Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku

Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-25
Oleh:  YuRa  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
142Bab
51.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Liqa harus menahan kekecewaan yang mendalam ketika orang tuanya bercerai karena perselingkuhan sang ayah. Ternyata selingkuhan ayahnya adalah saudara sepupu ibunya yang pernah ditolong dan tinggal di rumah orang tua Liqa. Ibu Liqa menjadi TKW untuk menghidupi Liqa dan adiknya. Pertengkaran sering terjadi antara Liqa dengan ayah dan ibu tirinya. "Nggak usah ikut-ikutan Bu Rosita! Andai anda tidak datang ke rumah kami, tentu hidup kami sekarang bahagia. Inikah balasan anda terhadap Ibu? Ibu rela menolong anda saat anda tidak ada tempat untuk berteduh. Ternyata malah Ibu terusir dari rumahnya sendiri. Ini namanya menolong a****g terjepit!" "Aku berjanji akan melakukan pembalasan terindah pada orang-orang yang selalu menghina Ibu!" tekad Liqa. Apa yang akan dilakukan Liqa? Ikuti kisahnya!

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Dia Bukan Ibuku

"Dia bukan ibuku," kata Liqa dengan pelan."Apa kamu bilang?" bentak Farhan sambil berdiri dengan tangan yang mengepal, menunjukkan kalau ia sangat marah.Sore ini Farhan dan Rosita datang ke rumah orang tua Farhan, disana ada Liqa anak pertama Farhan dengan istri pertamanya, Sari. Liqa tinggal bersama orang tua Farhan.Liqa sebenarnya malas bertemu dengan ayahnya, apalagi kalau kesini bersama Rosita. Tapi tadi Pak Umar, kakeknya, memintanya untuk menemui Farhan. Dengan ogah-ogahan ia menuruti permintaan kakeknya. Pak Umar menyadari semua itu. Tapi ia tidak ingin melihat Liqa selalu membenci ayahnya sendiri. Karena itu ia meminta Liqa menemui ayahnya."Farhan, sudahlah," kata Pak Umar berusaha meredam emosi Farhan."Bapak selalu memanjakan Liqa, seperti ini jadinya, pembangkang," kata Farhan. Kemudian ia duduk kembali dan menarik nafas panjang untuk meredam emosinya."Sudah Mas. Aku nggak apa-apa, kok. Anak-anakmu memang tidak ada yang menyukaiku. Beda dengan Melia yang sangat penurut

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Nafisa Hasbi
lanjutannya dong kak ditunggu
2024-08-25 17:21:36
0
default avatar
ida.fatmawati235
bagus sekali ceritanya. lanjutkan.
2024-07-23 17:13:57
3
142 Bab

Dia Bukan Ibuku

"Dia bukan ibuku," kata Liqa dengan pelan."Apa kamu bilang?" bentak Farhan sambil berdiri dengan tangan yang mengepal, menunjukkan kalau ia sangat marah.Sore ini Farhan dan Rosita datang ke rumah orang tua Farhan, disana ada Liqa anak pertama Farhan dengan istri pertamanya, Sari. Liqa tinggal bersama orang tua Farhan.Liqa sebenarnya malas bertemu dengan ayahnya, apalagi kalau kesini bersama Rosita. Tapi tadi Pak Umar, kakeknya, memintanya untuk menemui Farhan. Dengan ogah-ogahan ia menuruti permintaan kakeknya. Pak Umar menyadari semua itu. Tapi ia tidak ingin melihat Liqa selalu membenci ayahnya sendiri. Karena itu ia meminta Liqa menemui ayahnya."Farhan, sudahlah," kata Pak Umar berusaha meredam emosi Farhan."Bapak selalu memanjakan Liqa, seperti ini jadinya, pembangkang," kata Farhan. Kemudian ia duduk kembali dan menarik nafas panjang untuk meredam emosinya."Sudah Mas. Aku nggak apa-apa, kok. Anak-anakmu memang tidak ada yang menyukaiku. Beda dengan Melia yang sangat penurut
Baca selengkapnya

