Share

(8) Paket Misterius

Author: SyasaRanni
last update Huling Na-update: 2024-06-26 22:28:29

"Kemana saja seharian?"

Tiga kata dalam kalimat tanya telah terdengar, dua jam lamanya Kal terdiam di ruang utama sejak tiba di rumah. Rasa lapar pun tidak lagi terasa sejak netra Rana menatap Kal dengan tajam dan tegas, seolah Kal adalah mangsa yang lezat. Dua jam lamanya pula Rana mengamati segala gerak-gerik Kal, dari mengubah posisi kaki, bersandar, sampai sekadar menguap tidak luput dari pandangan seorang Kirana Zendaya.

"Cari mobil ya? Tadi pagi gimana berangkat ker ...."

"Kemana saja seharian?" potong Rana dengan pertanyaan yang sama.

"Di rumah teman," jawab Kal terlihat canggung, pikirannya begitu kalut sejak menerima surat pemecatan di tengah bulan.

"Temanmu pengangguran juga?" tukas Rana bertanya tanpa memikirkan kondisi dan perasaan lawan bicara, hanya satu hal yang Rana tahu, bahwa dirinya mengalami kesulitan karena tidak ada kendaraan pribadi.

"Kagak, dia berangkat kerja tadi jam sepuluh karena ada rapat habis jam makan siang," jawab Kal yang cukup menyuratkan bahwa dirinya menginap, "gue pergi kumpul semalam, terus pas gue mau pulang ternyata sudah jam setengah dua belas malam. Jadinya gue menginap saja, dari pada pulang malah ganggu lo tidur," jelasnya lagi sama sekali tidak mendapat ekspresi baik dari Rana.

"Kita masing-masing punya kunci rumah," tegas Rana mengingatkan situasi yang sudah ada dan pernah disepakati untuk tempat tinggal.

"Ada di tas kerja, gue enggak bawa." Kal berucap pelan tanpa melepas tatapannya dari netra Rana yang masih saja tajam menyorot, "pagi juga enggak pulang karena gue baru bangun jam sepuluh, itu juga karena teman gue mau ber ...."

"Pemalas," sentak Rana singkat sambil bangkit dari sofa, "besok lagi pakai kendaraan dan semua punyamu sendiri," lanjutnya mengambil kunci mobil yang di dekat bufet televisi, dan beranjak masuk kamar, meninggalkan Kal yang termenung seorang diri.

Setiap insan hidup dengan berbagai masalah, bertahan hidup dengan berbagai alasan, mengakhiri hidup dengan berbagai pemikiran, dan memikirkan masalah dengan berbagai cara. Perempuan atau laki-laki tidak ada bedanya, semua hanya tentang pemikiran, gaya hidup, cara pandang, dan alasan yang ada.

Jika Kal bercerita menjadi salah satu caranya memikirkan masalah, maka berdiam diri dalam kesunyian menjadi cara Rana untuk memikirkan masalah. Seperti yang dilakukan Rana kini, duduk di tepi ranjang dan memandangi cermin di lemari pakaian, sesekali terpejam erat bersama napas yang cukup tenang, walau jelas berbanding terbalik dengan pikiran yang kalut.

"Ini pasti salah satu risiko dari keputusan besarku," gumam Rana memandang bayangannya dengan cermat, seolah terjadi komunikasi dua arah, nyatanya berbicara sendiri dengan bayangan menjadi bagian dari kebiasaan Rana saat sendirian. Bukan gila dan bukan juga kelainan, bagi Rana cara ini lebih aman dari pada harus bercerita dengan manusia yang memiliki berbagai keberagaman.

"Tapi kalau ini baru risiko awal, terus risiko lainnya nanti gim ...." Terhenti ucapan Rana saat merasa getaran di tas kerjanya, membuat ia teringat dengan ponsel yang terabaikan sejak pulang kerja, "oh Kak Jess," gumamnya sontak membuka mata lebar dan bergerak cepat ke kotak di atas meja rias, kotak yang diterimanya di kantor, dan berisikan foto suami dari sang Kakak.

