalan lunglai wanita bersetelan semi formal, menutup pintu mobil yang terparkir depan salah satu rumah mewah di pemukiman elit. Satu dua napas ia hembuskan kasar sebelum menekan bel, sudah muak rasanya untuk berurusan dengan manusia yang bahkan jumlah
Terhela napas wanita muda itu menundukkan kepalanya, sedikit memiringkan badan dan meluruskan kedua tangan, membiarkan kepala bersandar penuh ke meja lalu memejamkan mata dengan pasrah. Ada rasa yang sangat besar dalam diri untuk memanfaatkan jabatan, tapi itu bukanlah tujuan sesungguhnya, dan itu juga bukanlah keinginan hatinya. "Ah!" serunya mengeluh singkat lalu kembali duduk tegak, mengangkat gagang telepon kantor dan menekan beberapa nomor yang menjadi kode untuk menghubungi divisi lain, "hubungkan saya langsung ke wakil kepala arsip." Wakil kepala arsip, pria muda yang ia tahu menjadi teman dekat suaminya saat masih bekerja, teman dekat yang ia tahu juga berulang kali meminta sang suami berhenti bermain gim di jam kerja, dan teman dekat juga yang beberapa kali mengerjakan pekerjaan suaminya demi menyembunyikan perilaku malas saat itu. Permintaan dihubungkan langsung, bukan berarti permintaan untuk berbicara melalui telepon, melainkan pengajuan permohonan ta
Membisu dalam kesendirian seorang wanita di ruang kerjanya, sepanjang malam dan pagi sudah dihabisinya waktu untuk sendiri. Satu rapat tim dan satu rapat hasil perilisan produk baru dilewatkannya dengan sengaja, tidak mengutus siapapun dari tim humas untuk rapat hasil, dan hanya mengandalkan notula yang akan didapat. Bisakah? Sebenarnya bisa saja, dan kerap kali dilakukan oleh berbagai orang dari berbagai jabatan dengan alasan beragam. Namun, ini adalah hal pertama yang seorang Kirana Zendaya lakukan, hal yang menjadi catatan merah pertama, dan hal yang cepat Rana sadari justru menjadi beban baru. "Ah ...," desahnya mengeluh seorang diri di ruang kerja yang temaram, ruangan yang sengaja ia tutup tirainya, dan meminta anggota humas untuk tidak menemuinya dengan alasan apapun. Berat? Sangat. Manusia normal dan manusia waras mana, yang baru dikhianati sahabat, dibohongi kakak, tahu bisnis keluarga terancam karena kebodohan cinta, tahu bahwa perni
"Aku memutuskan untuk berteman sama Fafa." Enam kata terucap dari balik bibir tipis merona si wanita cantik, suara lembut yang menyenangkan untuk selalu didengar. Enam kata terucap yang tentu langsung mengejutkan dan membuat napas seolah terhenti sesaat, "Fafa tahu?" Mengangguk Rana menjawabnya, anggukan kepala yang sangat tidak diharapkan dan sangat tidak ingin dilihat. Terhela napas Kalil dengan desahan pasrah yang keluar bebas dari mulutnya, "kamu tahu enggak sih Fafa itu cewek kayak gimana? Apa alasan kamu ajak dia berteman? Kapan kamu ajaknya? Kenapa enggak bilang atau tanya dulu ke aku?" Menyipit mata Rana mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Kalil, menatap tajam mata sang suami dengan ketegasan yang jelas terlihat dari raut wajah orientalnya, "kok atur aku? sejak kapan atur kehidupan jadi bagian hal yang diizinkan dari kesepakatan nikah kita? Memangnya pertemanan juga sampai ke tahap atur-atur gini?" cecar Rana mengembalikan pert
Terbuka lebar mata pria berusia 27 tahun itu, terkejut ia mendengar pernyataan wanita di hadapannya. Hadiah yang didapat dari menjalin pernikahan dengan puluhan kesepakatan resmi, ternyata bukanlah benar-benar hadiah. Kartu hitam tanpa batas penggunaan, kartu hitam yang dengan bangga diserahkan padanya sebagai hasil dari keberhasilan memenangkan taruhan, dan kartu hitam yang umumnya menjadi pernyataan tak bersuara akan derajat sosial, ternyata hanyalah kartu dari bisnis keluarga yang masih terikat laporan. Sekarang harus apa? Marah pada pemberi kartu? Tapi, apa gunanya marah? Apa marah dapat menyelesaikan masalah? Ataukah ini bukan masalah? "Sini," tukas wanita bernama Kirana Zendaya itu merebut sumpitnya dari tangan Kalil yang masih mematung, Rana tahu bahwa Kalil merasa dibohongi atau mungkin ditipu. Fakta dan kebenaran memang lebih sering menyakiti, kesakitan dan kekecewaan yang sebenarnya takkan pernah ada jika tidak diiringi harapan dan ekspektasi. Sayang seribu sayang, alih
Merengut dengan wajah memerah, mata yang sesekali melirik ke pria di hadapannya, saling berdiam diri sejak pelayan wanita pergi membawa menu tambahan yang dipesan. Mata yang teralih lagi dan lagi keluar ruangan, memandang air mancur dekat parkiran belakang restoran yang terlihat menarik dengan cahaya warna-warni. Ruang khusus dipesan dengan sengaja untuk mencairkan kecanggungan antar keduanya, justru kini membuat kecanggungan itu meningkat hanya karena ketidaksengajaan yang disadari. Memegang tangan suami depan umum, keinginan tetap bersama meski pandangan tidak lurus dan pikiran tidak fokus. Ketidaksengajaan yang menggelisahkan hati macam apa ini? Terhitung sejak menikah, enam bulan sudah menjalin hubungan dengan pria konyol di hadapannya, pria yang sedari tadi terus memandangnya tanpa alasan. Harus berkata apa? Harus bersikap bagaimana? Serba salah rasanya jika dilihat dan dipandangi begitu. Bukan risih, hanya bingung. Terhitung juga sejak pria menganggur, lima bulan sudah pria
Tangan terkepal bebas memukul kasur berulang kali, wajah tersembunyi di bantal, kaki pun mengayun dan mendarat tak terkendali di atas kasur. Jerit dan teriakan pun terdengar samar dari bantal putih bersih itu, perasaan kacau seolah sudah mendekam di benak dan pikiran.Teringin hati dan pikiran menangis, teringin diri ini kabur dan menghilang dari takdir, teringin pula semua terulang dan lebih memilih untuk menghadapi amarah orang tua dari pada menikah. Sejak menikah semua jadi kacau, semua menjadi penuh kesialan, dan jalan hidup yang memaksanya untuk pasrah."Rana ...," panggil seorang pria mengetuk pintu, membuat wanita yang telungkup itu sontak menghentikan gerakan tangan dan kakinya, sontak terdiam dan hanya melihat bantalnya, "Kirana Zendaya."Ada perasaan aneh yang menyenangkan di dalam benak dan pikirannya, ada keinginan besar untuk segera melihat pria yang memanggil, dan ada kegelisahan tak kalah besar juga ingin melawan semua yang dirasa. Perbedaan yang akhirnya
"Siap-siap, aku sudah pesan meja di restoran," ucap seorang pria berjalan menuju kamar sambil bermain ponsel, melewatinya tanpa sedikitpun netra itu melirik."Bentar!" sentak Rana memegang pintu kamar yang hendak ditutup, "kamu mau bayar pakai kartu hitam hasil taruhan atau suruh aku bayar?""Kartu hitam," jawab Kalil singkat, kali ini mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangan dari ponsel, dan membalas tatapan sang istri yang begitu tajam."Enggak bisa," tegas Rana memandang suaminya tanpa ekspresi apapun. Ia tahu bahwa sang suami tidak benar-benar tahu perihal sumber nominal kartu hitam, tapi apapun alasannya, Kalil harus tahu dan cepat mengembalikan kartu itu.Namun, kembali ke pertanyaan awal sejak satu persatu fakta terungkap, bisakah Kalil dipercaya?Pertanyaan tentang pengirim paket, sudah terjawab. Tentang alasan dikirimnya paket, sudah terjawab. Tentang alasan Kalil menikahinya, sudah terjawab. Dan secara tak disengaja, kini tentang bisnis keluarga yang
"Ya karena aku dan Kalil sudah sepakat buat fokus sama istri kami, otomatis pemasukan kamu bakal berkurang jauh. Apalagi aku dan Kalil masih menganggur, ditambah dalam upaya kami sekarang ada kemungkinan enggak bakal lagi kasih kamu nominal," tutur Tomi membuat Fafa merengut sedih, matanya mulai berkaca-kaca dan wajah itu mulai memerah, "karena aku tahu persis karakter Rana yang punya banyak rasa penasaran ke siapapun, dan aku tahu juga betapa payahnya kamu kalau akting. Langkah pertama, aku minta kamu ke kantornya Rana dan buat pengakuan, ketidaktahuan kamu itu bikin semuanya jadi asli, jadi murni dan enggak terdeteksi sama Rana."Mengernyit dahi Fafa melihat Tomi dengan bingung, "enggak paham?" kata pria berusia 29 tahun itu mendapat tanggapan berupa gelengan kepala.Terhela napasnya kala melihat Fafa menggeleng, walau sudah diduga tapi rasa lelah yang didapat tidak bisa dibohongi, "ah ... setelah aku tahu hasilnya yang tepat sasaran, kamu diajak berteman sama Rana, ya kam
Gedung besar dan tinggi di pusat kota terlihat begitu gagah dan berani, seolah saling beradu untuk segera mencakar langit dan menguasai permukaan. Banyaknya gedung hebat pasti tidak terlepas dari aktivitas manusia di dalamnya, begitu pula dengan kehidupan pusat kota yang tidak terlepas dari hiruk-pikuk para pekerja, yang berlomba untuk saling memenuhi kehidupan masing-masing. Ego, nafsu, amarah, keinginan, dan kebutuhan bersatu dalam tujuan hidup setiap insan di muka bumi. Sama halnya dengan dua insan muda yang kini saling bertukar tatap, ekspresi datar dan raut wajah serius cukup menggambarkan situasi di antara keduanya. "Jadi gimana?" tanya seorang wanita memainkan jemarinya di atas meja, sedikit menenangkan diri dengan segala perkiraan yang tidak menakjubkan baginya. Semakin membisu pria di hadapan wanita cantik berambut hitam lebat itu, terkejut dirinya, tidak menyangka dalam pikiran, dan tidak terduga dalam benak akan diajak menikah oleh seorang wanita, hanya karena dirinya cur...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments