Share

(4) "Dia mau apa?" [Revisi]

Penulis: SyasaRanni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 15:31:47

"Argh!" erang seorang wanita sambil memegang keningnya, sementara tangan lain memegang ponsel yang sedang menunggu sambungan telepon, "angkat dong, aku mau berangkat kerja," keluhnya seorang diri.

Waktu sudah menunjukkan angka 06.33, kegelisahan dan kepanikan benar-benar membuat kakinya tidak berhenti melangkah. Bolak-balik ke teras dan ruang utama rumah, berharap tipis pada seseorang yang ditunggunya untuk segera pulang.

Sampai sambungan telepon pun terjawab, "halo." Suara parau terdengar jelas di telinga wanita bersetelan formal, napas teratur dengan dengkuran tipis amat sangat mengganggu indra pendengarannya.

Tidak banyak kata lagi, wanita yang akrab disapa Rana itu mematikan sambungan telepon dan beralih ke kontak yang dapat ia hubungi. Jessica Danti, sang kakak yang tidak bekerja namun memiliki satu kendaraan yang jarang digunakan.

"Halo, Kak. Bisa jemput aku sekarang, enggak? Aku sudah terlambat banget, mobil dibawa Kal enggak tahu kemana," ujar Rana cepat tanpa menunggu jawaban dari kakaknya.

"Sekarang banget? Macet kalau dari rumahku ke rumahmu, kamu masuk jam berapa?" Terdengar suara wanita yang biasa disebut Jess itu, "kemana lagi pengangguran satu itu, sudah tahu hidup jadi beban ya jangan tambah beban orang gitu loh," lanjutnya berkomentar.

"Jam setengah delapan mau ada rapat antar divisi, bicarakan rencanaku tentang konflik perusahaan," jawab wanita karir itu pada sang kakak yang sontak berdesis.

"Kalau gitu aku enggak bisa, Cantik. Waktunya bakal terkuras di macet doang, ini jam berangkat kerja loh," sahut Jess membuat Rana menghela napas kasar, "coba pesan ojek daring, yang motor ya biar bisa satset."

"Hm," deham Rana singkat namun enggan untuk mematikan teleponnya, "habis rapat aku mau ke salah satu aula masyarakat, sosialisasikan produk yang lagi dapat isu buruk. Masa aku harus bolak-balik naik ojek, kak."

"Untuk opsi itu aku bisa usahakan antar-jemput kamu. Yang penting sekarang kamu pesan ojek dulu, terus berangkat," tukas Jess menenangkan dan memberi solusi pada adiknya, sang adik yang selalu tertutup dan enggan bersosialisasi, sang adik yang dengan konyolnya mengambil kuliah dan memilih profesi yang berhubungan dengan sosial, dan sang adik yang selalu mudah dilanda kepanikan jika sudah menyangkut waktu.

"Iya," jawab Rana singkat lalu mematikan sambungan ponsel, mengikuti saran sang kakak dan bersiap untuk dijemput oleh ojek pesanannya.

***

Waktu berputar sebagaimana harusnya, namun bagi sebagian orang terasa berputar begitu cepat dan sebagian lainnya terasa begitu lambat. Permainan pikiran yang dipengaruhi perasaan, membuat semua seolah berbeda meski yang terjadi cenderung sama atau mungkin membosankan.

"Ah ...," desah panjang seorang wanita setelah menutup pintu mobil berwarna biru, bersandar seutuhnya pada jok mobil yang langsung diubah posisinya, "capek banget hari ini, Kak."

"Ya namanya juga kerja yang enggak sesuai karaktermu," ucap wanita berambut cokelat itu menyambut keluhan sang adik, "lagi pula aku masih enggak paham sama cara berpikirmu, kamu paling malas berurusan sama banyak orang, tapi malah ambil pendidikan dan pilih pekerjaan yang melibatkan banyak orang."

"Aku pikir yang melibatkan banyak orang akan menghasilkan banyak uang. Benar sih, tapi juga menghasilkan banyak beban pikiran," ujar sang kepala humas di suatu perusahaan, "apalagi sejak menikah, tepatnya sejak Kal dipecat. Ah, enggak karuan," lanjutnya merengutkan bibir.

