Home / Rumah Tangga / Menjadi Istri Duda Muda / 5. Puaskan saya, Ana!

Share

5. Puaskan saya, Ana!

Author: El Alfun27
last update Last Updated: 2024-08-30 11:41:25

Arka tampak mondar mandir di atas balkon. Ana yang sedang membantu bi Sri menyiram tanaman, dapat melihat dengan jelas kebingungan Arka.

“Ada masalah ya Non?” tanya bi Sri.

“Sepertinya bi, mungkin gara-gara membela saya kemarin. Pak Arka menaruhkan pekerjaannya hanya untuk membela saya,” ucap Ana bersedih hati saat mengingat kejadian kemarin.

“Bagus dong non, berarti tuan Arka itu tanggung jawab. Meskipun masih belum memperlakukan non sebagai layaknya seorang istri. Tapi di depan semua orang bisa membela istrinya,” ucap bi Sri membuka pikiran Ana.

“Bi Sri benar, dia ternyata sebaik itu. Selama ini saya terlalu berpikir buruk dengan pak Arka,” ucap Ana terus memandangi Arka yang terlihat termenung.

Setelah selesai dengan urusannya, Ana kembali mengecek keadaan Gio. Bayi kecil itu masih konsisten dengan tidurnya yang sangat pulas. Akhirnya Ana memilih untuk membawakan makan siang dan minuman untuk Arka.

“Pak Arka,” sapa Ana membawa sebuah nampan.

“Saya sudah larang kamu untuk naik ke lantai dua apalagi sampai masuk ke kamar saya!” peringat Arka terkejut waktu di atas balkon.

“Maaf pak, saya hanya membawakan ini,” ucap Ana menaruh nampan beserta isinya di atas meja.

“Saya masih kenyang,” ucap Arka mengalihkan tatapan dari Ana.

“Saya tau pak Arka belum makan sedari pagi. Ini sudah waktunya makan siang. Kalau Gio tau, pasti dia pengen pak Arka makan,” ucap Ana mengarahkan pada makannya.

“Kamu jangan selalu bawa-bawa Gio,” kata Arka mencoba meminum pahi hitam kesukaannya.

“Karena saya tau, Pak. Kalau Gio adalah segalanya buat bapak. Pasti pak Arka akan melakukan semuanya untuk Gio,” ucap Ana tersenyum lalu melangkah pergi dari sana.

Arka mencoba tersedar dan memikirkan bait demi bait ucapan Ana barusan. “Bahkan Gisel saja tidak pernah menyeduhkan aku kopi, apalagi sampai membawakan makanan,” ucap Arka menatap kepergian Ana.

Sore harinya, seperti biasa Ana akan menemani Gio bermain mainan favoritnya. Gio sudah mulai terbiasa dengan Ana. Tampaknya dia sudah menerima kehadiran Ana.

Tiba-tiba pintu diketok dari luar. “Saya nanti malam tidak pulang," ucap Arka dengan tampilan rapi saat pintu terbuka.

“Mau kemana memangnya, Pak?” tanya Ana sambil menemani Gio bermain robot-robotan. Sementara Gio memang tak terlalu dekat dengan ayahnya. Sebab Arka selalu sibuk dan sibuk dengan kerjaan.

“Ada kerjaan mendadak,” ucap Arka lalu dia juga ikut bergabung di dekat Gio sambil menemani bermain. Gio pun merespon.

“Saya cuma mau ngingetin, Pak. Kalau memang gak urgent banget lebih baik pulang. Kasian Gio, dia pasti butuh bapak,” peringat Ana.

“Terus kamu mau gitu, saya seperti kemarin? Melakukan di rumah ini?” tanya Arka menatap Ana penuh intens.

“Maksudnya yang mana ya pak?” tanya Ana kembali. Dia tak mengerti maksud Arka.

“Bermain bersama wanita lain,” lirih Arka membisikkan kata itu di telinga kanan Ana.

