Beranda / Pernikahan / Menjadi Istri Duda Muda / 6. Tuan Arka yang Hot

Share

6. Tuan Arka yang Hot

Arka melepas Ana dari cengkramannya. Sementara Gio yang terbangun langsung memeluk Arka.

“Pa,” panggil Gio.

Arka yang tadinya tak sadarkan diri langsung menyadari perbuatannya barusan pada Ana. Sementara Ana langsung mengambil baju dan pergi ke kamar mandi.

Ana mengutuk dirinya di dalam kamar mandi. Dia terdiam cukup lama dan berusaha menyadari kejadian barusan. Setelah merasa cukup, dia lalu keluar ke kamar.

Di kamar hanya tersisa Gio yang kembali terlelap dalam tidurnya. Sementara Arka sudah tak nampak di kamar itu. Ana pun melanjutkan aktivitas malamnya dan tak lupa mengunci pintu kamarnya.

***

Pagi harinya, Ana melakukan kegiatan seperti biasa. Dia sudah mulai terbiasa dengan tugasnya. Gio terlihat sudah rapi memakai seragam sekolahnya. Mereka sedang sarapan pagi.

“Non Ana baik-baik aja kan?” tanya bi Sri menyapa Ana di meja makan.

Ana melihat bi Sri sambil menyuapi Gio. “Iya bi, baik-baik aja kok,” ucap Ana.

Lalu bi Sri mencoba duduk di sebelah Ana. “Rambutnya basah ya non,” ucap bi Sri melihat ke arah rambut Ana yang setengah basah.

“Iya bi, tadi pagi saya keramas. Soalnya udah dua hari belum keramas,” ucap Ana dengan lugunya. Dia masih belum memahami maksud dari bi Sri.

“Ouhh, terus gimana yang tadi malam non?” tanya bi Sri lagi sambil menyembunyikan senyumannya.

“Hah?” tanya Ana kebingungan mencoba memahami maksud bi Sri.

“Iya non, itu loh,” ucap bi Sri sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

“Bi Sri salah paham,” ucap Ana menaruh piring makanannya Gio. Lalu bi Sri tertawa puas dan meneruskan pekerjaan menyiapkan makanannya.

Ana menggigit bibirnya dalam. Dia tak ingin ada yang salah paham dengannya tadi malam. Belum sempat Ana menjelaskan, tiba-tiba Arka sudah turun dari lantai dua mengenakan pakaian rapinya.

“Tuan, sarapan dulu,” peringat Bi Sri pada Arka.

“Saya keburu, ada meeting pagi,” ucap Arka sambil melipat lengan bajunya. Sementara Ana mencoba fokus tanpa memperhatikan Arka.

“Papa,” sapa Gio. Arka langsung memeluk Gio sekilas lalu langsung melepasnya. Arka pun langsung meninggalkan kediaman rumahnya itu.

“Ayo Gio, saatnya berangkat sekolah,” ucap Ana. Gio pun menurut.

Sementara di sebuah bangunan besar. Di dalamnya tengah ada beberapa staff yang menghadang kedatangan kedua orang. Mereka mencoba memberikan penjelasan.

“Maaf Tuan dan Nyonya, Tuan Muda Arka tengah sibuk melakukan meeting bersama para klien penting,” ucap seorang staff penjaga resepsionis.

“Saya tidak peduli, mana Arka. Saya harus bertemu dia,” ucap Rika dengan wajah masamnya.

Sementara laki-laki di sampingnya tengah bersedekap dada. “Sabar Ma, kita tunggu sampai meeting nya selesai saja,” ucap laki-laki itu dengan tenang lalu duduk di ruang tunggu.

“Gak bisa begitu Pa, Anak itu sudah sangat berlebihan. Dia membuat kerja sama proyek kita menurun,” ucap Rika dengan amarahnya yang menggebu.

“Sudah Ma, jangan buat keributan. Malu, banyak karyawan Arka yang melihat dari tadi,” ucap Abraham. Dia tampak lebih tenang dari sang istri.

“Mama capek sama anak itu!” keluh Rika mengibas rambut pendeknya.

Lalu Arka tiba-tiba keluar dari ruang meeting dan langsung menemui orang tuanya. “Pa, Ma,” sapa Arka nampak menyambut kedatangan prang tuanya.

“Mama kecewa sama kamu, Arka,” ucap Rika langsung to the point.

“Ayo ke ruangan Arka,” ucap Arka tak enak jika harus berdebat dengan kedua orang tuanya di tempat banyak karyawan.

“Demi perempuan itu kamu merelakan kerja sama yang sangat besar dampaknya untuk perusahaan kita. Dimana pikiran kamu Arka?!” geram Rika dengan nada penuh kecewa.