"Paksa dia buat cari kerja lagi, mau sampai kapan kamu menopang hidupnya? Aku belum bisa punya anak dalam waktu dekat loh, Mas Tomi lagi keluar kota buat dinas," tutur Jess membuat sang adik sontak duduk tegak dan menoleh ke arahnya, "aku serius, katanya mungkin sekitar tiga sampai enam bulan."

Melenguh pasrah Rana lalu kembali menyandarkan dirinya ke jok mobil yang sudah diposisikan itu, bibir merengut dengan mata terpejam dan raut wajah yang masam cukup menggambarkan suasana hatinya, "bisa-bisanya juga kamu nikah cuma buat puaskan hasrat ayah-bunda sampai aku punya anak, nikah itu sekali seumur hidup loh, Ran."

"Tahu kok, dan aku lakukan ini juga cuma sekali. Setelah kakak punya anak, aku cerai, terus balik fokus ke karirku," ujar Rana dengan santai menyahut.

"Kamu enggak ada cinta atau kesandung rasa penasaran gitu ke Kal?" tanya Jess menghasilkan decih dari saudari kandungnya itu, decihan yang cukup menggambarkan jawaban Rana meski tanpa kata dan tanpa banyak bahasa tubuh, "jangan terlalu berjiwa independen, Ran. Tuhan menciptakan dua gender dengan masing-masing kelemahannya, untuk saling melengkapi."

"Jangan terlalu berpikir lurus, Kak. Tuhan juga melengkapi manusia dengan akal sampai ada sistem jual-beli barang dan jasa, untuk saling memanfaatkan."

"Susah memang kasih kamu nasihat," ketus Jess membuat Rana sedikit tersenyum miring.

"Susah memang kasih kakak fakta," sahut Rana santai, namun cukup membuat Jess berdecak sebal, "kak, kalau ada toko kue kering berhenti ya, aku lagi pengen kue sus," ucap Rana mendapat dehaman singkat dari sang kakak.

Berbaring tenang di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang cenderung lambat, membuat Rana merasa dirinya cukup damai untuk mengisi kembali baterai sosialnya yang terkuras karena kegiatan sosial. Kemampuan bersosialisasi yang cenderung payah, kerap kali membuat Rana harus cepat memutar otak dan menguras tenaga untuk menyembunyikan kepayahannya. Hingga istilah baterai sosial kini menjadi akrab dalam dirinya.

"Tadi pagi kamu telepon Kal?" Berdeham singkat Rana menjawabnya, "terus sudah kamu tanya alasannya bawa mobilmu sampai pagi?" Menggeleng pelan wanita karir itu menjawab kakaknya.

Sontak mengernyit Jess yang sesekali menoleh ke adiknya yang asyik bersandar dengan mata terpejam, "teleponnya dijawab tapi suaranya kayak orang baru bangun tidur, malas aku urusinnya, bodo amat," ujar Rana acuh tak acuh, "yang penting entar pulang, bensin penuh dan mobil enggak boleh ada lecet, bau atau kotor," lanjutnya membungkam Jess yang sudah tahu persis karakter adiknya, selagi ketenangan dan rencana hidup pribadi tidak terganggu, maka Rana tidak peduli pada apapun kecuali melibatkan nominal.

"Di depan ada toko kue, siapkan uangnya," tukas Jess membuat Rana sontak membuka mata dan menoleh ke kakaknya sambil berdecak, merasa bahwa Jess tidak memberinya kesempatan untuk diam sejenak.

Beranjak duduk wanita muda itu seraya mengubah posisi jok mobil yang ia tempati, mengambil sebuah kartu yang digunakan untuk membayar kuenya nanti. Berhenti perlahan kendaraan roda empat itu dan masuk ke dalam barisan parkir paralel pinggir jalan, "dari dulu aku payah kalau soal parkir, keren kakak!" puji Rana mengacungkan dua ibu jari dengan senyum konyol dan barisan gigi yang terlihat.

"Iya dong," sahut Jess tersenyum bangga dan memainkan alisnya, sebelum dua wanita itu terbahak bersama, "sudah sana, aku mau bolu isi," kata wanita berusia dua tahun lebih tua dari Rana.

"Oke bos," tukas wanita cantik berambut hitam itu, lalu bergegas keluar dari mobil.

Satu dua langkah membawa Rana perlahan menjauhi mobil yang terparkir, masih dalam jangkauan penglihatan Jess dari balik kemudi. Langkah Rana terhenti dan berdiri mematung wanita muda itu, membuat sang kakak mengernyit dan terus memperhatikan adiknya dengan lekat, "kenapa itu?" pungkasnya hendak keluar dari mobil, namun dengan cepat pula Rana memutar arah dan berlari ke dalam mobil.