Bertalu cepat jantung Rana memandangi ulang kotak yang masih tertutup itu, sejak kapan dirinya kesulitan fokus dan berpikir jernih? Teralih pandangan Rana ke pintu kamarnya yang tertutup, apa sejak menikah dengan Kal?

Sampai getaran di ponsel itu terhenti, Rana masih terdiam melihat ponsel dan kotaknya bergantian, "apa aku harus kasih tahu kak Jess? Tapi nanti jadi kayak ikut campur rumah tangganya," ucap Rana seorang diri dengan gelisah, "tapi kalau enggak dikasih tahu, terus ternyata ini foto asli dan Kak Jess terjebak sama cowok kayak gini, kasihan Kak Jess," lanjutnya meletakkan ponsel di meja rias lalu menangkup wajah.

Ini bukan suatu masalah besar, Rana tahu. Tapi Rana juga tahu, bila salah langkah maka ini akan jadi masalah besar.

Dapat merusak hubungannya dengan sang kakak atau merusak rumah tangga kakaknya, sungguh dua pilihan yang sama sekali tidak ada sisi positif yang nyaman di hati. Termenung ia memandangi dirinya di cermin meja rias, pandangan sendu kian menambah kegelisahan dalam benak.

Teralih mata Rana pada layar ponsel yang menyala dan memperlihatkan pesan dari Jessica, pesan singkat yang cukup menandakan bahwa Jess ingin bicara dengan Rana sepulang kerja besok. Keputusan apa yang harus diambil? Bagaimana cara mengambil keputusan yang melibatkan saudara? Seumur hidup Rana, tidak pernah ada masalah yang dapat mengancam hubungan keluarganya.

Berpikir keras membuat wanita cantik itu merasa haus, melangkah dengan malas dan enggan rasanya untuk keluar kamar. Hanya harapan tipis yang Rana inginkan sekarang, Kal sudah masuk dan menutup pintu kamarnya, dan tidak perlu bagi Rana untuk menekan emosi atau berjumpa si pria konyol.

"Ran," panggil seorang pria sontak membuat sang pemilik nama harus menelan liurnya, "kenapa?"

Diam, itulah yang Rana lakukan. Tidak ada gunanya juga menanggapi orang konyol seperti Kal, dan itulah yang Rana pikirkan.

"Lo kenapa? Muka lo asam banget? Maafin ya maafin," ucap Kal berdiri tepat di belakang Rana, membiarkan sang istri meminum banyak air.

"Bukan urusanmu," jawab Rana meletakkan gelas di atas meja dapur.

"Eits! Enggak boleh lewat," sentak Kal membuka tangannya lebar sambil menghalangi jalan sang istri, bahkan berjalan mundur hingga tepat di depan kamar Rana, "lo kenapa? Kirana Zendaya kenapa? Si Kepala Humas yang jutek ini kenapa? Rana kenapa? Sayangnya gue kenapa? Istri gue kenapa?" tanya Kal berulang kali seolah mencecar Rana yang hanya terdiam sambil bersedekap dada.

"Aku mau tidur," kata Rana tanpa menunjukkan ekspresi yang menyenangkan, meski begitu Kal terlihat sudah biasa menghadapi ekspresi dan tanggapan itu.

"Lo enggak bakal bisa tidur kalau pikiran saja enggak rapi, yang ada mimpi buruk doang," ujar Kal sama sekali tidak mendapat tanggapan, "lahir, hidup, bertahan hidup, dan mati memang sendiri. Tapi lo tetap butuh orang lain, kan? Lo pasti tahu itu, kan?"

"Makanya aku kerja dan menikah," jawab Rana singkat dan menatap Kal dengan pandangan acuh tak acuh.

