"Aku butuh bapakmu! Bukan mahar sekeranjang!" Arjuna pusing diminta datang bersama ayahnya sebagai persyaratan untuk melamar puteri dari klan bangsawan. Padahal ia tidak tahu di mana ayahnya berada. Arjuna berusaha mencari ayahnya dengan berbekal kujang emas yang tertinggal di malam terkutuk itu. Satu peristiwa membawa Arjuna ke zaman kerajaan di mana situasi sedang kacau, ia mendapat warisan ilmu kuno untuk menguasai dunia. Dapatkah Arjuna menemukan bapaknya dan hidup bersanding dengan puteri bangsawan?
View MoreMereka siap menjalankan perintah Arjuna untuk membebaskan tawanan wanita di kastil selatan. Mereka juga bersedia menuruti ucapannya yang satu itu. "Barangkali sudah takdir kami untuk menjadi istri Kong," kata Dara Hiti. "Aku menganggap ucapanmu adalah lamaran bagi kami." Arjuna menyesal telah berucap begitu kalau dianggap serius oleh Empat Iblis Hitam, padahal ia hanya ingin memancing amarah pengawal utama sang raja. Persoalannya, Kong hanya mencintai Ratu Anaconda yang merupakan perwujudan dari dewi kelamin wanita. Kong dan ratu siluman ular sedang menjalani hukuman di mayapada. Mereka tidak tahu bagaimana cara membebaskan diri dari kutukan. Empat Iblis Hitam pasti tersinggung kalau seekor binatang menolak mereka menjadi istri. "Lupakanlah ucapanku itu. Anggaplah sebuah kesalahan dalam strategi mengacaukan musuh." Kong sulit untuk memenangkan pertarungan. Empat pengawal utama berilmu sangat tinggi, bahkan celurit setan mengangkat kemampuan mereka setingkat resi. Arjuna tidak
Kong memberi kesempatan kepada mereka untuk mengambil celurit setan. Mereka sangat mengandalkan senjata itu, padahal tidak berguna untuk melawan mantan dewa itu. Celurit setan pasti patah jika pengawal utama istana bersikukuh memegangnya. Mereka terpaksa melepaskan untuk menyelamatkan celurit itu. Mereka tidak berniat untuk kabur meskipun harapan untuk memenangkan pertarungan sangat tipis. "Siapa kau sebenarnya?" tanya kakek botak. "Kau bukan binatang biasa." "Kong adalah calon suami Empat Iblis Hitam," kata Arjuna. "Bukankah kalian sebetulnya tak berniat untuk menyeret mereka ke mahkamah kerajaan? Kalian akan menyeret mereka ke atas ranjang?" Empat pengawal utama yang sudah kehilangan Kalapati selaku ketua tampak tersinggung, padahal apa yang dikatakan Arjuna tepat sekali. Mereka tak bermaksud membawa Empat Iblis Hitam ke istana Pancala, mereka akan menyekapnya di kastil pesisir selatan. Empat Iblis Hitam terlalu cantik untuk mati di tiang gantung. Mereka bisa dimanfaa
Arjuna berkelebat maju. Pedang mustika manik meliuk-liuk mengincar titik kelemahan Kalapati. Trang! Trang! Bunga api berhamburan dari bentrokan senjata, meramaikan siluet kebiruan dan kemerahan laksana kembang api. Kalapati terkejut merasakan chi Arjuna yang demikian tinggi. Tangannya bergetar setiap kali terjadi kontak senjata. "Seandainya gurumu adalah Resi Kamandalu, kau takkan sanggup bertahan dari serangan celurit setan," ujar Kalapati. "Siapa kau sebenarnya? Apakah kau titisan Dewa Ares?" "Kenalilah lewat pedangku," sahut Arjuna sambil mencecar Kalapati dengan serangan pedang yang mematikan. "Seharusnya matamu sudah terbuka sejak awal kalau kau tokoh sakti rimba persilatan." "Pedangmu seperti pedang berlian mustika manik, tapi pedang itu sudah dinyatakan punah beberapa abad lalu." "Lau kau anggap pedang ini adalah pedang tiruan? Bagaimana celurit setan bisa sompek oleh pedang palsu?" Mata celurit setan gompal di beberapa bagian terkena hantaman pedang mustika manik. Ka
Kalapati baru menyadari kalau Empat Iblis Hitam kehilangan pedangnya. Kehilangan pedang berarti mereka kehilangan separuh kekuatan. Jadi bukan masalah besar baginya. "Empat Iblis Hitam laksana burung patah sayap tanpa pedang jian." "Cukup Kong menghadapi kalian!" Kalapati takjub dengan kingkong yang mampu melayani gempuran kawan-kawannya. Arjuna menyerahkan pataka ketua dan kujang emas kepada Kong karena ia layak mengembannya. "Kau sudah menghina rimba persilatan dan istana Pancala!" kata Kalapati sambil mencecar Arjuna dengan pukulan tangan kosong. "Kau serahkan pataka dan kujang pusaka kepada binatang!" "Kong lebih mulia dari kalian. Jadi ia pantas memimpin rimba persilatan dan menjadi raja Pancala!" "Jahanam...!" geram Kalapati. "Manusia masa depan sungguh tak punya tata krama!" Kalapati mengirim tendangan dan pukulan dewa. Sebuah kombinasi maut yang sudah banyak makan korban. Kalapati heran Arjuna berani menangkis dan beradu pukulan, padahal serangan kombinasi