"Eh, kenapa?" tanya Jess bingung dengan adiknya yang langsung menutup pintu mobil.

"Dua mobil di depan kita itu mobil aku, kakak bisa keluar baris parkiran ini dulu, enggak? Kita ikuti mobilnya nanti," ucap Rana menjawab sekaligus meminta suatu hal pada Jess yang justru terdiam, "kakak kenapa?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (5) Surat Pemecatan [Revisi]

    Tin! Klakson nyaring terdengar mengejutkan dari depan rumah, membuat seorang wanita sontak melepas rangkulan pada adiknya yang terkekeh kecil, "sudah pulang deh," ucap wanita yang akrab disapa Jess itu mengikuti adiknya, yang cepat bergegas keluar rumah setelah mendengar klakson, "kalau ada yang ganggu tidurmu, bisa minum obat tidur, pesan ojek daring buat ke sini, pakai penutup telinga, atau amuk saja yang berisik," ujarnya pada sang adik yang mengangkat tangan untuk hormat sembari menunjukkan barisan gigi, sebelum masuk ke mobil. "Saya titip Rana, jangan sampai dia kurang istirahat atau sakit," lanjut Jess sedikit menunduk untuk melihat suami Rana yang mengacungkan ibu jarinya, acungan ibu jari yang disertai senyum tipis. "Ya sudah hati-hati," kata kakak dari Rana itu kembali berdiri tegak dan menunggu kendaraan roda empat sang adik melaju, meninggalkan gang rumahnya dan tidak lagi terlihat sejauh mata memandang. Lajunya mobil membelah jalan besar yang ramai dengan berbagai kecep

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (6) Amarah Fafa

    "Rana Rana Ran ...," ucap seorang pria memanggil nama istrinya berulang kali yang berdiam diri di dalam kamar, ketukan pintu terus dilakukan untuk mengganggu kenyamanan yang selalu dijunjung tinggi sang istri, meski ia tahu akan memancing emosi yang dapat menguras kesabaran."Apa?" sahut seorang wanita langsung membuka pintu tanpa memberi sedikitpun aba-aba, tidak menciptakan suara yang dapat menandakan bahwa pintu akan terbuka, dan tidak bersikap selayaknya seorang istri yang baru tahu suaminya dipecat."Tadi kata lo lanjut bahas di rumah saja, ini sudah di rumah tapi lo malah mengeram di kamar," ujar pria bernama Kal itu mengeluhkan ucapan sang istri yang berbeda saat di kantor tadi.Mengecap mulut Rana yang terasa kering, tersenyum kecut ia sebelum menghembuskan napas penat dari mulut yang terbuka sedikit, "apa yang mau dibahas? Kalau buat bantu kamu dan memanfaatkan posisiku, aku jelas enggak bisa, enggak tahu, dan enggak mau berusaha juga," tukas Rana menegaskan keputusannya lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (7) Rumah Den

    "Ya ... kalau gue jadi Rana juga bakal melakukan hal yang sama. Buat apa gue tolong orang yang enggak akrab sampai harus mengancam karir? Kan gitu, logika dasar saja, Kal," ujar seorang pria bersetelan celana pendek dan tanpa baju, setelan dasar untuk pria saat bermalasan di malam hari, "menolong orang itu pasti, tapi bukan berarti harus mengancam karir," lanjutnya sambil berbaring."Tapi wajar buat Rana begitu ke gue yang berstatus sebagai suaminya?" tanya Kal seraya bergerak mundur untuk bersandar ke dinding terdekatnya."Wajar saja menurut gue, kalian nikah juga karena tujuan masing-masing, kan? Kenapa lo jadi terpengaruh ke status pernikahan kalian? Itu memang resmi tapi enggak benar-benar mengikat kalian, kan?" sahut teman dari Kal, pria yang dikenal Kal sejak di bangku kuliah, Denandra Jamali.Terdiam sejenak Kal saat mendengar ungkapan dari temannya, "lo benar, bisa jadi juga Rana berpikir kayak lo. Tapi, perilaku Rana begitu bisa bikin pertanyaan ke orang-orang, kenapa dia eng