"Tapi sesekali lo tetap butuh tempat buat cerita," tukas Kal lalu menurunkan kedua tangannya yang sedari tadi terbuka, "masa setiap kali gue lihat muka jelek lo bilang lagi ada masalah, gue harus bujukin kayak gini. Capek dong gue," ujar Kal tersenyum kecut dan turut bersedekap dada seperti Rana.

"Ya sudah enggak usah bujukin," ketus Rana kembali melangkah hendak masuk kamar, namun dengan cepat pula Kal mengangkat kedua tangannya lagi.

"Kalau bukan gue, siapa lagi yang bakal peduli sama lo?"

"Enggak ada, menurutku juga kamu bukan peduli tapi rusuh," jawab Rana menghasilkan kekehan ringan dari Kal, "terakhir kali aku memutuskan buat cerita ke orang lain yaitu kamu, berakhir aku harus menikah denganmu dan hidup penuh kesialan begini."

Terdiam Kal sembari mengangkat alis kiri, "kesampingkan tentang terakhir kali lo curhat dan jadi nikah sama gue. Sekarang gue mau tanya, kesialan apa yang menimpa lo sejak nikah sama gue?"

"Banyak!" seru Rana tiba-tiba, "banyak banget. Salah satunya pas kamu dipecat dan bikin aku diomongin banyak orang saja itu sial buatku, aku sudah berusaha baik dan sempurna saja masih jadi salah karena punya suami sepertimu. Apa enggak sial kayak gitu?"

Terpejam mata Kal mendengar Rana, tersinggung tentu saja tapi Kal tahu ini bukan waktu untuk menanggapi perasaan tersinggung itu, "terus apalagi?" tanya Kal.

Terdiam wanita cantik itu mendengar tanggapan suaminya, terasa seperti dejavu saat dirinya terpaksa bertanya dan bercerita pada seorang Kal. Terakhir kali ini terjadi, Rana bercerita tentang keinginan menikah untuk mengalihkan perasaan kedua orangtuanya dari pernikahan Jessica.

"Aku dapat paket misterius."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (9) "Dia Teman Gue."

    Hening terus mengintai meski jam digital sudah menunjukkan angka 22.00, begitu hening hingga cukup untuk memekakan telinga. Dalam kebimbangan dan rasa lelah, bersama kegelisahan dan rasa muak seolah bersatu tidak padu dengan keadaan kini."Janji jangan kasih saran gila," ucap Rana menunjuk Kal yang hanya terkekeh pelan, "terakhir kali kamu kasih saran tentang masalahku, kita malah menikah.""Ya ... mau gimana lagi? Harta buat orang tua lo sudah lebih dari cukup, tahta juga sudah cukup buat mereka dihormati sepanjang hidupnya," sahut Kal membuat Rana mengerucutkan bibirnya sebal, "jangan gitu bibir, gue cium lo.""Ih." Spontan Rana mengatup rapat bibirnya dan mendelik tajam pada Kal."Mata ngapain mata? Enggak takut gue," kekeh pria itu justru mengejek kelakuan istrinya, "santai saja santai, gue tahu batasan kok.""Harus," sentak Rana membuat Kal langsung mengulurkan tangan dan mengusap kepalanya, "ih apasih, jangan macam-macam ya," tukas Rana menepis kasar tangan Kal."Lo lucu," ucap

    Huling Na-update : 2024-06-27
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (10) Diskusi dan Rumor

