Beranda / Pernikahan / Menjadi Istri Duda Muda / 3. Istri tak dianggap

Share

3. Istri tak dianggap

Penulis: El Alfun27
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 22:03:19

Setelah selesai makan, Ana langsung membereskan piring bekas makanannya. Lalu dia beranjak pergi menuju kamarnya. Saat dibalik tembok, Ana menghentikan langkah ketika mendengar omongan Arka dengan bang Bewok.

"Tuan Arka. Gimana dengan kabar non Gisel? tanya bang Bewok.

Arka mematikan laptopnya, tanda kerjaan dia telah selesai. "Saya sudah putus kontak dengan dia, Bang," sahut Arka sambil menyesap kopi kesukaannya.

"Sebaiknya Tuan merahasiakan pernikahan Tuan ini dengan Ana," saran dari Bang Bewok untuk Arka.

"Tidak, tidak perlu dirahasiakan. Lagipula saya dengan Gisel sudah tidak ada hubungan sama sekali," ucap Arka yakın.

"Baik Tuan, jika itu kehendak Tuan. Saran saya, perlakukan Ana dengan baik. Dia gadis baik, hanya saja tidak beruntung dalam hal ekonomi," ucap bang Bewok.

"Saya hanya ingin Ana menjadi perawat untuk Gio. Masalah pernikahan, bisa dipikirkan lain kali," ujar Arka.

Meskipun kedua orang itu sebagat atasan dan bawahan. Namun bang Bewok sudah seperti kakak untuk Arka. Dia sangat mengenal karakter dari sang tuannya. Begitupun Arka juga menganggap bang bewok sebagai keluarganya sendiri.

Sementara Ana masih terdiam di balik tembok ruang tamu. Dia masih meresapi perbincangan Arka dan bang Bewok. Ada rasa sakit dalam hatinya saat mengetahui ucapan Arka.

“Pak Arka, ternyata saya dijadikan istri kedua? Meskipun saya hanya gadis desa yang dijual. Tapi saya juga punya harga diri. Saya gak pernah bermimpi akan menjadi istri kedua seperti ini. Lebih baik ceraikan saya saja pak,” ucap Ana menghampiri Arka dengan tangisan yang menyertai. Dia bisa menerima dijadikan baby sitter. Tapi kalau sampai harus jadi istri kedua. Rasanya dia tak ingin sama sekali.

Arka menoleh ke Ana. Dia mengerutkan dahi. Sepertinya Ana salah paham. Bang Bewok memilih pergi dari ruang tamu itu. Dia sangat menghargai privasi dari Arka. Dan sudah menjadi bagian dari tata Krama seorang bawahan kerja.

“Jaga ucapan kamu, Ana. Kamu saya beli untuk merawat putra saya,” ucap Arka.

“Setidaknya Pak Arka tidak menjadikan saya istri kedua. Saya sangat tidak suka dan tak pernah ingin jadi seorang madu,” lirih Ana dengan sisa suaranya.

“Kamu salah paham. Saya sudah bercerai dengan istri pertama saya,” ucap Arka lalu dia menaiki tangga ke lantai atas.

Ana pun terkesiap dibuatnya. Menjadi istri seorang dua bukanlah keinginan dia. Namun kenyataan itu harus dia terima. Mungkin Ana sempat berpikir kalau Arka masih telrihat muda. Dan awalnya Ana tak percaya kalau Gio itu anaknya. Tapi sekarang dia sudah sangat percaya.

Ana langsung kembali ke kamarnya dengan wajah menahan malu. Tidak pernah dia bayangkan kalau takdirnya akan berakhir di kehidupan seperti ini. Menjadi istri satu-satunya merupakan keinginan. Tapi menjadi istri dari seorang duda? Tidak pernah Ana bayangkan.

***

Sore harinya, Ana menemani Gio bermain. Anak kecil itu sudah mulai cukup mengenal Ana. Ana berusaha untuk menerima takdirnya meskipun terasa begitu sakit.

Tok tok tok

Ada suara ketukan pintu di kamar Ana. “Non,” panggil seorang perempuan.