Ana langsung melotot tajam. “Astaghfirullah, jangan seperti itu, Pak. Bermain dengan gonta ganti perempuan itu kurang baik untuk kesehatan. Bisa kena Aids, dan tau kan kalau obat dari penyakit itu belum ditemukan sampai sekarang,” peringat Ana dengan nada bergetar. Dia malah mengingat malam menyedihkan itu.

“Saya tau itu,” ucap Arka dengan yakin.

“Baiklah, yang penting saya sudah mengingatkan bapak. Mau diambil ya silahkan, kalau tidak diambil ya tidak masalah,” ucap Ana mengedikkan bahu.

“Oke,” sahut Arka langsung memasang jaketnya dan keluar dari kamar itu.

Selepas kepergian Arka, air mata Ana langsung luruh seketika. "Tante kenapa?" tanya Gio. Baru kali ini anak itu bertanya tentang keadaan Ana.

"Tante gak apa-apa kok Gio," lirih Ana langsung menghapus air matanya.

"Tante jangan nangis ya, mendingan lanjut temenin Gio main," pinta Gio dengan nada omongan anak kecil.

"Iya Gio, ayo lanjut main," ucap Ana mencoba melupakan kejadian barusan. Setidaknya ada sosok Gio yang dapat menghibur Ana kali ini.

Setelah cukup lama bermain. Akhirnya Gio ketiduran dengan mainan ditangannya. Ana lalu berusaha memindahkan Gio ke atas ranjang. Karena kelelahan, Ana malah ikut tertidur di samping Gio. Kepalanya terasa pusing. Ana tertidur dalam keadaan sambil memangis. Rupanya dia belum bisa melupakan kata-kata Arka tadi.

***

Malam hari tiba, Ana terbangun di jam sembilan. Kepalanya terasa sangat pusing akibat tertidur dalam keadaan menangis. “Aduh, pusing banget,” sontak Ana terkaget melihat jam. Diliriknya Gio yang masih tertidur pulas.

Ana pun bangkit dari tempat tidurnya. Dia memakai handuk dan langsung membersihkan diri di kamar mandi.

Wajahnya sudah sembab dan memerah. Ana keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk saja. Sementara diluar, terlihat dua orang turun dari mobil.

Sepertinya Arka tak sadarkan diri, sampai dia bantu berjalan oleh Dion. “Pak, bawa dia ke dalam,” ucap Dion memerintahkan pada satpam.

Arka pun meminta di tidurkan di sofa ruang tamu. Lalu Arka tersadar dengan kepalanya yang begitu pusing. Lalu dia berjalan ke kemarin Gio dengan sempoyongan. “Gio,” ucap Arka dengan nada ngelantur memanggil anaknya.

Ana menoleh, tepat dengan tatapan Arka yang sudah setengah sadar. “Aaaa pak Arka!!” teriak Ana saat melihat Arka.

Ana langsung ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Arka dapat melihat kemulusan tubuh Ana yang hanya berbalut handuk.

“An, kamu mau menggoda saya, ya. Kenapa kamu hanya memakai handuk,” ucap Arka mendekati Ana.

Ana ketakutan dibuatnya. “Saya baru selesai mandi, pak. Lagian pak Arka kenapa tiba-tiba ada disini, cepat keluar,” pinta Ana memelas. Dia berusaha untuk mengeratkan selimutnya.

“Saya merindukan Gio. Kenapa kamu terlihat cantik, Ana," ujar Arka masih terlihat ngelantur. Arka semakin mendekati Ana sehingga keduanya tak berjarak sedikitpun.

“Pak, tolong jangan seperti ini. Bapak sendiri yang menikahi saya hanya untuk dijadikan baby sitter untuk anak bapak. Jadi jangan pernah sentuh saya,” pinta Ana saat Arka menyentuh wajahnya.

“Kamu juga terlihat sexy. Kamu istri saya kan? Boleh kan berarti saya sentuh," ucap Arka malah semakin mendekati Ana. Bibir mereka berdua bertemu.

Ana tetap memberontak. “Pak, tolong jangan seperti ini,” ujar Ana mendorong Arka sekuat mungkin. Arka yang tak sadarkan diri tidak bisa menahan tubuhnya hingga tersungkur ke lantai.