    Tergagap Rana mendengar ungkapan Kal, ada begitu banyak pertanyaan yang ingin diucapkan, ada ketidakpercayaan yang membentuk keraguan dalam dirinya, dan ada kebingungan yang menjadi kebimbangannya untuk bersikap. Sementara Kal, hanya bersandar dan mengamati beberapa lembar foto, "hm ... ini kelihatan foto asli bukan buatan AI, ini juga cetak sendiri kayaknya karena enggak ada tanda percetakan atau studio," ujar Kal menunjukkan selembar foto pada Rana yang hanya terdiam sambil menganggukkan kepala."Terus itu main judi dimana?" tanya Rana ingin mencari tahu apapun yang dapat menjadi informasi dari foto."Enggak ada tanda apapun yang khas, harusnya ada semacam tanda gitu, kayak kalau lo pesan ruang privat di restoran pasti ada semacam nama atau tanda khas restorannya," jawab Kal memberi contoh kecil."Hm ...," deham Rana dengan perasaan bingung, "eh! ngapain?" sentaknya langsung mengambil kotak dan lembaran foto itu dari dekat Kal."Gue foto saja salah satunya, nanti kalau ketemu sama d

    Huling Na-update : 2024-06-28
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (11) "Ini Gila!"

    "Lo main judi?" tanya pria bersetelan celana panjang dan kaus pendek santai, pria yang akrab disapa Kal itu menatap tajam temannya."Tahu dari siapa?" sahut pria dengan tubuh yang lebih tinggi dari Kal, pria yang lebih tua dari Kal, dan pria bernama Tomi Uraga yang akrab disapa Tom."Memangnya itu penting?" kata Kal bertanya lagi, terdengar berbasa-basi meski Kal begitu ingin memojokkannya dengan segala foto dari bukti yang ada."Pentinglah, gue harus tahu orang yang berani ikut campur ranah pribadi," jawab Tom membuat Kal spontan tersenyum miring, "lagian, apa pentingnya buat lo kalau gue main judi atau kagak?"Terdiam Kal memandang pria yang dikenalnya sejak kuliah, pria yang pernah menjadi kakak tingkat, pria yang membuat Kal merasa segan, dan pria yang hampir selalu Kal patuhi ucapannya, "lo kakak ipar gue?" ucap Kal bertanya setelah terdiam cukup lama.Mencerna keadaan dan mencoba untuk memahami segala hal yang mungkin terlewat, namun yang didapat hanya kehampaan belaka dan pikir

    Huling Na-update : 2024-06-29
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (12) Permintaan

    "Jadi?""Aku minta tolong banget jangan sampai Jessica tahu," ucap seorang pria setelah memberi penjelasan yang memakan banyak waktu, penjelasan yang sebenarnya sama sekali tidak ingin didengar, dan penjelasan yang sangat tidak penting, "aku malu banget kalau sampai harus pulang dengan tangan kosong, sudah jadi pengangguran, cari kerja juga susah karena usiaku," lanjutnya menangkup kedua tangan dan memohon."Kenapa harus malu?" tanya seorang wanita dengan acuh tak acuh, hanya satu alasan yang membuatnya bertahan karena ini semua bersangkutan dengan kakaknya."Kalian dari keluarga berpendidikan, punya takhta, banyak harta dan investasi," jawab pria yang akrab disapa Tom, "dan aku cuma pengangguran enggak jelas, apa masih pantas aku jadi suami Jessica?"Terdiam Rana mencoba untuk melihat dari sudut pandang kakak iparnya, meski ia masih ingin mencari tahu pengirim foto, memberi tahu sang kakak, dan tetap tidak ingin memaafkan. Namun kenapa pria di hadapannya kini seolah mengemis keadaan?

    Huling Na-update : 2024-06-30
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (13) Obrolan

    "Tumben amat lo ajak kumpul di tempat kayak gini," celetuk seorang pria hampir botak yang baru saja datang. "Kagak ada salahnya," jawab pria berambut cepak berponi, potongan rambut andalan yang menjadi ciri khasnya dimanapun berada. "Jangan terlalu sering, Pak. Ingat lo kagak punya penghasilan, masa mau minta terus sama bini," ujar pria dengan kaca mata bulat di kepala, meski memiliki penglihatan yang tidak sebagus temannya, namun ia tetap menggunakan kaca mata hanya saat ada yang perlu dibaca. "Malu?" kata pria dengan potongan rambut cepak berponi, pria yang akrab disapa Kal. Pertanyaan amat singkat dalam satu kata, pertanyaan yang membuat tiga pria lain teralih memandangnya dengan ekspresi masam, "lo tanya, Pak? Buset dah, jadi makin goblok begini," ucap pria dengan potongan rambut rapi. "Gue serius," sentak Kal memastikan keseriusannya pada tiga teman yang sudah lama dikenal. "Ada apa ini ada apa? Cerita dulu saja, dari pada bikin kita salah paham sama pertanyaan lo," ujar pr

