Seorang gadis desa yang selalu dianiaya layaknya budak oleh ibu tiri dan saudara tirinya. Dia adalah Alana si gadis lugu dan polos, dan harus dijual oleh sang ibu tiri kepada juragan bewok. Ternyata Alana dibeli oleh seorang duda muda dan kaya dari kota yaitu Arka. Namun Arka membeli Alana hanya untuk dijadikan pengasuh anaknya yang masih berusia empat tahun, bukan dijadikan istri. Akankah kehidupan Alana lebih membaik setelah pindah ke kota atau Alana semakin menderita? Mari ikuti kelanjutan kisah Alana dan Arka dalam cerita "Menjadi Istri Duda Muda".
Lihat lebih banyak"Gak apa-apa Mas, cuma belum siap aja. Kalau udah siap nanti juga dibuka tanpa disuruh." Ucap Layla sedikit menjelaskan."Ouh, gitu, bukan karena kamu punya mata ninja kan?" Tanya Abidzar sedikit menggoda."Ish, apa sih Mas, ya nggak lah. Aku normal, masa punya mata ninja." Ucap Layla.Setelah itu mereka pun terlelap untuk beberapa saat. Hingga sampai waktu sholat Dzuhur, Layla terbangun terlebih dahulu. Sedangkan Abidzar masih begitu terlelap.Layla hendak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, dikarenakan Abidzar masih tertidur. Layla membuka cadarnya ke kamar mandi.Keluar dari kamar mandi dia langsung sholat Dzuhur, usai sholat Dzuhur dia hendak keluar kamar untuk memasak.Abidzar terbangun, dia terkejut Layla sudah tidak ada di kamarnya. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah satu. Dia langsung melaksanakan sholat Dzuhur sendirian.Ternyata Layla lagi memasak bersama Ratna- ibu mertuanya. Mereka sambil bercanda gurau menceritakan Abidzar semasa waktu kecilnya. Layla lup
"Iya, Ummah, ada apa?" Tanya Abi sekali lagi."Itu, besok ummah mau menginap di rumah kalian selama beberapa hari. Boleh kan?" Ucap mamanya Abidzar bertanya."Ya ampun, dikira ada apa, ya boleh lah Ummah. Boleh banget malahan, tiap hari disini juga boleh." Ucap Abidzar."Ya sudah, sana tidur, kasian Layla sendiri tuh, maaf ya, Ummah ganggu malam-malam." Nasihat mamanya Abi."Baik, Ummah." Ucap Abi sambil memutus panggilan telfon nya."Ada apa Mas? Ada sesuatu yang terjadi kah, Sampek Ummah nelfon malam-malam." Tanya Layla khawatir."Itu Layla, Ummah dalam beberapa hari ke depan mau menginap disini. Ummah besok siang mungkin kesini nya, cuma mau ngabarin itu aja sih." Jawab Abidzar menerangkan."Ouh, aku kira ada apa. Syukurlah kalau cuma mau bilang itu." Jawab Layla.Akhirnya mereka pun lanjut untuk tidur, Layla tetap tidur di kamar Abidzar. Dia masih berjaga-jaga takut Abidzar memerlukan sesuatu jika demam nya kambuh lagi. Akhirnya setelah hampir tiga Minggu mereka bisa satu kamar da
"Iya, gak papa kalau mau poligami kok Mas. Silahkan saja. Tapi jangan sama aku lagi." Ucap Layla sambil tersenyum. "Layla, jangan dengerin perkataan Abudzar ya, dia kalau ngomong emang suka aneh loh." Ucap Ratna.Abidzar hanya terdiam, akibat salah ucapnya. Semuanya jadi rumit. Pasti setelah ini dia akan dimarahin habis-habisan oleh Ummah nya.***Di lain tempat, Jihan berniat ingin menemui Abidzar lagi di Pesantren Modern. Dia mengira kalau Abidzar hari ini akan mengajar.Waktu masuk pintu utama, secara tidak sengaja dia berpasangan dengan seorang laki-laki yang tidak asing."Yusuf, ini kamu Yusuf kan? Santri pesantren Salaf Nurul Huda." Tanya Jihan meyakinkan."Iya benar, maaf ini dengan siapa ya." Yusuf lupa terhadap wanita itu. Padahal kepada Layla yang berubah penampilan dia tidak melupa. Aneh memang kalau pikiran sudah dikuasai rasa suka."Ini aku Jihan. Teman kamu dulu waktu masa Tsanawiyah. Masa lupa sih." Ucap Jihan sedikit kesal."Ouh Jihan ya, aku kira siapa. Soalnya kamu