Ana membuka pintu. “Siapa ya?” tanyanya.

“Saya bi Sri, pembantu disini,” ucap perempuan tua itu.

Ana pun keluar dari kamar setelah Gio merasa tertidur dengan lelap. “Ouhh, iya bi, perkenalkan saya Ana,” ucap Ana mencium tangan Bi Sri.

“Istri baru tuan Arka ya non,” ungkap bi Sri. Keduanya pun berjalan menuju dapur.

“Entahlah bi, saya pun bingung. Saya ini sebenarnya siapa sih,” ungkap Ana dengan kesal. Mengingat perlakuan Arka padanya.

“Sabar ya non, semoga nanti tuan Arka jatuh cinta beneran deh sama non Ana. Bi Sri doain,” ucap bi Sri tersenyum penuh saat berjalan di samping Ana.

“Aduh bi, kayaknya gak mungkin deh. Saya cuma dijadikan pengurus anak saja sama sama dia,” ucap Ana mengeluh.

"Non, jangan bicara seperti itu. Hati itu kan bisa berbolak balik. Siapa tau nanti Tuan Arka bisa mencintai non Ana dengan tulus," saran dari BI Sri mencoba menhibur Ana.

"Saya tidak tau Bi. Saya cuma ingin kehidupan saya lebih baik," ucap Ana termenung menatap kosong ke depannya.

Bi Sri merasa kasihan. Lalu Bi Sri mencoba menepuk bahu Ana dan memberinya semangat. "Non pasti bisa melalui ini semua," lirih bi Sri.

"Iya bi," ujar Ana mengangguk.

Mereka pun melanjutkan aktivitas di sore hari. Ana membantu bi Sri memasak untuk menu makan malam. Sementara Gio sudah tidur setelah kecapean bermain. Lalu Ana dan Bi Sri saling bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing.

Terdengar bunyi mobil memasuki rumah besar bak istana itu. Arka memasuki rumahnya dengan gagah. Tampilan dia sangat gentle, meskipun dia sudah duda tapi tetap saja membawa kharisma.

“Dimana Gio?” tanya Arka saat berpapasan Ana sedang bersama Bu Sri di dapur.

“Gio sudah tidur dari tadi, Pak, sesudah mandi. Mungkin dia kelelahan sehabis bermain,” tukas Ana.

“Ouh, baguslah,” ungkap Arka langsung menuju ke lantai atas.

“Sabar ya non, Tuan Arka sepertinya lagi banyak masalah. Dia memang suka tempramen,” ungkap bi Sri.

“Gak apa-apa Bi, lagian juga saya bukan siapa-siapa nya. Jadi gak masalah meski dicuekin macam apapun,” ungkap Ana tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih.

“Eh non, gak boleh ngomong gitu. Meskipun non itu gak dianggap istri. Setidaknya non Ana harus bisa menjalankan kewajiban seorang istri. Insya Allah pasti berkah kok non,” ucap bi Sri.

“Eum, ada benarnya juga sih bi,” ungkap Ana. Dia jadi berpikir hal lain mengenai saran dari perempuan paruh baya itu.

"Sebenarnya tuan Arka itu sangat baik kok non. Sama semua pekerja disini saja dia baik, apalagi sama non Ana yang sudah sah jadi istrinya. Pasti suatu hari nanti tuan Arka sadar," ucap bi Mirna.

"Semoga saja bi, saya hanya ingin merawat Gio dengan baik," ucao Ana yang juga diangguki oleh Bi Mirna.

Malam harinya, Ana pergi ke dapur. Yang dimana dapur langsung terhubung dengan tangga menuju ke lantai dua.

“Aduh, Tuan Arka selalu bisa memuaskan saya,” lirih seorang perempuan dari lantai dua.

Ana menghentikan langkahnya. Bulu kuduknya meremang. Jantungnya berdetak kencang.

“Jangan terlalu cepat, saya suka permainan pelan,” ucap Arka dengan suara serak basah.

"Enak tuan, sekali lagi," pinta perempuan itu lagi.

"Jangan menyesal telah menggoda saya," titah Arka meneruskan permainannya.