    Huling Na-update : 2024-07-01
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (14) Tipuan Tom

    Melompat girang seorang wanita setelah melihat kedatangan seseorang, lompatan gembira yang jelas menggambarkan suasana hati dan keadaannya. Senyum lebar menunjukkan barisan gigi dari pria dengan setelan santai, membuat wanita itu berlari menghampiri dan memeluknya, "kok kamu tiba-tiba sudah datang sih? Kan bisa aku jemput di bandara atau stasiun gitu," ujar wanita berambut cokelat itu mengambil alih koper besar."Sengaja, biar kejutan." Bergerak jahil alis pria berusia dua puluh sembilan tahun itu, "kamu tahunya aku pulang sore tapi enggak tahu jamnya," lanjutnya merangkul sang istri setelah menutup gerbang, dan bergegas masuk ke dalam rumah bersama wanita yang menyambut kedatangannya."Tuman deh jahilnya," ucap wanita bernama Jessica Danti itu mencubit pelan perut suaminya, cubitan yang justru membuat mereka saling tertawa bersama.Rasa rindu dalam cinta yang menenangkan selalu menjadi hal terindah dalam bahtera, ombak-ombak kecil tidak akan mampu menenggelamkan bahtera besar dengan

    Huling Na-update : 2024-07-02
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (15) Cumbu dan balikan?

    "Apa?" ketus seorang wanita bersedekap dada sambil menatap pria yang baru datang. Taman kota di malam hari dengan penerangan yang memadai, memang menjadi lokasi yang cocok untuk menenangkan diri, membangun diskusi, atau sekadar menunggu teman sebagai titik kumpul. Sama halnya dengan dua insan muda yang kini saling bertukar tatap, "mau ngapain?" kata wanita itu lagi saat melihat pria di depannya menoleh ke kanan-kiri. "Sudah lama?" tanya pria muda itu lalu bergerak untuk duduk di samping teman wanitanya, "tadi macet di perempatan sana," lanjutnya meski tidak mendapat jawaban, hanya mendapat lirikan tajam dan ekspresi hampa dengan raut yang jelas menggambarkan rasa tidak suka. Berdeham pelan pria yang akrab disapa Kal itu merasa canggung dengan wanita di sebelahnya, sedikit-banyak pikiran Kal tahu bahwa ini bukan bagian dari hal yang harus dilakukan, tapi hatinya menggiring kuat agar dilakukan. Sebagai pria yang menjunjung perasaan pribadi, Kal memilih untuk mendengarkan dan melakukan

    Huling Na-update : 2024-07-03
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (16) Balikan

    "E-eh?" Terbuka lebar mata seorang pria terkejut, secepat terkejut yang ia alami dan perubahan talu jantung, tangan yang menggenggam pun dengan cepat mengempas, "kok lo di sini, Ran?" Bergerak miring sedikit kepala wanita yang memanggil tadi, memandang dua insan di hadapannya kini dengan lekat, "memangnya taman kota buat aturan kalau Kirana Zendaya dilarang datang?" sahut wanita yang akrab disapa Rana itu mengalihkan pandangannya ke pria yang terlihat gugup, "kenapa kamu?" "L-lo kagak tidur? Sudah malam loh ini," tukas pria yang biasa disebut Kal, pria berbadan atletis yang sesekali melihat ke wanita di sebelahnya, namun juga tidak bisa menyembunyikan rasa bingung akan kehadiran wanita di hadapannya. Berkedip pelan Rana sambil mengerucutkan sedikit bibirnya, terangkat kedua bahu mungil Rana dengan senyum kecut menghiasi wajah orientalnya, "entah," jawab Rana singkat kemudian menghela napas. Santai, sangat santai reaksi Rana melihat kedekatan pria berstatus sebagai suaminya itu deng

    Huling Na-update : 2024-07-04

Pinakabagong kabanata

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (116) Persiapan?