“Sepertinya saya mulai tertarik dengan tubuh polos kamu, Ana,” ucap Arka sedikit mengeraskan suara.

Ana ketakutan, dia menangis sekeras mungkin. Sementara di luar sana, Bi Sri dan pak Martin tengah bingung. Mereka berdua tak ingin ikut campur urusan majikannya. Tapi mendengar tangisan Ana, mereka begitu kasihan.

Lalu bang Bewok muncul di belakang mereka. "Tidak sopan ikut campur urusan majikan," peringatnya pada bi Sri dan Pak Martin.

"Maaf bang," ucap bi Sri dan Pak Martin bersamaan.

"Ayo pergi dari sini. Pak Arka dan non Ana itu sudah menikah, jangan campuri urusan rumah tangga mereka," ucap bang Bewok lebih tegas.

Lalu Pak Martin dan Bi Sri langsung pergi dari sana. Bang Bewok juga ikut pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara di dalam kamar itu. Arka masih menatap Ana dengan tatapan lapar setengah sadar. “Cantik, ternyata tubuh kamu begitu mulus. Tolong puaskan saya, Ana," ucap Arka mengelus pundak Ana yang terekspos.

Ana terus saja memberontak dari tatapan dan sentuhan Arka. Dia terus menggeleng keras. "Pak, tolong lepaskan saya!" pinta Ana terus menerus.

Saat Arka akan membuka handuk yang melilit di tubuh Ana. Tiba-tiba terdengar suara dari Gio yang terbangun.

"Papa," panggil Gio sambil mengucek matanya.

Arka menghentikan langkahnya. Kesadarannya mulai kembali. Gio terlihat bingung menatap kedua orang di depannya.

Apakah Arka akan melanjutkan kegiatan dewasa itu? atau Gio menyelematkan Ana dari terkaman buas tua Arka?

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Gio terbangun dari tidurnya karena berisik papa yang sudah tergoda istri halal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Istri Duda Muda   6. Tuan Arka yang Hot

    Arka melepas Ana dari cengkramannya. Sementara Gio yang terbangun langsung memeluk Arka. “Pa,” panggil Gio. Arka yang tadinya tak sadarkan diri langsung menyadari perbuatannya barusan pada Ana. Sementara Ana langsung mengambil baju dan pergi ke kamar mandi. Ana mengutuk dirinya di dalam kamar mandi. Dia terdiam cukup lama dan berusaha menyadari kejadian barusan. Setelah merasa cukup, dia lalu keluar ke kamar. Di kamar hanya tersisa Gio yang kembali terlelap dalam tidurnya. Sementara Arka sudah tak nampak di kamar itu. Ana pun melanjutkan aktivitas malamnya dan tak lupa mengunci pintu kamarnya. *** Pagi harinya, Ana melakukan kegiatan seperti biasa. Dia sudah mulai terbiasa dengan tugasnya. Gio terlihat sudah rapi memakai seragam sekolahnya. Mereka sedang sarapan pagi. “Non Ana baik-baik aja kan?” tanya bi Sri menyapa Ana di meja makan. Ana melihat bi Sri sambil menyuapi Gio. “Iya bi, baik-baik aja kok,” ucap Ana. Lalu bi Sri mencoba duduk di sebelah Ana. “Rambutnya ba

    Last Updated : 2024-10-05
  • Menjadi Istri Duda Muda   7. Menjauhi-nya

    Sejak malam itu, Ana berusaha mengikis jarak dengan Arka. Semalaman dia tak henti menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan. “Tante Ana,” panggil Gio saat istirahat sekolah tengah berlangsung. “Iya Gio,” sambut Ana menerima kertas yang merupakan hasil dari gambaran Gio. “Jangan nangis terus, Tante Ana,” ucap Gio dengan tulus. Lalu dia kembali ke arena bermain bersama temannya yang lain. Ana tertegun, lalu dia segera menghapus sisa tangisan air matanya. Dan berubah fokus dengan kertas pemberian Gio. Dimana di kertas itu ada sebuah gambar perempuan yang sedang memetik bunga di taman. “Gambarnya bagus,” puji Ana sambil melihat ke arah Gio yang tengah tertawa bersama temannya. Ana mencoba menerbitkan secercah senyuman. Setidaknya, tidak semua orang di rumah itu membenci dirinya. Masih ada Gio yang baik padanya. Setelah selesai dari menjaga Gio. Lalu Ana mencoba keluar dari kamar untuk menemui bi Sri yang tengah bergurau dengan pak Martin yang merupakan satpam di rumah itu.