Selalu Ribut

Semua menoleh ke pintu ada Farida anak kedua Pak Umar dan Bu Tari. Semua tampak terdiam."Ada apa ini?" tanya Farida sambil satu persatu orang yang ada di ruangan ini."Biasa Rida, Mas Farhan ribut dengan Liqa. Liqa tidak pernah mau mendengar kata-kata ayahnya." Rosita bercerita pada Farida, supaya Farida membelanya. "Oh," jawab Farida. Farida ini sikapnya susah ditebak. Ia seperti bunglon. Terkadang ia membela Farhan dan Rosita, tapi kadang-kadang juga membela Liqa."Yang sabar ya, Mbak? Memang seperti itu wataknya Liqa, keras seperti ayahnya. Tapi wajar sih kalau Liqa seperti itu. Siapa juga yang tidak sakit hati kalau tahu ayahnya selingkuh dengan sepupu ibunya, kemudian menikahinya," kata Farida dengan tenang.Rosita tampak melotot, mukanya merah padam. Ia pikir Farida berada dipihaknya, ternyata malah berseberangan dengannya."Bahkan sang nyonya rumah sampai terusir dari istananya sendiri. Yang lebih mencengangkan, orang terdekatnya yang menguasai rumah dan suaminya." Farida ber
Baca selengkapnya

Butuh Uang

Farida semakin tersentak mendengar sindiran orang tuanya. Memang tujuannya kesini mau meminjam uang, sebenarnya bukan meminjam tapi meminta dengan alasan meminjam. Karena beberapa kali Farida meminjam uang pada orang tuanya tapi tidak pernah dikembalikan."Sepuluh juta, Pak." Farida berkata dengan pelan, karena ada Liqa diantara mereka."Untuk apa? Kamu kan punya suami, kalau butuh uang minta sama suami," kata Pak Umar."Ada keperluan yang mendesak, Pak. Mas Hendri juga sedang ada kebutuhan lain, makanya aku nggak tega mau meminta uang padanya," kilah Farida. Tentu saja ia berbohong."Jadi keperluan mendesakmu ini Hendri nggak tahu?" cecar Pak Umar.Farida hanya menggelengkan kepala."Farida, yang namanya berumah tangga itu, suami istri harus saling terbuka. Apalagi ini tentang uang yang tidak sedikit." Pak Umar berusaha memberi pengertian pada Farida.Farida menjadi kesal."Bapak mau meminjamkan uang, nggak?" tanya Farida."Uang segitu Bapak nggak punya. Kalau hanya satu juta, Bapak
Baca selengkapnya

Menolong Anjing Terjepit

Jantung Liqa terasa berdebar-debar melihat siapa yang datang. "Eh, Naren. Boleh kok gabung," sahut Ara."Aku mengganggu nggak?" tanya Naren."Enggak." Ara langsung menjawab. Naren tampak ganteng hari ini, eh sebenarnya bukan hari ini saja. Tapi setiap hari ia tampak ganteng. Siapa sih yang nggak kenal Naren di SMAN 2. Sudah ganteng, anak orang kaya, pintar, baik, pokoknya semua sifat positif sudah diborong olehnya. Jangan ditanya bagaimana reaksi cewek-cewek ketika berdekatan dengan Naren. Seperti bertemu dengan artis.Naren pun memesan makanan. Mereka mengobrol dengan santai. Walaupun selama mereka sekolah, tidak pernah bisa ngobrol sesantai ini. Memang Naren dan Ara cukup akrab, jadi Naren juga cukup dekat dengan Liqa. "Aku ke belakang dulu, ya?" pamit Ara."Jangan lama-lama, Ra," kata Liqa.Ara hanya tersenyum."Kamu mau kuliah dimana, Liqa?" tanya Naren. "Insyaallah di Palembang, kalau diterima di universitas negeri. Kalau nggak diterima pun aku tetap ke Palembang.""Oh, kalau
Baca selengkapnya