    "Panggil orang kepercayaan kamu, Denandra tunggu di mobil parkiran bawah tanah. Ayo," tukas Kalil lalu menekan tanda tutup di lif dan meninggalkan Rana yang masih mematung terkejut, belum selesai Rana mencerna keadaan yang begitu cepat, pintu lif itu sudah tertutup dan bergerak turun.Apa-apaan? Kenapa coba? Maksudnya apa?Menoleh Rana ke area tim humas, terlihat Nifa yang hendak meninggalkan mejanya setelah memastikan semua bawaan. Dua tas map dibawa oleh wanita berbadan semampai itu, melangkah penuh kepercayaan diri yang khas menuju lif sampai matanya bertemu dengan netra Rana, "loh, belum ke mobil?" tanya Nifa cukup terkejut melihat ketua dari tim tempatnya bekerja sekaligus teman seperjuangan itu masih berdiam diri di depan lif."Tadi lifnya sudah terbuka, terus ada Kalil dan dia bilang ada temannya yang tunggu di bawah," jawab Rana pada Nifa yang terlihat menggerakkan jarinya di depan sensor tanda turun untuk lif, "dia kelihatan buru-buru gitu.""Temannya siapa?"Membisu Rana men

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (115) Kalil?

    "Wanita murahan!""Pembawa sial!""Belum puas kau rebut Kalil dariku, dan ternyata Tomi pergi dariku karena kamu juga?""Jahat!""Apa sih kesalahanku sampai kamu sejahat ini?""Lepas! Cewek murahan begini memang harus dikasih pelajaran.""Doyan banget sama pacar orang.""Ya sudah iya dilepas dulu.""Rana, lawan Ran, jangan diam saja.""Lepas, Fa!""Semuanya bela cewek murahan ini.""Kamu yang murahan!" Satu bentakan terakhir dari Kalil berhasil membuat terlepasnya tangan Fafa dari rambut Rana, bentakan yang kini cukup terkenang di pikiran Rana dan menemaninya di ruang kerja dalam kesendirian.Tidak menyalakan lampu ruang kerja dan tidak membuka tirai penutup di kaca besar yang menghadap langsung ke area tim humas, menyendiri bersama rasa muak yang terjadi lagi dan lagi mendekap erat. Ada satu ketidaksangkaannya dalam benak, seorang Kalil Nayaka yang pernah menjadi budak dari Fauziah Aini, yang dengan sukarela menjadi cadangan, pada akhirnya membentak sang pujaan. Apa itu salah satu ta

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (114) Diskusi singkat

    Napas terengah lelah sesekali mendengus amarah menemani sepanjang malam yang tersisa usai pergulatan tak berguna, rambut kusut berantakan, dan baju kerja yang terlihat tak serapi sebelumnya. Menoleh dan melihat kesal ke pria di balik kemudi, "monyet rabies kayak begitu pernah kau cintai?" ketus wanita bernama Kirana Zendaya itu pada suaminya.Ketus dalam pertanyaan yang sebenarnya jelas tidak butuh jawaban, hanya ungkapan atas emosi yang memuncak tapi masih dalam kendali. Kembali lagi kepala itu menoleh ke sisi kiri dan melihat lancarnya jalan di hari yang menjelang tengah malam, tidak bisa dibilang jalan jadi sepi karena masih adanya lalu lalang kendaraan."Kal!" seru Rana bersedekap dada dan menarik napas panjang yang terdengar kasar, "ah, aku enggak tahu lagi, ini terlalu kacau. Aku enggak mau terlibat," ocehnya cenderung merajuk."Aku enggak mau terus bareng monyet rabies, makanya aku putuskan dia dan mau fokus sama kelinci anggora," tanggap Kalil membuat Rana sontak menoleh lagi,