“Ma, sudahlah. Kita kesini hanya ingin melihat Arka,” ucap Abraham.

“Pa, ini urusan penting …,” geram Rika masih dengan nafas menggebu.

“Arka, kenalkan Papa dengan istrimu. Bawa Gio juga, Papa rindu sama cucu papa itu,” ucap Abraham.

“Gio lagi sekolah. Kalau gak ada hal yang lebih penting lagi, mendingan Papa sama Mama pergi dari kantor Arka,” ucap Arka dengan dingin.

“Tuh kan Pa, anak ini gak tau diuntung emang!” ucap Rika memaki Arka.

“Jangan anggap Papa ini orang lain, Arka. Papa masih papamu sampai kapanpun,” peringat Abraham sebelum membawa sang istri meninggalkan gedung itu.

Arka meremas tangannya keras. Dia menatap ke kaca jendela di depannya.

Sementara di tempat lain. Ana sedang menjaga Gio di luar sekolah. Banyak juga mama muda yang menunggu sang anak dari luar kelas.

“Mbak, baby sitter nya Tuan muda Gio ya,” celetuk perempuan dengan pakaian sedikit terbuka.

“Eum, kenapa mbak?” Ana tak langsung meng iyakan pertanyaan perempuan itu.

“Beruntung banget ya, bisa ketemu setiap hari sama Tuan Arka yang paling tampan dan gagah itu. Duda Hot yang masih muda, siapa sih yang tidak mengenalnya,” ucap perempuan itu dengan heboh sambil membayangkan sosok Arka.

“Emang kenal ya mbak?” tanya Ana semakin penasaran.

“Gak kenal dekat sih. Tapi rata-rata orang daerah sini pasti kenal. Tuan Arka sudah seperti artis Hollywood tau. Banyak penggemarnya, apalagi mama muda orang tua siswa disini,” ucapnya makin heboh. Ana hanya menggeleng pelan.

“Ouh, gitu ya,” ungkap Ana terlihat biasa saja meskipun dia juga mengakui ketampanan suaminya itu.

Ana terlihat murung saat mengingat kalau dirinya adalah istri dari sosok yang tengah perempuan di depannya itu ceritakan.

“Salam ya mbak, buat Tuan hot Arka. Jadi orang jangan terlalu hot gitu, kan saya jadi kesemsem bayanginnya,” ucap perempuan tadi lalu pergi saat saat sang anak sudah datang.

Ana hanya manggut-manggut saja. Lalu Gio datang. Ana pun pulang bersama supir yang mengantar dan menjemput mereka.

Sesampainya di rumah. Ana langsung mengurus Gio. Sepertinya anak itu kecapean jadi dia langsung tertidur. Ana pun langsung membereskan mainannya yang berserakan di kamar.

Lalu Ana pergi ke dapur untuk membuat minuman karena siang ini terasa sangat panas. Ana membuat jus buah kesukaannya.

“Tuan Arka, manis sekali,” lirih suara seorang perempuan dari atas lantai dua.

Ana langsung terdiam. Jantungnya kembali berdegup kencang.

“Saya mau kamu lebih dari ini,” ucap Arka dengan nafas memburu.

“Baik tuan, apapun keinginan Tuan saya penuhi,” lirih perempuan itu.

Suara mereka dapat terdengar dengan jelas oleh Ana. Tanpa terasa air mata Ana turun dengan jelasnya. Ana tak dapat membendung nya.

Ana mencoba melanjutkan membuat jus buah. Dia mencoba untuk tak memfokuskan pendengarnya itu. Namun nihil, dia tetap mendengar suara kedua insan itu dengan sangat jelas.

Sebisa mungkin Ana menahan semuanya. Dia tetap lanjut meminum jus buah yang telah dibuatnya sampai tandas.

“Terima kasih Tuan,” ucap seorang perempuan menuruni tangga. Ana melirik sekilas ke perempuan itu. Perempuan berbeda dari sebelumnya.

Lalu Arka juga ikut turun dengan tatapan tajam ke arah Ana yang terlihat biasa saja. “Lagi apa kamu?” tanya Arka.

“Buat Jus, Pak,” ucap Ana menunjukkan gelas jusnya yang isinya sudah tinggal satu kali tegukan.

“Ouhh, untuk urusan tadi malam. Lupain, saya lagi mabuk berat,” ucap Arka.

“Segampang itu ya pak?” heran Ana. Ana mencoba menatap Arka dengan penuh pertanyaan.

“Jangan pernah berharap lebih, baby sitter Ana!” ucap Arka dengan menekankan tiga kata ucapannya di akhir.

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status