Ana terduduk ke lantai. Suara itu sangat jelas di indra pendengarannya. Air matanya luruh seketika. Baru dua hari saja dia disana sudah seperti ini.

“Aduh, ada apa ini? Kenapa hatiku merasa sangat sakit dibuatnya,” lirih Ana merutuki dirinya sendiri. Dia memukul-mukul sekujur tubuhnya.

“Saya sudah transfer,” ucap Arka menuruni anak tangga sambil menggandeng seorang perempuan berpakaian sexy.

“Oke tuan, terima kasih. Saya langsung pergi,” ucap perempuan itu menuruni tangga. Tanpa mempedulikan Ana yang sedang menangis di lantai.

“Kamu kenapa?” tanya Arka saat melihat Ana. Dia seperti orang yang tidak bersalah.

Ana pun beranjak dari lantai. Dia berdiri dengan nafas memburu. “Pak Arka, sepertinya saya tidak bisa melanjutkan perintah bapak. Tolong pulangkan saya ke kampung lagi. Saya masih ingin melanjutkan pendidikan,” ucap Ana dengan tegas. Pikirannya mulai kacau setelah mendengar suara- suara itu.

“Maksud kamu?" Tanya Arka mendekati Ana yang tengah kecewa.

"Sa- saya sepertinya tidak bisa menjadi perawat untuk Gio," ujar Ana menunduk. Dia sambil menghapus sisa air matanya.

"Lalu?" tanya Arka kembali. Dengan tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Barusan itu, istri pertama bapak?" tanya Ana mengalihkan topik. Meskipun ada rasa sadar diri untuk tak membahas hal yang bukan menjadi urusannya.

"Rekan kerja, kamu jangan ikut campur," ucap Arka dengan dingin.

"Tapi pak," tegur Ana.

"Jangan berharap banyak dari saya, Ana," peringat Arka membuat Ana tersadar. Arka langsung meninggalkan Ana yang masih mematung.

Apa yang akan Ana lakukan. Tetap bertahan atau memilih untuk pergi dari laki-laki seperti tuan Arka??

Bersambung …

Bab terkait

  • Menjadi Istri Duda Muda   4. Pembelaan

    Pagi ini seperti biasa kegiatan Ana adalah mengirus Gio. Ana mencoba melupakan kejadian tadi malam. Setelah bangun tidur, dia melakukan aktivitas seperti biasanya. Gio terlihat menggeliat dengan tenang. Sepertinya masih terlalu pagi untuk membangunkan Gio. Palagi masuk sekolahnya masih jam delapan. "Kasihan, bayi sekecil ini sudah harus ditinggal oleh ibunya," lirih Ana mengusap wajah Gio begitu pelan. Sudah seminggu Ana di rumah besar itu. Namun Ana tak merasakan kebahagiaan sebagai seorang istri. Yang ada hidupnya semakin memperihatinkan. Ana harus menaruhkan usia mudanya untuk mengurus anak kecil yang sudah aktif- aktifnya. Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan sosok Arka. “Besok ikut saya ke acara penting. Ada pertemuan dengan klien,” ucap Arka sambil menciumi anaknya. “Baik, Pak,” ucap Ana menurut. “Oke, saya ke atas dulu,” ucap Arka beranjak meninggalkan kamar itu. “Pak, tunggu,” ujar Ana menghentikan langkah Arka. “Hmm,” sahut Arka membalikkan badan. " Kalau bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Menjadi Istri Duda Muda   5. Puaskan saya, Ana!