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (8) Paket Misterius

    "Kemana saja seharian?"Tiga kata dalam kalimat tanya telah terdengar, dua jam lamanya Kal terdiam di ruang utama sejak tiba di rumah. Rasa lapar pun tidak lagi terasa sejak netra Rana menatap Kal dengan tajam dan tegas, seolah Kal adalah mangsa yang lezat. Dua jam lamanya pula Rana mengamati segala gerak-gerik Kal, dari mengubah posisi kaki, bersandar, sampai sekadar menguap tidak luput dari pandangan seorang Kirana Zendaya."Cari mobil ya? Tadi pagi gimana berangkat ker ....""Kemana saja seharian?" potong Rana dengan pertanyaan yang sama."Di rumah teman," jawab Kal terlihat canggung, pikirannya begitu kalut sejak menerima surat pemecatan di tengah bulan."Temanmu pengangguran juga?" tukas Rana bertanya tanpa memikirkan kondisi dan perasaan lawan bicara, hanya satu hal yang Rana tahu, bahwa dirinya mengalami kesulitan karena tidak ada kendaraan pribadi."Kagak, dia berangkat kerja tadi jam sepuluh karena ada rapat habis jam makan siang," jawab Kal yang cukup menyuratkan bahwa dirin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (9) "Dia Teman Gue."

    Hening terus mengintai meski jam digital sudah menunjukkan angka 22.00, begitu hening hingga cukup untuk memekakan telinga. Dalam kebimbangan dan rasa lelah, bersama kegelisahan dan rasa muak seolah bersatu tidak padu dengan keadaan kini."Janji jangan kasih saran gila," ucap Rana menunjuk Kal yang hanya terkekeh pelan, "terakhir kali kamu kasih saran tentang masalahku, kita malah menikah.""Ya ... mau gimana lagi? Harta buat orang tua lo sudah lebih dari cukup, tahta juga sudah cukup buat mereka dihormati sepanjang hidupnya," sahut Kal membuat Rana mengerucutkan bibirnya sebal, "jangan gitu bibir, gue cium lo.""Ih." Spontan Rana mengatup rapat bibirnya dan mendelik tajam pada Kal."Mata ngapain mata? Enggak takut gue," kekeh pria itu justru mengejek kelakuan istrinya, "santai saja santai, gue tahu batasan kok.""Harus," sentak Rana membuat Kal langsung mengulurkan tangan dan mengusap kepalanya, "ih apasih, jangan macam-macam ya," tukas Rana menepis kasar tangan Kal."Lo lucu," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (10) Diskusi dan Rumor

    Tergagap Rana mendengar ungkapan Kal, ada begitu banyak pertanyaan yang ingin diucapkan, ada ketidakpercayaan yang membentuk keraguan dalam dirinya, dan ada kebingungan yang menjadi kebimbangannya untuk bersikap. Sementara Kal, hanya bersandar dan mengamati beberapa lembar foto, "hm ... ini kelihatan foto asli bukan buatan AI, ini juga cetak sendiri kayaknya karena enggak ada tanda percetakan atau studio," ujar Kal menunjukkan selembar foto pada Rana yang hanya terdiam sambil menganggukkan kepala."Terus itu main judi dimana?" tanya Rana ingin mencari tahu apapun yang dapat menjadi informasi dari foto."Enggak ada tanda apapun yang khas, harusnya ada semacam tanda gitu, kayak kalau lo pesan ruang privat di restoran pasti ada semacam nama atau tanda khas restorannya," jawab Kal memberi contoh kecil."Hm ...," deham Rana dengan perasaan bingung, "eh! ngapain?" sentaknya langsung mengambil kotak dan lembaran foto itu dari dekat Kal."Gue foto saja salah satunya, nanti kalau ketemu sama d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (11) "Ini Gila!"