Maryam hanya diam mendengar semua kata-kata yang terdengar pilu dari kakak perempuannya itu. Terlihat juga raut kecewa dari orang tuanya, kalau sudah begini apa yang harus Maryam lakukan. Maryam meminta maaf lalu kemudian tetap berjuang, atau Maryam terus bekerja hingga dia menabung banyak uang sampai keluarga nya bangga dan terbebas dari kekurangan, benar saja Maryam sekarang dilema."Maaf Bu, setelah gajian nanti Maryam lunasi hutang ibu. Dan setelah ini Maryam tidak akan menyusahkan lagi." Maryam mendekat dan duduk di depan ibunya. Lalu Kulsum, menghela nafas pasrah. "Sudah tidak apa-apa, tapi benar kata kakakmu, sebaiknya kamu jangan lanjut buat kuliah. Kita ini serba kekurangan, apalagi kalau kamu nanti kuliah sudah gak bisa kerja lagi. Kalaupun tetap kerja nanti takutnya kecapean.Maryam sadar, atau hanya sebatas mimpi. Satu-satunya orang yang Maryam anggap akan selalu mendukung ternyata juga sudah tidak yakin terhadap dirinya. Maryam tau diri, cukup, dia sudah tidak punya lagi
Abidzar sudah sampai di pekarangan rumah nya. Dia langsung masuk. Sesampainya di dalam dia tidak melihat keberadaan istrinya.Ternyata Layla sedang berada di dapur. Layla sedang mempersiapkan makanannya."Assalamu'alaikum Layla." Ucap Abidzar."Wa'alaikumussalam Mas. Sudah pulang? Gimana kerjaan nya hari ini." Tanya Layla sambil menyalami Abidzar."Alhamdulillah baik. Setelah ini liburan semester ganjil selama dua Minggu. Jadi Mas bisa nemenin kamu tiap hari." Ucap Abidzar sambil menggenggam tangan Layla."Alhamdulillah kalau lancar Mas. Padahal aku udah besar, gak usah ditemenin loh." Canda Layla dengan tersenyum hangat."Iya iya udah besar, tapi kan Mas pengen nemenin.""Iya Mas, yaudah makan dulu yuk. Pasti lapar kan?"Akhirnya mereka langsung makan siang, sebenarnya sudah sore. Tapi memang tadi Abidzar waktu di pesantren modern belum makan siang. Banyak tugas dan kerjaan yang harus diselesaikan di hari ini juga.Waktu mereka makan dan saling mengobrol ringan, terdengar suara oran
"Ouh Maaf. Tadi saya cuma gak sengaja mau belikan Layla es krim." Ucap Yusuf kebingungan."Jangan diambil!" Larang Abidzar pada Layla."Mas, kan cuma es krim. Gak apa-apa ya?" Pinta Layla memelas. Dia tidak enak hati pada Yusuf yang telah berbuat baik pada dirinya.Akhirnya Layla mengambil es krim itu. "Makasih ya Yusuf. Lain kali jangan repot kek gini." Ucap Layla sambil tersenyum.Yusuf hanya mengangguk pelan. Kemudian memilih meninggalkan Layla dengan Abidzar.Abidzar menatap Layla yang memakan es krim nya itu tampak tidak suka. Bisa-bisa nya Layla menerima pemberian dari seorang Yusuf.Abidzar tidak suka dengan sikap Yusuf yang menurut nya berlebihan. Lebih ke arah melebihi teman. Anggap Abidzar penuh frustasi."Ayo kita pulang. Acaranya sudah selesai." Ucap Abidzar langsung menarik tangan Layla menuju mobil nya."Tapi Mas …" ucap Layla.Mereka pun akhirnya meninggalkan pesantren modern. Abidzar terlihat tidak baik-baik saja. Dia membawakan mobilnya cukup mengebut. Membuat Layla t
Namaku Layla, Aku lahir dari seorang ibu yang begitu baik. Beliau memberiku banyak kasih sayang dan cinta, hingga aku besar pun kasih sayang nya tidak pernah pudar.Bagiku ibu lah segalanya, selalu menjadikan ratu. Ibu bisa menjadi teman untukku, Ibu bisa mendengar semua keluh kesah dan masalah ku.Tapi semua itu berakhir, saat itu kelulusan ku. Saat aku kelas tiga akhir, ibuku meninggal kan ku untuk selamanya. Aku sangat bersedih, berduka, dan aku benar-benar merasa jatuh. Kehidupan semakin berbeda. Semuanya terasa sepi, biasanya ibu akan selalu tersenyum hangat padaku.Kejadian itu sangat jelas ku ingat, dimana aku akan memberi ibu piala, tapi di saat itu juga ibu pergi dariku, untuk selamanya.Aku sebisa mungkin untuk ikhlas, aku berharap bisa bertemu dengan ibu suatu saat nanti. Aku, Layla, pernah menjadi santriwati teladan dua periode di pesantren salaf. Dimana saat periode pertama itu aku masih duduk di kelas tiga Tsanawiyah dan periode kedua disaat aku sudah jenjang Aliyah k