    Arka tampak mondar mandir di atas balkon. Ana yang sedang membantu bi Sri menyiram tanaman, dapat melihat dengan jelas kebingungan Arka. “Ada masalah ya Non?” tanya bi Sri. “Sepertinya bi, mungkin gara-gara membela saya kemarin. Pak Arka menaruhkan pekerjaannya hanya untuk membela saya,” ucap Ana bersedih hati saat mengingat kejadian kemarin. “Bagus dong non, berarti tuan Arka itu tanggung jawab. Meskipun masih belum memperlakukan non sebagai layaknya seorang istri. Tapi di depan semua orang bisa membela istrinya,” ucap bi Sri membuka pikiran Ana. “Bi Sri benar, dia ternyata sebaik itu. Selama ini saya terlalu berpikir buruk dengan pak Arka,” ucap Ana terus memandangi Arka yang terlihat termenung. Setelah selesai dengan urusannya, Ana kembali mengecek keadaan Gio. Bayi kecil itu masih konsisten dengan tidurnya yang sangat pulas. Akhirnya Ana memilih untuk membawakan makan siang dan minuman untuk Arka. “Pak Arka,” sapa Ana membawa sebuah nampan. “Saya sudah larang kamu unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Menjadi Istri Duda Muda   6. Tuan Arka yang Hot

    Arka melepas Ana dari cengkramannya. Sementara Gio yang terbangun langsung memeluk Arka. “Pa,” panggil Gio. Arka yang tadinya tak sadarkan diri langsung menyadari perbuatannya barusan pada Ana. Sementara Ana langsung mengambil baju dan pergi ke kamar mandi. Ana mengutuk dirinya di dalam kamar mandi. Dia terdiam cukup lama dan berusaha menyadari kejadian barusan. Setelah merasa cukup, dia lalu keluar ke kamar. Di kamar hanya tersisa Gio yang kembali terlelap dalam tidurnya. Sementara Arka sudah tak nampak di kamar itu. Ana pun melanjutkan aktivitas malamnya dan tak lupa mengunci pintu kamarnya. *** Pagi harinya, Ana melakukan kegiatan seperti biasa. Dia sudah mulai terbiasa dengan tugasnya. Gio terlihat sudah rapi memakai seragam sekolahnya. Mereka sedang sarapan pagi. “Non Ana baik-baik aja kan?” tanya bi Sri menyapa Ana di meja makan. Ana melihat bi Sri sambil menyuapi Gio. “Iya bi, baik-baik aja kok,” ucap Ana. Lalu bi Sri mencoba duduk di sebelah Ana. “Rambutnya ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Menjadi Istri Duda Muda   7. Menjauhi-nya

    Sejak malam itu, Ana berusaha mengikis jarak dengan Arka. Semalaman dia tak henti menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan. “Tante Ana,” panggil Gio saat istirahat sekolah tengah berlangsung. “Iya Gio,” sambut Ana menerima kertas yang merupakan hasil dari gambaran Gio. “Jangan nangis terus, Tante Ana,” ucap Gio dengan tulus. Lalu dia kembali ke arena bermain bersama temannya yang lain. Ana tertegun, lalu dia segera menghapus sisa tangisan air matanya. Dan berubah fokus dengan kertas pemberian Gio. Dimana di kertas itu ada sebuah gambar perempuan yang sedang memetik bunga di taman. “Gambarnya bagus,” puji Ana sambil melihat ke arah Gio yang tengah tertawa bersama temannya. Ana mencoba menerbitkan secercah senyuman. Setidaknya, tidak semua orang di rumah itu membenci dirinya. Masih ada Gio yang baik padanya. Setelah selesai dari menjaga Gio. Lalu Ana mencoba keluar dari kamar untuk menemui bi Sri yang tengah bergurau dengan pak Martin yang merupakan satpam di rumah itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Menjadi Istri Duda Muda   8. Mendadak romantis

    Dua bulan berlalu. Kehidupan Ana terasa sangat menjenuhkan. Tak ada kebahagiaan lebih yang dia rasakan. “Pak, saya boleh tidak, sambil melanjutkan kuliah?” tanya Ana sedikit ragu. Sedari kemarin dia menahan pertanyaannya itu. “Lalu, Gio gimana?” tanya balik Arka. Dia melepas kacamatanya. Mereka berdua tengah berada di ruang kerja Arka yang terletak di lantai satu sebelah kamar Gio. “Saya mau ambil kelas malam. Kan biasanya kalau malam Gio sudah tidur,” ujar Ana menunduk takut. Dia tak yakin dengan keinginannya sekarang. “Gak bisa, Gio butuh kamu,” ucap Arka melarang Ana. “Saya janji bakal jaga Gio dengan baik, meskipun saya sambil kuliah,” ujar Ana meminta pertimbangan pada Arka. “Gak bisa, lagian kamu gak ada biaya kan buat lanjut kuliah?” tegur Arka. Keputusan laki-laki itu tetap saja tidak berubah. Tak ada jawaban, Ana memilih langsung keluar dari ruangan kerja Arka. Ana nampak sekali kecewa. Lalu dia masuk ke kamarnya dengan menangis. “Tante kenapa?” tanya Gio men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Menjadi Istri Duda Muda   9. Bertemu Papa Mertua

    Arka melepas tangan Ana saat mereka memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu. Arka kembali fokus menyetir. Sementara Ana memangku Gio yang telah tertidur pulas. “Bu, tadi itu Ana si gadis cupu dan culun kan?” tanya Dania masih ternganga melihat kepergian Ana. “Sepertinya bukan deh, kan dia jadi istri keduanya bang Bewok. Tadi itu bukan bang Bewok kok,” jawab Mirna menggaruk pelipisnya. “Apa jangan-jangan Ana selingkuh ya. Tapi gak mungkin sih selingkuh sama laki-laki kaya dan tampan,” ungkap Dania. Dia terlihat mondar mandir sambil membawa tas belanjaannya. “Udah lah jangan dibahas. Sepertinya barusan itu bukan Ana si gadis miskin itu,” ucap Bu Mirna. Dania pun menyetujui. Lalu mereka melanjutkan aktivitasnya berbelanja kembali. Sementara di rumah megah itu. Arka menggendong Gio menuju kamarnya. Anak itu begitu pulas dalam tidurnya. “Pak Arka, masalah tadi itu …,” ujar Ana menggantungkan kalimatnya. “Ibu tiri dan kakak tirimu kan?” tebak Arka setelah meletakkan Gio. “

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Menjadi Istri Duda Muda   10. Pura-pura polos dan lugu?

    Arka membantu Ana mengobati pahanya yang melepuh karena kopi panas yang tertumpah tadi. Dengan teliti dan penuh kehati-hatian, Arka terlihat fokus mengobati Ana. “Gimana?” tanya Arka melihat intens ke arah Ana. “Apanya ya, Pak?” tanya Ana sedikit loading dengan ucapan Arka yang irit dalam berbicara. “Masih perih nggak?” tanya Arka lagi memperjelas pertanyaannya. “Udah lumayan mendingan, Pak. Makasih ya,” ujar Ana terlihat sedikit membaik setelah tadi merintih kesakitan. “Ya sudah kamu pergi dari sini!” usir Arka pada karyawan perempuan tadi. “Sekali lagi, Maaf Nyonya Ana,” ujar perempuan itu menunduk dalam merasa bersalah. “Gak apa-apa kok, lagian juga gak sengaja kan,” ucap Ana memberikan senyum pada karyawan perempuan itu. Lalu karyawan perempuan itu meninggalkan ruangan Arka. Sementara Arka masih duduk di sebelah Ana. Gio mendekati Ana. “Tante gak apa-apa kan?” tanya Gio terlihat begitu sedih melihat kondisi Ana. “Gak apa-apa kok, Gio,” ucap Ana mengusap kepala G

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Menjadi Istri Duda Muda   11. Sakit hati dan sakit fisik

    Sakit dan semakin sakit. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itu yang Ana rasakan sekarang. Arka masih saja menganggapnya bukan siapa-siapa. Ana merengkuh di kamar mandi. Rasa perih di pahanya seakan sudah sembuh. Rasa sakit hatinya terus bertambah karena ucapan dan perlakuan Arka. Ana menyudahi mandi malamnya. Dia lalu memakai handuk kembali. Tok tok tok Pintu kamar itu berbunyi. “Iya, sebentar,” lirih Ana pelan. Semenjak kejadian malam itu. Ana tak lagi membiarkan pintu kamarnya tak terkunci. “Non, ayo makan malam,” ucap bi Sri di ambang pintu saat Ana membukanya. “Saya sudah kenyang, Bi,” lirih Ana pelan. Wajahnya terlihat pucat dengan bibir yang kering dan pecah-pecah. “Loh, ayo, Non harus makan. Wajah non Ana terlihat pucat,” ujar bi Sri memperhatikan dengan dekat wajah Ana. Ana menggeleng pelan. “Nggak Bi, Saya cuma lagi kecapean aja. Sudah ya, saya mau istirahat dulu,” ucap Ana tersenyum tipis. Tanpa menunggu jawaban Bi Sri. Dia langsung menutup pintu kamarnya. Bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Duda Muda   67.

    Zahra langsung menemui Kemal yang lagi mengobrol dengan Ummahnya. Zahra berlari mendekati Kemal dengan raut wajah sedih bercampur kesal. “Kak Kemal!” panggil Zahra. Kemal dan Balqis pun sedikit terkejut dengan suara Zahra.“Kenapa nak?” tanya Balqis dengan raut khawatir.“Ini ummah, kak Kemal lagi Deket sama temen di kampusnya. Padahal kan kata ayah Fakih, kak Kemal cuma boleh deket sama Zahra,” kesal Zahra dengan melipat kedua tangannya di dada.“Kumat nih orang,” gerutu Kemal. Sepertinya Kemal sudah muak dengan semua yang terjadi di hari ini. Dia sedang berurusan dengan dua wanita sekaligus dan dengan kasus yang sama.“Kenapa sih nak, Kemal,” pinta Balqis. Menyuruh Kemal untuk menjelaskan.“Jelasin gak kak Kemal ish,” geram Zahra. Dia sudah tak sabar mendengar penjelasan dari Kemal.“Aduh, gini ya Zahra. Kamu ini masih sangat muda tapi udah bahas kayak gitu. Kata ayah Fakih itu kan dulu, waktu kita kecil, waktu kita masih suka main bareng. Sekarang udah beda urusannya lagi, Zahra. T

  • Menjadi Istri Duda Muda   66.

    Ketiga Gus kembar pun langsung pergi kesana. Perasaan Fahri campur aduk. Setelah mendengar penuturan dari Fatah kalau Adiva ada di gedung kosong. Pikiran Fahri langsung kemana-mana. Yang dia pikirkan sekarang hanya keselamatan Adiva. Sementara di gedung kosong itu, Adiva tengah terbangun dengan wajah sembabnya. Dia selalu menangis tanpa henti. Sampai dia tertidur dan bangun dia kembali memangis lagi. Selalu seperti itu sampai pagi.Adiva membuka matanya, dia melihat cahaya. Beberapa jendela di gedung itu dibuka hingga cahaya begitu jelas disana. Di deoannya sudah ada beberapa orang. Terdiri dari dua laki-laki dan satu sosok perempuan yang menggunakan topeng.“Bangun juga kamu!” ucap perempuan itu menghampiri Adiva yang tengah menyipitkan mata.Bagian seluruh tubuh Adiva terasa sakit. Tangannya pasti sudah memerah. Kepakanya terasa pusing karena tidur dengan posisi yang tidak benar. Adiva benar-benar merasa lelah.“Tolong lepasin saya,” pinta Adiva dengan suara seraknya.“Sudah buat k

  • Menjadi Istri Duda Muda   65.

    Hari ini pembelajaran seperti biasa. Adiva sudah mulai mengajar kembali. Seperti sekarang ini Adiva mengajar kelas dua madrasah Tsanawiyah dengan materi “Jangan Dzolimi diri sendiri dan jangan Dzolimi orang lain”.“Para santri putri, kita hidup di dunia ini hanya sebentar. Kehidupan di dunia tak luput dari namanya bersosial. Kita harus bisa membangun sikap sosial yang baik. Dan yang paling penting jangan pernah dzolim dengan diri sendiri, dan juga jangan dzolim dengan orang lain,”“Contoh dzolim kepada diri sendiri yaitu tidak peduli dengan kebutuhan tubuh, seperti tidak makan, tidak minum. Itu kan namanya tidak sayang dengan tubuh sendiri. Itu namanya dzolim, karena sejatinya kesehatan itu mahal. Jaga kesehatan selalu,”“Contoh dari dzolim kepada orang lain, seperti membully, mencemooh, menjelekkan orang lain atau bahkan sampai menganggap rendah. Jangan pernah lakukan itu, bertemanlah yang baik-baik saja. Baik itu ketika di kelas, ketika di kamar atau ketika sedang di acara. Karena k

  • Menjadi Istri Duda Muda   64.

    Dua tahun berlalu. Ketiga Gus kembar pun wisuda barengan di tahun ini. Seperti sekarang mereka sudah selesai dengan acara wisuda. Lalu mereka berkumpul di gedung fakultas. Disana juga sudah ada Adiva yang memakai baju tiga dan di make up dengan sangat cantik.“Alhamdulillah, selamat semuanya atas gelar yang telah diraih,” ucap Adiva kepada ketiga Gus kembar.“Uhuy, S.ag sama S.ag nih, kapan tanggal tepatnya?” sindir Kemal pada Adiva dan Fahri.“Secepatnya gak sih,” imbuh Fatah yang menyenggol sang kakak. Fahri hanya tersenyum dibuatnya.Ashraf dan Balqis turut hadir. Mereka juga ikut tersenyum senang melihat anak-anaknya wisuda. Dan benar dengan Jani Ashraf yang akan menanggung biaya kehidupan Adiva. Ashraf menanggung biaya hidup Adiva. Dan Adiva pun tak keberatan setelah mendapat dukungan juga dari Fahri dan Balqis.“Doakan aja ya,” pinta Adiva sambil melihat Fahri. Keduanya juga saling menahan senyum. Lalu mereka berlanjut berfoto untuk mengabadikan moment di Lalu tiba-tiba datang

  • Menjadi Istri Duda Muda   63.

    Seminggu dari pernikahannya, Fahri dan Adiva tinggal di tengah kawasan pesantren Al Muhajirin. Rumah mereka pun bersebalahan dengan rumah Balqis dan Ashraf. Hanya jarak beberapa langkah saja dari sana.“Umi, Abi berangkat mau ngajar dulu ya,” pamit Fahri tengah merapikan pakaiannya.“Eh, kak, panggilannya ganti lagi ya?” Tanya Adiva. Sebab selama seminggu terakhir ini mereka memanggil dengan sebutan kakak dan adek.“Hehe, biar ada nuansa baru aja, Umi dan Abi, lucu kan?” sahut Ashraf sambil menampilkan senyuman termanisnya.“Hemm, boleh aja sih kak, eh Abi!” beo Adiva menyadari kesalahannya.“Ya sudah umi, Abi mau ngajar dulu ya, nanti siang mau lanjut urus rumah makan di Solo,” izin Fahri mendekati sang istri.Adiva memanyunkan bibirnya. “Adek mau ikut kak, umi maksudnya,” cengir Adiva. Dia masih belum terbiasa dengan sebutan barunya.“Aduh, jauh dek, kakak takut kamu kenapa-kenapa. Kamu juga masih pusing kan, barusan aja mual-mual. Apa jangan-jangan kamu udah mau hamil ya,” gelagat

  • Menjadi Istri Duda Muda   62.

    Fakih sudah datang terlebih dahulu sebelum pukul empat. Dia sengaja datang lebih awal dari Anggi. Sementara Anggi masih berada di jalan. Dengan keadaan jalan yang cukup ramai, masih sangat macet karena ini jam pulang kerja.Sementara faqih sudah menyiapkan tempat duduk khusus untuk dirinya dan juga anggi. Faqih juga sudah memesan minuman kopi kesukaan anggi yang di mana minumannya juga sama dengan kesukaan dirinya. Faqih menunggu anggi dengan duduk bersantai di ruang pojok kedai kopi di mana ini sudah tiga kali pertemuan mereka dan saat ini pertemuan yang direncanakan.Anggi datang dengan pakaian yang begitu sopan dan tidak seperti biasanya kali ini dirinya terlihat cukup pendiam dan sedikit berbicara. “Maaf ustad Faqih, sudah lama yah menunggu, maaf barusan di jalan macet banget jadi waktunya keteteran,” ungkap Anggi namun Fakih hanya menampilkan senyuman khasnya.“Tidak apa-apa, saya paham kok, ya sudah kamu duduk saja. Ini sudah saya pesankan minuman kesukaan kamu,” ungkap Fakih me

  • Menjadi Istri Duda Muda   61.

    Kepala Fatah cenat cenut, sejak tadi diganggu perempuan yang sudah beberapa bulan ini tak muncul. Sekarang malah datang lagi dan menganggu kehidupan Fatah kembali. Selama jam mata kuliah fokus Fatah menjadi pecah. Pikirannya kemana-mana.“Dasar cewek gak jelas, aish, stress kalau gini terus. Mana gak bisa main game, astaghfirullah, gini banget ujian hidup!” keluh Fatah memukul tas ranselnya.Fatah tak fokus sama sekali selama pelajaran berlangsung. Otak dia terus berputar dimana kejadian dia di tampar oleh sang Abah. Fatah merasa di dibedakan dari saudaranya yang lain. Padahal dia ingin berbeda dan hanya ingin melakukan semua keinginan yang menurutnya dia suka.Fatah keluar kelas dengan wajah lesu. Dia langsung menghampiri sopirnya di parkiran khusus mobil. Sesampainya disana dia kembali terkejut.“Iya pak, sudah lama ya jadi sopirnya Fatah?” tanya Alya sudah terlihat sangat akrab dengan sopir yang ditugaskan untuk mengantar dan menjemput Fatah.“Iya mbak, saya sudah sekitar tujuh tah

  • Menjadi Istri Duda Muda   60.

    Setelah sadar dari komanya, Kemal masih harus melakukan perawatan berlanjut di rumah sakit. Mau tidak mau, Ashraf dan Balqis menyerahkan pada Gibran dan istrinya untuk mengatasi semua urusan pesantren teebih dahulu. Dibantu juga Fahri dan Fatah yang juga sudah terbiasa dengan tugas-tugas di pesantren.Seperti saat ini, Fahri sedang mengisi materi untuk semua santri pesantren Al Muhajirin. Sebab hari ini bertepatan dengan acara sholawat Akbar di pesantren Al Muhajirin.“Para santri yang dirahmati oleh Allah SWT. Saya mewakili Kyai Ashraf untuk memberi beberapa amanat untuk kalian semua. Yang pertama, Kyai Ashraf dan Nyai Balqis meminta maaf karena belum bisabhadir pada sholawat Akbar malam ini. Lalu yang kedua, kyai Ashrydan Nyai Balqis meminta para santri untuk menyumbang doa pada Gus Kemal yang sedang dirawat di rumah sakit pasca koma selama sembilan belas hari. Dan pesan yang ketiga, kalian harus tetap disiplin selama beraktivitas dan belajar di pesantren Al Muhajirin. Sebab kyai As

  • Menjadi Istri Duda Muda   59.

    Kemal dan Fatah melotot tajam mendengar penuturan dari Fahri. “Bang, serius aja. Kita bertiga gak jago berantem loh,” Celetuk Fatah kebingungan, dia menyenggol bahu kakaknya, Kemal. “Iya Bang, mau ngelawan mereka dengan cara apa emang? Lomba pidato atau debat kita gitu, nggak lucu bang!” timpal Kemal menggaruk telinganya.Fahri tersenyum samar. “Mau dimana dan kapan?” tanya Fahri pada kelima orang itu. Fahri tak mempedulikan keluhan kedua adiknya.“Nanti malam jam delapan, di markas jalan pahlawan dekat dengan pabrik tahu,” ucap ketua dari pasukan itu yang katanya teman dekat dari Farhan.“Oke,” sahut Fahri. Lalu kelima orang itu meninggalkan mereka.Ketiga Gus kembar pun langsung membereskan kekacauan yang kelima orang itu buat. Kemal memanggil montir langganannya untuk mengurus kedua motor yang mereka pakai pergi ke kampus.“Bang, beneran nggak barusan?” tanya Fatah lagi. Dia masih penasaran dengan rencana apa yang sebenarnya sangat kakak buat.“Aku gak ikut-ikutan bang. Banyak tug

DMCA.com Protection Status