    "Lo main judi?" tanya pria bersetelan celana panjang dan kaus pendek santai, pria yang akrab disapa Kal itu menatap tajam temannya."Tahu dari siapa?" sahut pria dengan tubuh yang lebih tinggi dari Kal, pria yang lebih tua dari Kal, dan pria bernama Tomi Uraga yang akrab disapa Tom."Memangnya itu penting?" kata Kal bertanya lagi, terdengar berbasa-basi meski Kal begitu ingin memojokkannya dengan segala foto dari bukti yang ada."Pentinglah, gue harus tahu orang yang berani ikut campur ranah pribadi," jawab Tom membuat Kal spontan tersenyum miring, "lagian, apa pentingnya buat lo kalau gue main judi atau kagak?"Terdiam Kal memandang pria yang dikenalnya sejak kuliah, pria yang pernah menjadi kakak tingkat, pria yang membuat Kal merasa segan, dan pria yang hampir selalu Kal patuhi ucapannya, "lo kakak ipar gue?" ucap Kal bertanya setelah terdiam cukup lama.Mencerna keadaan dan mencoba untuk memahami segala hal yang mungkin terlewat, namun yang didapat hanya kehampaan belaka dan pikir

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (12) Permintaan

    "Jadi?""Aku minta tolong banget jangan sampai Jessica tahu," ucap seorang pria setelah memberi penjelasan yang memakan banyak waktu, penjelasan yang sebenarnya sama sekali tidak ingin didengar, dan penjelasan yang sangat tidak penting, "aku malu banget kalau sampai harus pulang dengan tangan kosong, sudah jadi pengangguran, cari kerja juga susah karena usiaku," lanjutnya menangkup kedua tangan dan memohon."Kenapa harus malu?" tanya seorang wanita dengan acuh tak acuh, hanya satu alasan yang membuatnya bertahan karena ini semua bersangkutan dengan kakaknya."Kalian dari keluarga berpendidikan, punya takhta, banyak harta dan investasi," jawab pria yang akrab disapa Tom, "dan aku cuma pengangguran enggak jelas, apa masih pantas aku jadi suami Jessica?"Terdiam Rana mencoba untuk melihat dari sudut pandang kakak iparnya, meski ia masih ingin mencari tahu pengirim foto, memberi tahu sang kakak, dan tetap tidak ingin memaafkan. Namun kenapa pria di hadapannya kini seolah mengemis keadaan?

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30

Bab terbaru

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (116) Persiapan?

    "Panggil orang kepercayaan kamu, Denandra tunggu di mobil parkiran bawah tanah. Ayo," tukas Kalil lalu menekan tanda tutup di lif dan meninggalkan Rana yang masih mematung terkejut, belum selesai Rana mencerna keadaan yang begitu cepat, pintu lif itu sudah tertutup dan bergerak turun.Apa-apaan? Kenapa coba? Maksudnya apa?Menoleh Rana ke area tim humas, terlihat Nifa yang hendak meninggalkan mejanya setelah memastikan semua bawaan. Dua tas map dibawa oleh wanita berbadan semampai itu, melangkah penuh kepercayaan diri yang khas menuju lif sampai matanya bertemu dengan netra Rana, "loh, belum ke mobil?" tanya Nifa cukup terkejut melihat ketua dari tim tempatnya bekerja sekaligus teman seperjuangan itu masih berdiam diri di depan lif."Tadi lifnya sudah terbuka, terus ada Kalil dan dia bilang ada temannya yang tunggu di bawah," jawab Rana pada Nifa yang terlihat menggerakkan jarinya di depan sensor tanda turun untuk lif, "dia kelihatan buru-buru gitu.""Temannya siapa?"Membisu Rana men

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (115) Kalil?

    "Wanita murahan!""Pembawa sial!""Belum puas kau rebut Kalil dariku, dan ternyata Tomi pergi dariku karena kamu juga?""Jahat!""Apa sih kesalahanku sampai kamu sejahat ini?""Lepas! Cewek murahan begini memang harus dikasih pelajaran.""Doyan banget sama pacar orang.""Ya sudah iya dilepas dulu.""Rana, lawan Ran, jangan diam saja.""Lepas, Fa!""Semuanya bela cewek murahan ini.""Kamu yang murahan!" Satu bentakan terakhir dari Kalil berhasil membuat terlepasnya tangan Fafa dari rambut Rana, bentakan yang kini cukup terkenang di pikiran Rana dan menemaninya di ruang kerja dalam kesendirian.Tidak menyalakan lampu ruang kerja dan tidak membuka tirai penutup di kaca besar yang menghadap langsung ke area tim humas, menyendiri bersama rasa muak yang terjadi lagi dan lagi mendekap erat. Ada satu ketidaksangkaannya dalam benak, seorang Kalil Nayaka yang pernah menjadi budak dari Fauziah Aini, yang dengan sukarela menjadi cadangan, pada akhirnya membentak sang pujaan. Apa itu salah satu ta