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menjadi Istri Duda Muda   8. Mendadak romantis

    Dua bulan berlalu. Kehidupan Ana terasa sangat menjenuhkan. Tak ada kebahagiaan lebih yang dia rasakan. “Pak, saya boleh tidak, sambil melanjutkan kuliah?” tanya Ana sedikit ragu. Sedari kemarin dia menahan pertanyaannya itu. “Lalu, Gio gimana?” tanya balik Arka. Dia melepas kacamatanya. Mereka berdua tengah berada di ruang kerja Arka yang terletak di lantai satu sebelah kamar Gio. “Saya mau ambil kelas malam. Kan biasanya kalau malam Gio sudah tidur,” ujar Ana menunduk takut. Dia tak yakin dengan keinginannya sekarang. “Gak bisa, Gio butuh kamu,” ucap Arka melarang Ana. “Saya janji bakal jaga Gio dengan baik, meskipun saya sambil kuliah,” ujar Ana meminta pertimbangan pada Arka. “Gak bisa, lagian kamu gak ada biaya kan buat lanjut kuliah?” tegur Arka. Keputusan laki-laki itu tetap saja tidak berubah. Tak ada jawaban, Ana memilih langsung keluar dari ruangan kerja Arka. Ana nampak sekali kecewa. Lalu dia masuk ke kamarnya dengan menangis. “Tante kenapa?” tanya Gio men

    Last Updated : 2024-10-07
  • Menjadi Istri Duda Muda   9. Bertemu Papa Mertua

    Arka melepas tangan Ana saat mereka memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu. Arka kembali fokus menyetir. Sementara Ana memangku Gio yang telah tertidur pulas. “Bu, tadi itu Ana si gadis cupu dan culun kan?” tanya Dania masih ternganga melihat kepergian Ana. “Sepertinya bukan deh, kan dia jadi istri keduanya bang Bewok. Tadi itu bukan bang Bewok kok,” jawab Mirna menggaruk pelipisnya. “Apa jangan-jangan Ana selingkuh ya. Tapi gak mungkin sih selingkuh sama laki-laki kaya dan tampan,” ungkap Dania. Dia terlihat mondar mandir sambil membawa tas belanjaannya. “Udah lah jangan dibahas. Sepertinya barusan itu bukan Ana si gadis miskin itu,” ucap Bu Mirna. Dania pun menyetujui. Lalu mereka melanjutkan aktivitasnya berbelanja kembali. Sementara di rumah megah itu. Arka menggendong Gio menuju kamarnya. Anak itu begitu pulas dalam tidurnya. “Pak Arka, masalah tadi itu …,” ujar Ana menggantungkan kalimatnya. “Ibu tiri dan kakak tirimu kan?” tebak Arka setelah meletakkan Gio. “

    Last Updated : 2024-10-08
  • Menjadi Istri Duda Muda   10. Pura-pura polos dan lugu?

    Arka membantu Ana mengobati pahanya yang melepuh karena kopi panas yang tertumpah tadi. Dengan teliti dan penuh kehati-hatian, Arka terlihat fokus mengobati Ana. “Gimana?” tanya Arka melihat intens ke arah Ana. “Apanya ya, Pak?” tanya Ana sedikit loading dengan ucapan Arka yang irit dalam berbicara. “Masih perih nggak?” tanya Arka lagi memperjelas pertanyaannya. “Udah lumayan mendingan, Pak. Makasih ya,” ujar Ana terlihat sedikit membaik setelah tadi merintih kesakitan. “Ya sudah kamu pergi dari sini!” usir Arka pada karyawan perempuan tadi. “Sekali lagi, Maaf Nyonya Ana,” ujar perempuan itu menunduk dalam merasa bersalah. “Gak apa-apa kok, lagian juga gak sengaja kan,” ucap Ana memberikan senyum pada karyawan perempuan itu. Lalu karyawan perempuan itu meninggalkan ruangan Arka. Sementara Arka masih duduk di sebelah Ana. Gio mendekati Ana. “Tante gak apa-apa kan?” tanya Gio terlihat begitu sedih melihat kondisi Ana. “Gak apa-apa kok, Gio,” ucap Ana mengusap kepala G