Ingat Akan Dosa

"Kamu melamun ya? Kamu tadi hampir menabrak orang. Berhenti dulu," teriak Naren.Liqa menghentikan laju motornya, mematikan mesin dan turun dari motor. Kemudian berdiri di samping motor dan mulai menangis.Naren mendekatinya."Kamu tahu Naren, terkadang aku sudah mulai menyerah dalam hidupku. Ingin rasanya aku mengakhiri hidup, tapi aku selalu teringat Ibu, Aksa, Kakek dan Nenek. Aku juga masih ingat akan dosa."Naren hanya mendengarkan saja kata-kata Liqa, ia tidak tahu harus berbuat apa. "Naren, terima kasih sudah mau menjadi temanku. Aku akan selalu mengingat kebaikanmu. Semoga kalau nanti kamu sukses, masih ingat sama aku." Liqa berkata sambil tersenyum."Aku akan selalu menjadi temanmu. Kalau kamu butuh teman untuk berbicara, aku akan selalu ada untukmu.""Terima kasih, Naren. Sekarang aku mau pulang.""Oke, aku akan mengikutimu dari belakang."Liqa mengangguk, akhirnya mereka pulang beriringan. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengamati mereka.Sampai juga di rumah Pak U
Baca selengkapnya

Salah Paham

Semua mata menoleh ke arah pintu. Tampak Nesya dan Sherly yang berjalan masuk ke arah Naren duduk.Liqa tampak deg-degan, ia takut jika Nesya membuat kegaduhan di kelasnya. Bukan apa-apa, ia hanya malu jika sampai ribut dengan Nesya hanya gara-gara laki-laki. Apalagi mereka sudah kelas dua belas dan Minggu depan sudah mulai ujian praktek kemudian dilanjutkan dengan ujian sekolah. Ia tidak mau namanya tercoreng di tercatat di guru BK karena melakukan kesalahan.Suasana tampak hening, semua mata yang ada di kelas itu tertuju pada Nesya dan Sherly. Mereka sebenarnya sudah tahu desas-desus kalau Naren dan Nesya itu berpacaran. Padahal fakta yang sebenarnya adalah sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Siapa sih yang tidak kenal dengan Nesya? Anak orang yang kaya dan terpandang di daerah mereka. Nesya juga termasuk anak yang pintar, hanya saja kadangkala kelakuannya suka seenaknya. Sering ribut dengan teman-teman hanya masalah yang sepele. Sedangkan Sherly itu teman baik Nesya atau l
Baca selengkapnya

Sadar Diri

"Cuci muka, Bu. Biar nggak ngantuk," kata Liqa pada Bu Hana, guru BK di sekolahnya."Oh, ya sudah segera masuk ke kelas.""Iya, Bu. Permisi." Liqa pun segera masuk ke kelas lagi, dari kejauhan tampak Naren berjalan menuju ke arahnya. Liqa bergegas, ia tidak mau berpapasan dengan Naren. Akhirnya ia masuk ke kelasnya. Bel tanda pulang sudah berbunyi, Liqa segera menuju ke tempat parkir. Biasanya ia ber haha hihi dulu dengan teman-temannya. Tapi tidak dengan hari ini. Liqa seperti tergesa-gesa, ia langsung mengendarai motornya."Liqa!" panggil seseorang. Tanpa menoleh pun Liqa tahu kalau itu suara Naren. Tapi ia pura-pura tidak mendengar panggilan tersebut. Liqa melajukan motornya dengan kecepatan sedang, keinginannya hanya satu, segera sampai di rumah dan istirahat.***"Liqa, ada yang nyariin kamu," panggil neneknya sambil membuka pintu kamar Liqa."Siapa Nek?" Liqa meletakkan ponselnya."Naren. Cepat temui Naren."Jantung Liqa berdebar dengan kencang mendengar nama Naren disebut oleh
Baca selengkapnya

Menjual Diri?

Liqa sangat mengenali suara itu, ia pun menoleh. Tampak Farhan, ayahnya sedang berbincang dengan Esti. "Halo juga, Mas," jawab Esti. "Sama siapa?" tanya Farhan. "Liqa," sahut Esti sambil menunjuk ke arah Liqa. "Kok sama Liqa?" "Menemaninya membuat buku tabungan, sebentar lagi kan kuliah, harus punya rekening sendiri?" jawab Esti. Hati Farhan terasa perih, seharusnya Liqa lebih dekat dengannya, daripada Esti yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali. "Liqa?" panggil Farhan. "Iya, Ayah." Liqa memang seperti itu, kalau hanya berdua dengan ayahnya ia masih bisa bicara dengan baik dan sopan. Tapi kalau ada Rosita, selalu berdebat tanpa henti. "Apakah sudah ada pengumuman? Maksud Ayah, kuliahmu?" tanya Farhan. "Belum, Yah. Katanya satu Minggu lagi." "Semoga lulus ya?" "Amin. Terima kasih untuk doanya." "Mana nomor rekeningmu?" tanya Farhan. "Ini, Mas." Esti menunjukkan buku rekening Liqa. Farhan kemudian memfoto buku tabungan itu. "Nanti Ayah transfer uang untuk keperl
Baca selengkapnya

Pinjam Uang

"Farida! Kamu nggak berhak bertindak seperti tadi. Bapak sama Ibu saja nggak mau menggeledah bawaan Liqa. Kok kamu seenaknya saja melakukan itu. Jangan perlakukan Liqa seperti itu," kata Pak Umar dengan marah.Lelaki beranak tiga itu terlihat berusaha meredam emosinya. Ia sangat kecewa dengan kelakuan Farida. Kemudian ia menarik nafas panjang."Kamu kenapa begitu membenci Liqa? Apa salah dia padamu?" kata Bu Tari dengan pelan."Bu, aku takut kalau Liqa itu salah pergaulan. Keluarganya kan berantakan, siapa tahu ia akan melakukan hal-hal yang nantinya membuat malu keluarga kita," jawab Farida."Sejak kapan kamu peduli dengan Liqa?" sahut Pak Umar.Farida hanya terdiam saja. Benar yang dikatakan Pak Umar, ia memang tidak pernah peduli dengan Liqa. Tidak ada yang bisa diharapkan dari Liqa. Yang ia pedulikan hanyalah uang."Pak, apa Sari selalu mengirim uang untuk Bapak? Maksudku untuk membantu biaya hidup Liqa?" tanya Farida."Apa urusannya denganmu? Walaupun misalnya Sari tidak mengiri
Baca selengkapnya

Pandai Mencari Muka

Liqa mengambil tasnya dan mengeluarkan dompet. Membuka dompet itu dan mengambil uang yang ada didalamnya."Nek, ini ada uang untuk Nenek," kata Liqa sambil menyerahkan uang untuk Bu Tari."Uang apa, ini?" tanya Bu Tari kebingungan."Nek, tadi Liqa dan Tante Esti pergi ke Bank untuk membuat buku tabungan dan mengambil uang. Ini memang pesanan dari Ibu untuk Nenek." Liqa menjelaskan pada neneknya."Kamu nggak perlu repot-repot. Ini kan bisa untuk biaya kuliah kamu nanti," tolak Bu Tari sembari menyerahkan kembali uang itu pada Liqa."Enggak, Nek. Itu amanah dari Ibu yang harus Liqa sampaikan." Liqa menyerahkan kembali uang itu kepada neneknya.Bu Tari meneteskan air mata."Nanti bilang sama ibumu, terima kasih. Ibumu memang selalu perhatian dengan kami. Nenek sebenarnya sedih melihat ibumu, banting tulang di negeri orang." Bu Tari berkata sambil sesenggukan."Iya, Nek. Nanti Liqa sampaikan. Liqa selalu berdoa semoga Ibu selalu diberi kesehatan. Liqa harus sukses, Nek. Nanti Liqa memint
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status