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (113)Mal pinggir kota

    "Tapi ternyata Fafa malah tambah rewel, banyak menuntut, dan lainnya, karena Kalil menghilang gitu saja setelah memutuskan Fafa sepihak," tutur Tomi tidak mendapat reaksi apapun dari Rana yang menatap lurus ke danau buatan, "aku tambah muak sama semuanya, aku capek sama kelakuan cewek kayak gitu. Aku putus sama dia tapi aku juga minta dia ke kantormu, aku mempersilakan dia buat kasih tahu semua kisah yang berkaitan tentang aku dan Jessica.""Biar apa suruh dia ke kantorku?" tukas Rana menoleh ke arah Tomi dan menatapnya tajam."Aku masih sayang Fafa tapi aku juga enggak mau terus-terusan berada di dekatnya. Aku tahu dia enggak punya kompetensi, dan aku tahu kamu individualis tapi cukup punya empati." Terhenti sejenak Tomi dalam ucapannya, menatap Rana lekat dan menunduk, "jadi aku suruh Fafa begitu biar setidaknya dia punya teman, atau bahkan pekerjaan buat pemasukan dia karena selama ini dia hidup dari uangku atau uang Kalil," lanjutnya berhasil membuat Rana kehilangan selera makan.

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Omongan

    "Hah?" pungkas Rana terkejut mendengar ujaran kakak iparnya itu.Bukankah Tomi bekerja sama dengan Fafa untuk banyak tujuan? Seperti harta, tahta, sampai dendam dalam obsesi yang tidak berkesudahan. Tapi kenapa sekarang ada pernyataan baru? Ataukah ini bagian dari rencana baru antara Tomi dan Fafa juga?"Ikut aku!" tukas Rana setelah terdiam sejenak menunggu kelanjutan hal yang akan Tomi ceritakan, tapi pria itu secara konyol juga ikut terdiam bersama Rana yang terkejut.Digenggam tangan yang jelas lebih besar dari tangannya, dalam pikir Rana kini peduli setan dengan kekonyolan yang akan timbul dalam diri Tomi setelah berpegangan tangan. Rana hanya ingin tahu lebih lanjut dan lebih di jelas di tempat yang tenang, berjalan cepat ia sambil tetap memegang tangan kakak ipar mencari berbagai restoran dalam mal yang memiliki area makan dengan pemandangan indah.Dari ramainya konten media sosial tentang pembukaan mal pinggir kota ini, tak sedikit juga konten yang menunjukkan adanya beberapa

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (111) Obrolan Tomi

    Langit jingga menghiasi sebagian langit di muka bumi, kicauan burung tak perlu diharapkan jika tinggal di pusat kota. Bagi penghuni pusat kota, langit jingga yang indah bisa menjadi suram dengan sejuta drama pekerjaan yang harus dibawa pulang, jadwal lembur yang mendadak, permasalahan di tempat kerja, permasalahan di rumah yang sudah menanti, dan kekonyolan banyak orang di jalan yang macet.Dimana tawa dan senyum bagi penghuni pusat kota kala jingga itu mewarnai langit dengan gembira? Mungkin ada, tapi tidak banyak, dan semakin tidak banyak saat akhir bulan setelah libur panjang."Hai, Rana," sapa seorang pria setelah menekan klakson mobilnya di pinggir jalan dekat area kantor Rana.Tersenyum kecil wanita yang disebut namanya itu, bergerak anggun ia membuka pintu mobil untuk masuk dan duduk di samping pengemudi. Ada kecanggungan dan rasa enggan yang luar biasa, tapi tujuan hidup tetaplah menjadi fokus utama untuk hidup yang lebih tenang."Hai," kata Rana menjawab sapaan ringan itu sam