    Last Updated : 2024-10-09
  • Menjadi Istri Duda Muda   11. Sakit hati dan sakit fisik

    Sakit dan semakin sakit. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itu yang Ana rasakan sekarang. Arka masih saja menganggapnya bukan siapa-siapa. Ana merengkuh di kamar mandi. Rasa perih di pahanya seakan sudah sembuh. Rasa sakit hatinya terus bertambah karena ucapan dan perlakuan Arka. Ana menyudahi mandi malamnya. Dia lalu memakai handuk kembali. Tok tok tok Pintu kamar itu berbunyi. “Iya, sebentar,” lirih Ana pelan. Semenjak kejadian malam itu. Ana tak lagi membiarkan pintu kamarnya tak terkunci. “Non, ayo makan malam,” ucap bi Sri di ambang pintu saat Ana membukanya. “Saya sudah kenyang, Bi,” lirih Ana pelan. Wajahnya terlihat pucat dengan bibir yang kering dan pecah-pecah. “Loh, ayo, Non harus makan. Wajah non Ana terlihat pucat,” ujar bi Sri memperhatikan dengan dekat wajah Ana. Ana menggeleng pelan. “Nggak Bi, Saya cuma lagi kecapean aja. Sudah ya, saya mau istirahat dulu,” ucap Ana tersenyum tipis. Tanpa menunggu jawaban Bi Sri. Dia langsung menutup pintu kamarnya. Bi

    Last Updated : 2024-10-10
  • Menjadi Istri Duda Muda   12. Mulai ada rasa

    Ana menoleh ke arah Arka. Jadilah kedua insan itu saling pandang sekarang. Di satu ranjang yang sama.“Kamu sudah dewasa, harusnya paham,” ujar Arka menatap Ana tanpa berkedip.“Saya gadis desa biasa, Pak. Belum pernah pacaran, jadi seharusnya bapak sudah tau jawabannya,” ucap Ana tak dapat membalas tatapan Arka. Dia memalingkan wajahnya melihat ke arah langit-langit atap kamarnya.“Ouh, tapi di zaman sekarang banyak loh, meskipun gadis desa tapi sering begituan,” imbuh Arka lagi sambil melirik ke Ana. Dia juga menatap langit-langit atap kamar itu.“Jadi sudah pernah begituan sama gadis desa ya pak?” pancing Ana yang langsung membuat Arka menoleh cepat.“Kurang ajar kamu! Ya nggak lah,” cecar Arka menolak tuduhan Ana.“Ouh, jadi sama gadis kota semua,” ungkap Ana berlagak paham maksud Arka.“Saya gak pernah begituan lagi, kecuali sama mantan istri saya dulu,” ujar Arka dengan suara dan tatapan serius.Ana langsung tersenyum miris. “Iya kah, Pak? Tapi sayangnya saya tidak percaya,” uca

    Last Updated : 2024-10-11
  • Menjadi Istri Duda Muda   13. Jangan dekati dia, kamu sudah bersuami!