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (114) Diskusi singkat

    Napas terengah lelah sesekali mendengus amarah menemani sepanjang malam yang tersisa usai pergulatan tak berguna, rambut kusut berantakan, dan baju kerja yang terlihat tak serapi sebelumnya. Menoleh dan melihat kesal ke pria di balik kemudi, "monyet rabies kayak begitu pernah kau cintai?" ketus wanita bernama Kirana Zendaya itu pada suaminya.Ketus dalam pertanyaan yang sebenarnya jelas tidak butuh jawaban, hanya ungkapan atas emosi yang memuncak tapi masih dalam kendali. Kembali lagi kepala itu menoleh ke sisi kiri dan melihat lancarnya jalan di hari yang menjelang tengah malam, tidak bisa dibilang jalan jadi sepi karena masih adanya lalu lalang kendaraan."Kal!" seru Rana bersedekap dada dan menarik napas panjang yang terdengar kasar, "ah, aku enggak tahu lagi, ini terlalu kacau. Aku enggak mau terlibat," ocehnya cenderung merajuk."Aku enggak mau terus bareng monyet rabies, makanya aku putuskan dia dan mau fokus sama kelinci anggora," tanggap Kalil membuat Rana sontak menoleh lagi,

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (113)Mal pinggir kota

    "Tapi ternyata Fafa malah tambah rewel, banyak menuntut, dan lainnya, karena Kalil menghilang gitu saja setelah memutuskan Fafa sepihak," tutur Tomi tidak mendapat reaksi apapun dari Rana yang menatap lurus ke danau buatan, "aku tambah muak sama semuanya, aku capek sama kelakuan cewek kayak gitu. Aku putus sama dia tapi aku juga minta dia ke kantormu, aku mempersilakan dia buat kasih tahu semua kisah yang berkaitan tentang aku dan Jessica.""Biar apa suruh dia ke kantorku?" tukas Rana menoleh ke arah Tomi dan menatapnya tajam."Aku masih sayang Fafa tapi aku juga enggak mau terus-terusan berada di dekatnya. Aku tahu dia enggak punya kompetensi, dan aku tahu kamu individualis tapi cukup punya empati." Terhenti sejenak Tomi dalam ucapannya, menatap Rana lekat dan menunduk, "jadi aku suruh Fafa begitu biar setidaknya dia punya teman, atau bahkan pekerjaan buat pemasukan dia karena selama ini dia hidup dari uangku atau uang Kalil," lanjutnya berhasil membuat Rana kehilangan selera makan.

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Omongan

    "Hah?" pungkas Rana terkejut mendengar ujaran kakak iparnya itu.Bukankah Tomi bekerja sama dengan Fafa untuk banyak tujuan? Seperti harta, tahta, sampai dendam dalam obsesi yang tidak berkesudahan. Tapi kenapa sekarang ada pernyataan baru? Ataukah ini bagian dari rencana baru antara Tomi dan Fafa juga?"Ikut aku!" tukas Rana setelah terdiam sejenak menunggu kelanjutan hal yang akan Tomi ceritakan, tapi pria itu secara konyol juga ikut terdiam bersama Rana yang terkejut.Digenggam tangan yang jelas lebih besar dari tangannya, dalam pikir Rana kini peduli setan dengan kekonyolan yang akan timbul dalam diri Tomi setelah berpegangan tangan. Rana hanya ingin tahu lebih lanjut dan lebih di jelas di tempat yang tenang, berjalan cepat ia sambil tetap memegang tangan kakak ipar mencari berbagai restoran dalam mal yang memiliki area makan dengan pemandangan indah.Dari ramainya konten media sosial tentang pembukaan mal pinggir kota ini, tak sedikit juga konten yang menunjukkan adanya beberapa

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (111) Obrolan Tomi

    Langit jingga menghiasi sebagian langit di muka bumi, kicauan burung tak perlu diharapkan jika tinggal di pusat kota. Bagi penghuni pusat kota, langit jingga yang indah bisa menjadi suram dengan sejuta drama pekerjaan yang harus dibawa pulang, jadwal lembur yang mendadak, permasalahan di tempat kerja, permasalahan di rumah yang sudah menanti, dan kekonyolan banyak orang di jalan yang macet.Dimana tawa dan senyum bagi penghuni pusat kota kala jingga itu mewarnai langit dengan gembira? Mungkin ada, tapi tidak banyak, dan semakin tidak banyak saat akhir bulan setelah libur panjang."Hai, Rana," sapa seorang pria setelah menekan klakson mobilnya di pinggir jalan dekat area kantor Rana.Tersenyum kecil wanita yang disebut namanya itu, bergerak anggun ia membuka pintu mobil untuk masuk dan duduk di samping pengemudi. Ada kecanggungan dan rasa enggan yang luar biasa, tapi tujuan hidup tetaplah menjadi fokus utama untuk hidup yang lebih tenang."Hai," kata Rana menjawab sapaan ringan itu sam