Layla terkesiap, dia sedikit terkejut dengan penuturan seorang pengurus itu. Mereka meminta Layla untuk ikut membantu mengajar santri putri, karena pesantren modern sedang kurang tenaga pengajar dalam bidang kitab."Insya Allah.saya bisa, tapi saya juga perlu persetujuan dari Ustadz Abidzar terlebih dahulu, mungkin bisa untuk memberi saya beberapa waktu untuk menanyakan perihal ini, Ustadzah." Jawab Layla.Layla sebenarnya sangat ingin, apalagi di rumah dia sering kesepian. Mungkin dengan mengajar di pesantren modern bisa mengisi waktunya lebih bermanfaat lagi. Tapi dia juga harus mendiskusikan nya dengan Abidzar."Alhamdulillah jika begitu, saya persilakan Ustadzah Layla untuk membicarakan nya terlebih dulu dengan Ustadz Abidzar." Tutur seorang Ustadzah berjilbab hitam syar'i itu.Layla mengangguk patuh. Lalu dia beralih menatap Salsabila dan Sasa yang masih duduk di pojok depan ruangan itu."Kami pamit dulu Ustadzah, Alhamdulillah kaki Salsa sudah sedikit membaik." Ucap Sasa dengan
Arka bersama Ana dan juga Gio tengah berada di sebuah rumah yang cukup besar. Namun tak semewah rumahnya. Terlihat Arka tengah menyuapi sang Mama yang tengah berbaring di ranjang kasurnya.“Ma, ayo makan dulu,” pinta Arka. Laki-laki itu sedari tadi membujuk sang mama. Terlihat wajah pucat dari Rika.Rika menggeleng pelan. Tangannya digengam oleh Gio. Anak laki-laki itu begitu paham dengan keadaan sang neneknya yang tengah tidak baik-baik saja.“Kalau mama tidak makan, nanti sakit,” ujar Arka. Dia terus berusaha menyuapi mamanya dengan bubur hangat yang telah dibuat oleh sang istri.“Gimana, surat cerai mama sama papamu sudah ditandatangani?” tanya Rika dengan bibir yang sangat pucat.Arka menghela nafasnya panjang. “Iya ma, sudah. Sekarang mama makan dulu, jangan pikirin hal lain dulu,” ucap Arka tak ingin keadaan mamanya semakin memburuk.“Segera diurus, Arka. Mama tak ingin ada hubungan lagi dengan Abraham. Dia laki-laki jahat, kamu juga jangan dekat-dekat dengan laki-laki itu,” per
“Seratus juta, saya bayar sekarang juga!” ucap seorang laki-laki memakai topi Koboy berwarna coklat. “Dia masih perawan, bang. Dua ratus juta gimana?” rayu seorang perempuan paruh baya berumur sekitar empat puluh tahun. “Jika benar dia perawan, saya bisa tawar menjadi tiga ratus juta!! Saya lagi butuh pendamping,” ucap laki-laki itu sambil mengelus jenggot brewoknya. “Saya setuju, bang Bewok,” ucap perempuan itu dengan tersenyum lega. Laki-laki tua itu lalu mengeluarkan satu koper berisi uang merah menyala. Lalu memberikan uang itu pada perempuan tadi. Dengan tatapan semringah, perempuan itu langsung merampas koper itu. “Dania, ibu banyak uang!!” panggil perempuan itu dengan tatapan sangat bahagia sambil memanggil sang anak. “Woahh, akhirnya perempuan bodoh itu laku juga!” ucap perempuan yang jauh lebih muda darinya. Kedua orang itu terlihat begitu bahagia menyambut uang merah bertumpukan di depannya. Sementara di ujung ruangan itu terlihat seorang perempuan yang sedang ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen