Beranda / Pernikahan / Menjadi Istri Duda Muda / 2. Hanya seorang baby sitter

Share

2. Hanya seorang baby sitter

Degg!

Seketika detak jantung Ana seakan terhenti. Raut wajahnya kembali khawatir.

“Tapi Pak, kenapa harus saya. Buat apa menikahi saya secara hukum dan agama. Kalau memang butuh baby sitter kenapa tidak menjadi orang yang ahli saja. Saya tidak punya pengalaman dalam hal ini," lirih Ana mencoba mengelak.

“Sudah, lakukan saja tugas yang saya perintahkan. Kamu telah saya beli dengan harga mahal," titah Arka.

“Pak, beri saya satu kesempatan. Saya hanya ingin melanjutkan pendidikan saya,” protes ana. Dia masih bersikeras menolak.

Hati Ana terasa begitu sakit. Baru saja dia merasa bahagia karena dinikahi oleh seorang laki-laki kaya yang terlihat masih muda. Namun kenyataannya sangat pahit. Ternyata laki-laki itu sudah mempunyai anak.

“Lakukan saja apa yang saya mau, Ana!” kelakar Arka lalu meninggalkan Ana berdua dengan anak Gio.

Ana tak dapat melawan. Dia hanya bisa membatin, rasanya percuma membantah ucapan seorang Arka. Ana hanya melihat Gio dengan dekat. Rasanya begitu lelah. Hal yang tak pernah dia bayangkan adalah menjadi seorang baby sitter.

Tiba-tiba seorang perempuan berwajah mirip dengan Arka memasuki rumah mewah itu. Ana masih terdiam diluar kamar memperhatikan Arka yang mendekati perempuan itu. Namun perempuan itu langsung menunjuk ke arah Ana.

“Jadi kamu, istri baru Arka?” ucap perempuan itu dengan raut penasaran.

Ana diam mematung, dia tak kenal dengan perempuan itu. Dia terlihat bingung. Lalu Arka menengahi mereka.

“Mama. Ini Ana, istri Arka,” ucap Arka tiba-tiba menggandeng tangan Ana.

Veni melihat tampilan Ana dari atas sampai bawah. Dia terlihat tidak suka dengan penampilan Ana yang sangat terlihat biasa saja.

“Setelah menikahi perempuan sombong, sekarang kamu malah menikahi perempuan miskin. Selera kamu selalu rendahan, Arka!” sindir Rika sambil menatap Ana dengan sinis dan tak suka.

Arka lalu memegang tangan Ana dengan lembut. “Sudah Ma, ini pilihan Arka,” ucap Arka dengan dingin. Ana terkesiap dan sedikit kaget melihat tangan Arka memegang tangannya.

Ana memilih diam diantara kedua orang itu. Dia mencoba melirik ke sekitar yang ternyata banyak penjaga di kawasan rumah elit itu.

Rika menghampiri Ana. “Kamu perempuan miskin, sudah lakukan apa saja untuk membujuk anak saya agar menikahi kamu?” gertak perempuan berpenampilan mewah itu.

Ana tertegun dibuatnya. “Maaf, Bu. Saya tidak pernah melakukan apapun untuk Pak Arka,” lirih Ana sedikit ketakutan. Dia sambil melirik Arka yang terlihat tenang.

“Bohong, pasti kamu hanya mau harta anakku saja kan? Jujur kamu. Asal kamu tau ya, Arka ini gak akan pernah jadi seperti sekarang kalau tanpa Aku dan papanya. Camkan itu! Jadi kamu jangan berharap lebih meskipun sudah diperistri olehnya,” ungkap Rika dengan pandangan merendahkan.

Ana hanya menunduk dalam. Lebih baik dia diam saja daripada semakin direndahkan. Arka pun mengusap bahu Ana dengan lembut.

“Ma, pintu keluar ada disana. Silakan Mama pergi dari rumah Arka,” ucap Arka menunjukkan sebuah pintu besar dan megah.

“Tega kamu dengan mama kamu sendiri, Arka. Mama pastiin nanti kamu yang akan datang ke mama dan menyesal dengan pilihan kamu ini,” sungut Rika membuang pandangannya lalu pergi meninggalkan rumah itu.

Setelah kepergian mamanya, Arka langsung menatap Ana dengan tajam dan melepas tangan Ana. “Kembali ke dalam, kamu harus menjaga anak saya,” tunjuk Arka dengan murka.

“Maaf pak,” ujar Ana menunduk.

Ana tak ada pilihan lain saat melihat wajah amarah dari Arka. Mungkin Ana banyak kecewa setelah ucapan Arka dan mamanya barusan.

Arka lalu melanjutkan aktivitasnya. Dimana di luar rumahnya sudah ada beberapa penjaga kepercayaannya. Ada Bang Bewok yang ikut menyusulnya. Bang Bewok merupakan bodyguard Arka sejak dia kecil. Dan setelah Arka dewasa, Bang Bewok tetap ikut dengannya menjadi bodyguard dan kepercayaannya.

Jadi Arka begitu dekat dengan bang Bewok. Hingga suatu hari Arka dengan terpaksa meminta bang Bewok untuk mencarikan gadis baik-baik dari desanya. Untuk dinikahkan dengannya.

Arka bisa saja menyewa baby sitter lain, tapi dia ingin anaknya dapat perawat yang memang benar-benar baik dan tulus. Jadilah Arka membeli Ana dan menikahinya agar Ana bisa dekat dengan sang anak dan bisa menganggap Gio sebagai anaknya sendiri.

Malam harinya, setelah Ana berhasil menidurkan dengan berbagai cara sebab Gio banyak sekali alasannya agar tak tidur. Lalu Ana beranjak ke arah dapur.

“Ternyata susah juga ya nidurin anak kecil,” lirih Ana mengeluh. Dia sambil meneguk segelas air putih.

“Pembantu masih datang besok. Kalau mau makan kamu masak sendiri," ucap Arka yang tiba-tiba datang dari lantai dua.

Ana melihat sekilas lalu mengangguk. “Maaf Pak Arka, kamar saya di sebelah mana ya?” tanya Ana kebingungan. Pasalnya dia belum membereskan pakaiannya yang dia bawa.

“Ya kamu satu kamar dengan Gio,” jawab Arka langsung duduk di kursi santai.

“Lalu pak Arka dimana kamarnya?” tanya Ana lagi.

"Lantai dua," ucap Arka. Dia terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Kita tidak satu kamar ya, Pak?" tanya Ana dengan polosnya.

"Jelas tidak, disini kamu hanya pengasuh buat anak saya. Bukan sebagai istri," ucap Arka dengan tegas. Kesibukannya tidak teralihkan dari kerjaannya.

Ana tersentak mendengar itu. Lalu dia mengelus dadanya. “I- iya pak, maaf,” beo Ana. Lalu dia segera menuju ke kamarnya dan membereskan semua barang bawaannya.

Arka dapat melihat sosok Ana yang begitu polos namun sedikit keras kepala . Arka hanya melihat kepergian Ana dari hadapannya. Dia jadi teringat dengan seseorang.

Keesokan harinya, Ana bangun dengan memulai memandikan Gio. Soalnya anak itu harus pergi ke sekolah. Anak umur empat tahun yang sudah mengenyam pendidikan TK A.

Gio berlari dari sudut ke sudut kamar. Dia berteriak tidak mau menurut ke Ana. "Gak mau, Gio masih mau main," ucap Gio terus berlari dari kejaran Ana.

"Ayo Gio, kamu harus mandi," ucap Ana dengan kesusahan.

“Kamu urus anak saya dengan benar!” ucap Arka yang tiba-tiba masuk ke kamar itu. Dia terlihat baru saja bangun tidur. Mungkin dia terbangun karena mendengar teriakan Gio.

“Aduh, maaf pak. Ini daritadi Gio gak mau mandi," ungkap Ana sambil terus melihat Gio yang tengah memutari sudut ruangan.

“Coba cari cara lain, masa tidak bisa,” ucap Arka dan langsung meninggalkan kamar dengan perasaan kesal.

Ana terlihat ngos-ngosan. Arka dengan seenaknya meremahkan. Ana melihat ke arah Gio yang juga melihatnya. "Mandi ya, nanti setelah mandi baru main lagi," pinta Ana dengan tatapan memelas.

"Oke," ungkap Gio lalu menurut pergi ke kamar mandi. Akhirnya Ana dapat bernafas dengan lega.

Setelah selesai, Ana langsung menuju ke dapur berniat untuk masak. Dari kemarin dia belum makan sama sekali.

“Kamu tidak boleh ke lantai dua,” ucap Arka yang tiba-tiba berada di belakang ana.

“Iya pak,” sahut Ana. Dia mencoba untuk memilih beberapa makanan yang akan dia masam.

“Buatkan saya kopi hitam tanpa gula. Sama sandwich, saya mau sarapan,” perintah Arka sambil merapikan pakaiannya.

Ana pun patuh, dia langsung menyiapkan yang Arka minta. ‘Mau ngeluh ya percuma. Lagi pula pak Arka kan sudah sah jadi suamiku. Ini juga pasti akan bernilai pahala’, gumam Ana dalam hatinya. Dia masih berpikir positif dengan segala yang sudah terjadi padanya.

Setelah selesai, Ana pun langsung menghindangkannya di depan Arka. “Silahkan pak,” ucap Ana.

Arka pun langsung menyantap sarapannya beserta minuman kesukaan dia.

Ana merasa kalau dirinya tidak diuntungkan dalam hal ini. Dijual dan dijadikan pengasuh anak bukanlah sebuah impian bagi Ana. Ana pikir akan lebih baik hidupnya tanpa ibu tiri dan saudara tirinya. Ternyata sama saja, dia tetap menjadi suruhan dari orang sekitarnya.

"Jangan melamun, makanlah," titah Arka menyadarkan Ana.

"iya pak," sahut Ana langsung menyendokkkan suap demi suap makanan yang telah dia masak.

Ana bingung dengan sikap Arka yang super dingin dan tidak banyak bicara. Ana mencoba untuk fokus dengan makanannya saja.

"Kamu harus bisa menjaga anak saya dengan baik," peringat Arka.

Mengingat takdirnya saat ini yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Ana mengunyah makanan itu namun terasa pahit saat mendengar ucapan dari Arka. Ana hanya bisa pasrah dengan keadaan yang tak pernah dia mimpikan sebelumnya.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status