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (110) Keputusan satu

    "Jadi menurut kamu gimana?"Empat kata dalam pertanyaan pertama, empat kata yang diharap cemas berhasil memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti, dan empat kata yang sangat membingungkan."Aku enggak sangka ternyata secepat ini," tanggap Kalil masih enggan menatap istrinya, ada perasaan lain yang semakin menggelora dalam dirinya, perasaan yang menuntut untuk lebih sering bersama Rana, perasaan yang terus ingin tahu semua hal yang Rana lakukan.Hanya dua harapan Kalil pada Rana kini. Tidak gagal memiliki secara utuh, dan ini bukanlah perasaan obsesi, Kalil tidak ingin memiliki obsesi seperti Tomi, yang bisa menjadi dendam hingga merepotkan banyak pihak, "sama," jawab Rana pelan penuh kepasrahan."Sebelum aku berpendapat, menurut kamu gimana?" tanya Kalil menanggapi pertanyaan Rana sebelumnya dengan serius."Aku?" kata Rana menoleh ke suaminya yang sedang mengemudi, tersenyum kecut ia sebelum menghela napas panjang, "aku agak malas sih ya, lagi pula cewek bodoh mana selain kakakk

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (109) Pesan di pagi hari

    Lagi, lagi, dan lagi. Seolah kesunyian menjadi pihak ketiga dalam hubungan Kalil Nayaka dan Kirana Zendaya, terikat pernikahan selama lebih dari satu tahun dan tinggal satu atap bersama meski berbeda kamar, tidak membuatnya dapat menjauhkan kesunyian dalam hubungan.Menguatkan komunikasi, katanya. Bertekad saling percaya, katanya. Tapi kenyataan yabg terjadi? Masih saling curiga, menyembunyikan hal yang dirasa dan dipikirkan, dan hanya mengurangi filter pembatas masing-masing, hingga terlihat dekat walau masih tidak terlihat seperti suami istri."Kamu kenapa?" tanya Rana pada suaminya yang sedari tadi hanya bermain ponsel, sekian menit sejak tiba di rumah, sekian waktu sejak keluar dari rumah Jessica, dan untuk ke sekian kalinya hanya kesunyian menjawab pertanyaan yang sama, "ya sudahlah, dari tadi aku nanya tapi enggak dijawab sama sekali, mending istirahat," ketusnya beranjak dari duduk."Aku cemburu," gumam Kalil menjawab singkat, jawaban yang tentu berhasil membuat Rana sontak me

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (108) Rumah Kak Jess

    "Kandungan?" tukas Rana dan Kalil serempak, "Kak Jess hamil?" lanjut Rana masih terkejut."Iya, sudah empat bulan," jawab pria bernama Tomi Uraga itu, pria yang berstatus sebagai kakak ipar Rana tapi pria yang juga pernah menjadi penguntitnya.Terasa aneh, kadang menakutkan, seringkali juga membingungkan. Tapi bagi Rana, namanya bukan hidup jika tidak dipenuhi berbagai hal tidak terduga. Sederhananya, seorang Kirana Zendaya jadi menikah hanya karena selalu didesak dan diganggu orang tua?"Dan badannya sekarang jelek banget, mukanya kusam, susah makan, pemalas juga," lanjut Tomi melambatkan langkahnya agar berjalan di samping Rana, secara sadar memaksa Kalil untuk berjalan di belakang Rana, "dia juga emosian, kalau mau bicara atau dia bicara kasar, bentak saja, biasanya bakal nangis doang," ucapnya lagi lalu berjalan cepat meninggalkan Rana dan Kalil yang sontak berhenti melangkah.Menyipit perlahan mata Rana mendengar ucapan kakak iparnya, sangat ingin dirinya untuk bertanya ulang dan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status