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (110) Keputusan satu

    "Jadi menurut kamu gimana?"Empat kata dalam pertanyaan pertama, empat kata yang diharap cemas berhasil memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti, dan empat kata yang sangat membingungkan."Aku enggak sangka ternyata secepat ini," tanggap Kalil masih enggan menatap istrinya, ada perasaan lain yang semakin menggelora dalam dirinya, perasaan yang menuntut untuk lebih sering bersama Rana, perasaan yang terus ingin tahu semua hal yang Rana lakukan.Hanya dua harapan Kalil pada Rana kini. Tidak gagal memiliki secara utuh, dan ini bukanlah perasaan obsesi, Kalil tidak ingin memiliki obsesi seperti Tomi, yang bisa menjadi dendam hingga merepotkan banyak pihak, "sama," jawab Rana pelan penuh kepasrahan."Sebelum aku berpendapat, menurut kamu gimana?" tanya Kalil menanggapi pertanyaan Rana sebelumnya dengan serius."Aku?" kata Rana menoleh ke suaminya yang sedang mengemudi, tersenyum kecut ia sebelum menghela napas panjang, "aku agak malas sih ya, lagi pula cewek bodoh mana selain kakakk

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (109) Pesan di pagi hari

    Lagi, lagi, dan lagi. Seolah kesunyian menjadi pihak ketiga dalam hubungan Kalil Nayaka dan Kirana Zendaya, terikat pernikahan selama lebih dari satu tahun dan tinggal satu atap bersama meski berbeda kamar, tidak membuatnya dapat menjauhkan kesunyian dalam hubungan.Menguatkan komunikasi, katanya. Bertekad saling percaya, katanya. Tapi kenyataan yabg terjadi? Masih saling curiga, menyembunyikan hal yang dirasa dan dipikirkan, dan hanya mengurangi filter pembatas masing-masing, hingga terlihat dekat walau masih tidak terlihat seperti suami istri."Kamu kenapa?" tanya Rana pada suaminya yang sedari tadi hanya bermain ponsel, sekian menit sejak tiba di rumah, sekian waktu sejak keluar dari rumah Jessica, dan untuk ke sekian kalinya hanya kesunyian menjawab pertanyaan yang sama, "ya sudahlah, dari tadi aku nanya tapi enggak dijawab sama sekali, mending istirahat," ketusnya beranjak dari duduk."Aku cemburu," gumam Kalil menjawab singkat, jawaban yang tentu berhasil membuat Rana sontak me

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (108) Rumah Kak Jess

    "Kandungan?" tukas Rana dan Kalil serempak, "Kak Jess hamil?" lanjut Rana masih terkejut."Iya, sudah empat bulan," jawab pria bernama Tomi Uraga itu, pria yang berstatus sebagai kakak ipar Rana tapi pria yang juga pernah menjadi penguntitnya.Terasa aneh, kadang menakutkan, seringkali juga membingungkan. Tapi bagi Rana, namanya bukan hidup jika tidak dipenuhi berbagai hal tidak terduga. Sederhananya, seorang Kirana Zendaya jadi menikah hanya karena selalu didesak dan diganggu orang tua?"Dan badannya sekarang jelek banget, mukanya kusam, susah makan, pemalas juga," lanjut Tomi melambatkan langkahnya agar berjalan di samping Rana, secara sadar memaksa Kalil untuk berjalan di belakang Rana, "dia juga emosian, kalau mau bicara atau dia bicara kasar, bentak saja, biasanya bakal nangis doang," ucapnya lagi lalu berjalan cepat meninggalkan Rana dan Kalil yang sontak berhenti melangkah.Menyipit perlahan mata Rana mendengar ucapan kakak iparnya, sangat ingin dirinya untuk bertanya ulang dan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status