    Dion dengan khusyuk mendengarkan cerita Arka. “Dia kenapa?” tanya Dion semakin penasaran. “Ya dia itu sepertinya polos banget. Masih perawan juga,” ucap Arka dengan raut khawatir. “Lah, bagus dong. Itu berarti bonus buat Lo,” ucap Dion. Arka beranjak dari kursi kebesarannya. “Gue insecure, kayak gak pantes aja,” ujar Arka berdiri di samping jendela kaca ruangannya yang dimana dapat melihat pemandangan gedung besar dan jalan diluar. “Yaelah bro, berarti itu udah jodohnya Lo. Bersyukur kek,” celetuk Dion. Dia lalu mengambil beberapa makanan ringan di meja santai sudut kiri ruangan Arka. “Liat nanti ajalah,” ucap Arka akhirnya. Dia menyerah dengan keinginan dan rasa was was dalam dirinya. “Terserah Lo!” ucap Dion akhirnya pun mengalah dengan pikiran dari sahabatnya yang sudah menjadi atasan kerjanya itu. *** Ana sedang membersihkan dirinya. Panasnya sudah menurun dan rasa pusingnya sudah sedikit menghilang. Bahkan hari ini Ana baru beranjak dari tempat tidurnya. Hari ini

    Last Updated : 2024-10-12

Latest chapter

  • Menjadi Istri Duda Muda   161

    "Lain kali hati-hati ya kalau nyebrang, untung lukanya gak begitu parah." Ucap Abidzar smabil memberikan beberapa obat pada luka Layla.Meskipun sudah sempat Layla obati waktu di dalam mobil tadi, tapi Abidzar memberi obat tambahan supaya luka yang lecet itu segera kering.Jika dibiarkan begitu saja, mungkin keringnya akan memakan waktu yang cukup lama dan pasti nanti akan menyulitkan Layla untuk beraktivitas.Tubuh kita jika luka kemudian kena air pasti akan sangat perih, dan Layla tipe orang yang tidak kuat menahan luka meksipun terlihat kecil."Perih Mas." Ucap Layla memohon."Sebentar, ini harus di giniin biar cepat kering, sabar ya." Pinta Abidzar dengan lembut.Layla hanya mengangguk pasrah. Abidzar dengan telaten mengobati luka Layla. Sambil meniup luka itu, Layla tersenyum."Kenapa senyum?" Tanya Abidzar."Gak apa-apa Mas, Mas kelihatan lebih tampan kalau posisi begini." Ungkap Layla dengan malu-malu."Kalau gini?" Abidzar mendekatkan wajahnya ke wajah Layla.Layla terkesiap k

  • Menjadi Istri Duda Muda   160

    Layla mengangguk patuh, dia sudah pasrah dan ingin menjadi istri seutuhnya dengan Abidzar. Abidzar yang mendapat respon positif itu sangat bahagia, ternyata Layla sudah siap dengan semua kewajiban nya dan memenuhi hak batin nya Abidzar.Mereka pun langsung melakukan ibadah suami istri tersebut dengan baik. Layla sangat menenangkan untuk Abidzar.Layla pikir Abidzar akan bersikap sangat lembut, namun pikiran nya diluar ekspektasi. Abidzar terlihat sangat menakutkan pikir Layla.Ternyata kepribadian seseorang akan berbeda jika sudah berurusan dengan hal seperti itu. "Terima kasih Humaira-ku." Ungkap Abidzar.Layla menyahut dengan nada lesu, penglihatan nya terlihat sangat sendu, dia berucap "Ini sudah kewajiban ku Mas, Kamu nakutin ya kalau sudah urusan seperti itu."Abidzar terkekeh mendengar pengakuan dari Layla. Layla begitu polos dan terang-terangan dalam menilai sikap Abidzar setelah melakukan hal itu."Maaf Humaira, harusnya kamu tadi bilang, biar aku bisa lebih lembut lagi." Ja

  • Menjadi Istri Duda Muda   159

    Layla terbangun saat adzan Dzuhur berkumandang, dia sudah tertidur dari tadi dan bangun di siang hari. Kepala nya terasa pusing, dan perutnya sudah membaik meskipun masih sangat mual.Layla melihat sekitar nya, tapi Abidzar sudah tidak ada disampingnya. Layla terlihat sangat sebal, pasalnya Layla tadi sudah mewanti-wanti Abidzar supaya tak meninggalkan nya kemanapun.Akhirnya Layla terpaksa bangun dari tidur nyenyak nya, Layla akan langsung mengambil wudhu untuk menunaikan sholat Dzuhur secara munfarid.Selesai melaksanakan sholat Dzuhur, Layla langsung menuju ke dapur. Langkah nya sedikit tertatih, dia terasa lemah sekali di hari ini. Pusingnya semakin menjadi dan Layla berusaha untuk tetap menuju dapur."Humaira, Mas datang." Abidzar berjalan mendekati Layla yang menuju dapur."Maaf ya Mas ninggalin kamu tadi waktu tidur, soalnya Mas tadi di telfon sama Ummah disuruh ke rumah sama kamu. Tapi Mas pergi sendiri. Kata Mama kamu harus dibawa ke dokter." Ucap Abidzar panjang lebar."Aku

  • Menjadi Istri Duda Muda   158

    Sesampainya di rumah, Abidzar langsung mengambil piring untuk wadah martabak manis nya. Dan langsung membawa ke kamar untuk disuguhkan kepada istri satu-satunya yang sedang hamil muda. Abidzar harus lebih peduli lagi dengan istrinya itu, pikir Abidzar."Humaira, ini Mas sudah beliin martabak manisnya. Bangun dulu ya, mumpung masih hangat." Abidzar membangun kan Layla dengan sangat lembut dan pelan."Aku ngantuk banget Mas, taruh aja dulu di dapur ya." Layla bergeliat dan menguap dengan tetap memejamkan matanya."Loh, katanya kamu tadi pengen banget, ayo di makan dulu ya Humaira." Abidzar terus membangun kan Layla dengan paksa.Akhirnya Layla terbangun dengan terpaksa, matanya masih memejam dan dia terus saja menguap.Langsung saja dia ambil sepotong martabak manis dengan toping coklat keju itu. Takut dirasa tangan kanan nya kotor, akhirnya Layla mengambil sepotong martabat manis itu dengan tissue di samping meja tidurnya.Satu gigitan, dua gigitan, tiga gigitan. Layla mengunyah martab

  • Menjadi Istri Duda Muda   157

    Jihan mendekat ke arah Arsya. Dia mengikis jarak dengan Arsya. "Wajahmu seperti tidak asing, apa kita kenal?" Tanya Jihan kepada Arsya."Kita tidak kenal." Ucap Arsya sedikit dingin. Dia langsung masuk ke ruangan penyetoran berkas itu.Jihan juga tidak terlalu mempedulikan itu, dia juga langsung keluar dari tempat itu menuju keluar tata usaha.***Malam ini, Abidzar sudah selesai dengan seluruh kerjaan nya. Dia masih di pesantren modern, karena banyak tugas yang belum diselesaikan. Padahal masih hari pertama mengajar, tapi sudah diberikan banyak tugas saja.Setelah itu dia langsung merapikan ruangan nya, dan langsung bergegas untuk pulang ke rumahnya.Layla yang terlihat khawatir, dia sedang menunggu Abidzar di depan teras rumahnya. Layla sudah menyiapkan makan malam untuk Abidzar.Terlihat mobil Abidzar yang sudah memasuki pekarangan rumahnya. Layla tersenyum tenang melihat kedatangan suaminya."Alhamdulillah, akhirnya Mas Abi datang juga." Ucap Layla langsung memeluk Abidzar."Kange

  • Menjadi Istri Duda Muda   156

    Hari ini, Abidzar dan Arsya akan melaksanakan rencana mereka. Dimana Abidzar mengikuti Yusuf, dan Arsya akan mengikuti Jihan.Mereka akan bagi tugas supaya rencana mereka berhasil. Abidzar mengikuti Yusuf yang akan pergi ke sebuah kafe, dimana Yusuf akan bertemu dengan seseorang rekan bisnisnya.Sementara Arsya mengikuti Jihan yang hendak pergi ke kampus nya hari ini. Arsya akan memata-matai Jihan dari jarak yang tidak terlalu jauh.Jihan terlihat sedang bertemu dengan teman-teman nya, perkiraan Arsya itu teman kelas. Soalnya Jihan dan kedua teman nya itu langsung menuju ke suatu kelas.Arsya terus mengikuti Jihan, sampai di depan kelas Arsya berhenti. Tidak mungkin dia masuk ke kalas Jihan. Ternyata Jihan kuliah di salah satu universitas swasta yang cukup bergengsi di kota Jakarta. Jihan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, meskipun sebelumnya Jihan lulusan dari pesantren salaf.Itu yang membuat Jihan sedikit berbeda dengan beberapa teman waktu di pesantren salaf dulu. Bahkan pakaian

  • Menjadi Istri Duda Muda   155

    Yusuf yang melihat kepergian Abidzar membawa Layla hanya bisa bernafas panjang. Dia tadi melihat Layla sangat pucat, buru-buru dia menghampiri Layla.'Ingat, kamu bukan siapa-siapa nya lagi. Dia sudah punya orang lain, Ingat Yusuf!' Ucap Yusuf membatin dalam dirinya sendiri.Abidzar membawa Layla menuju tempat mobilnya terparkir. Abidzar merebahkan tubuh Layla di kursi belakang. Sedikit kesusahan namun setelah menghabiskan beberapa waktu yang akhirnya bisa.Layla tetap tak kunjung sadar, Abidzar sangat khawatir melihat kondisi istrinya seperti itu. Abidzar mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan nya tepat di hidung Layla.Selang beberapa detik, Layla tersadar kembali. Dibukanya penglihatan itu, Layla sedikit meringis kesakitan dibagian kepalanya."Aw, sakit sekali. Mas Abi, aku kenapa?" Ucap Layla terus memegangi pelipisnya."Kamu tadi pingsan Humaira, Mas khawatir banget. Untungnya sekarang kamu sudah siuman kembali. Masih pusing kah, dibagian mana Humaira." Abidzar memijat bagia

  • Menjadi Istri Duda Muda   154

    Abidzar bersikap biasa saja, dan Aldo langsung tercengang, bisa-bisa nya sahabat nya ini bersikap seolah-olah perjodohan nya hal yang biasa."Bagus dong, kamu sekarang gak perlu cari cewek lagi, Do." Abidzar berucap dengan santai."Astaghfirullah Bi, kamu memang bukan sahabat terbaik. Bisa-bisa nya respon mu seperti ini, aku aku saja beberapa hari ini sampai gak bisa tidur gara-gara perjodohan ini." Ucap Aldo bersulut - sulut."Memangnya kenapa?" Tanya Abidzar.Aldo pun menjelaskan kalau calonnya itu sangat berbanding terbalik dengan nya, mulai dari pakaian dan pendidikan nya serta pemahaman agamanya. Abidzar pun yang mulai memahami perasaan sahabat nya itu hanya diam mendengarkan curhatan nya.Aldo juga bercerita kalau dia pernah curhat juga dengan Arsya, dia juga menceritakan semua nasihat yang pernah Arsya lontarkan. Abidzar sedikit takjub dengan nasihat dari adiknya itu, ternyata Arsya sudah berpikir dewasa dan Abidzar menanggapi nya dengan sangat antusias sekali."Ternyata dia su

  • Menjadi Istri Duda Muda   153

    Selesai bermain dengan Rendi, mereka langsung keluar dari arena bermain itu. Layla menggendong Rendi, dia tampak bahagia hari ini."Terima kasih ya Rendi, sudah mau main sama kami." Layla menatap anak kecil itu dengan bahagia.Rendi hanya mengangguk, dia saking bahagianya. Sudah ada beberapa jenis makanan dan mainan yang dia dapat usai bermain bersama dengan Abidzar dan Layla."Kami pamit pulang dulu." Ucap Abidzar dan langsung menggandeng Layla. Anak kecil yang bernama Rendi itu langsung menarik pergelangan tangan ibunya, dia tampak sangat bahagia sekali.***Layla dan Abidzar sudah sampai di rumah nya. Mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Tak lupa juga Layla menyiapkan makan malam untuk Abidzar. Abidzar terlihat bersantai di ruang tamu. Dia sedang membaca buku mengenai pelajaran ilmu Fiqh. Dia sedang menyiapkan materi untuk besok pagi, untuk diajarkan ke santrinya.Layla yang sudah selesai memasak langsung menghampiri Abidzar. Sambil membawa segelas teh hangat untuk Ab

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status