"Aku beruntung sekali, menunggu pengkhianat tapi mendapat tangkapan besar!" Kalapati dan beberapa tokoh istana melompat turun dari dahan rimbun dan mendarat di hadapan mereka. Empat Iblis Hitam tampak kecut melihat kehadiran beberapa tokoh sakti itu. Mereka adalah pengawal utama Raja Widura, terkenal sangat kejam dan bengis. Dara Hiti heran bagaimana mereka sampai tahu lokasi yang sangat rahasia ini. "Mengapa kalian seperti melihat hantu?" tanya Arjuna. "Bukankah kalian sering melihat wajah jelek itu?" "Mereka adalah tokoh sakti mandraguna bergelar Lima Celurit Setan, ilmunya setingkat guruku, Resi Aswatama." "Aku kagum kau masih mengakui guru, padahal Resi Aswatama lah yang membocorkan kepergian kalian ke pegunungan utara. Bukankah selain kalian, hanya resi itu yang tahu?" "Ia memerintah kami untuk menjalankan misi rahasia ini. Apa tujuannya ia melapor kepada pengawal utama?" Penghubung menjumpai Resi Aswatama, mereka hanya menjalankan perintah. "Kau terlalu polos
Dara Hiti berkata, "Aku harus mempercayai teman seperjalanan." Setelah bertemu dengan penghubung, mereka akan melakukan perjalanan ke Jepara. Arjuna mencari pintu dimensi untuk pulang ke masa depan, Dara Hiti mencari rumah untuk tinggal sebagai warga Jepara. Dara Hiti sebenarnya berharap Arjuna membawa mereka, pindah ke abad dua puluh satu akan lebih aman bagi mereka. "Bagaimana jika penghubung berkhianat?" tanya Arjuna. "Kau sudah menyiapkan rencana cadangan?" "Kami membawa banyak uang," jawab Dara Hiti. "Cukup untuk berdagang pakaian di Jepara." "Seharusnya kalian bergabung dengan Senopati Aryaseta. Kepandaian kalian sangat dibutuhkan untuk mengembalikan tahta kepada pewaris yang sah." "Aku tidak ingin jadi murid durhaka." Arjuna kagum mereka tetap menaruh hormat kepada Resi Aswatama padahal sudah diperlakukan sangat buruk. Bahkan makin buruk jika mereka tidak melarikan diri ke Jepara. Mereka sudah cukup matang untuk menjadi selir. Biasanya keluarga istana menga
Arjuna merasa kepalanya pening. Ia sulit menerima kenyataan itu. Ia curiga ibunya sudah mengetahui siapa ayahnya, karena seorang pembesar maka dirahasiakan. Berarti pria yang dicari selama puluhan tahun ada di depan mata. Bahkan Arjuna pernah bertemu beberapa kali untuk kepentingan bisnis. "Aku mesti segera pulang," kata Arjuna lesu. "Misiku sudah selesai. Kau ada pakaian untuk ganti?" "Ada di pelanaku." Arjuna membebaskan totokan mereka. Pendekar gelang biru bukannya senang, ia heran. "Kau kelihatan kurang bergairah setelah mengetahui perempuan itu. Apakah ia perempuanmu?" "Perempuanku ikut bersamaku. Ia sebentar lagi muncul." Kirana sepertinya sudah tahu siapa lelaki yang dicarinya. Ia tidak ingin Arjuna mengganggu kenyamanan hidupnya. Kirana pasti canggung untuk menjadi ibu sambung bagi mantan terindah. Ia rela berkorban uang banyak. Padahal Aryaseta tinggal sangat lama di masa depan bukan mencari cinta, tapi mencari kujang emas. "Aryaseta sudah lupa dengan kejadian mala
Arjuna memindahkan pendekar gelang biru ke akar besar. Kemudian memindahkan pendekar gelang ungu ke akar lain. "Biadab," geram pendekar gelang biru. "Aku akan mengadakan perhitungan denganmu." "Adakan perhitungan dengan kudaku." Pendekar gelang biru kelihatannya tidak mempan ancaman, kawan di seberangnya mulai terpengaruh saat Kong membawa kuda ke hadapannya. Wajahnya pucat seketika. Keringat dingin mengalir di pipinya. Tapi Arjuna ingin menguji ketangguhan pendekar gelang biru. "Ketuanya dulu, Kong. Anggota menyusul." Kong membawa kuda ke hadapan pendekar gelang biru. Perempuan itu mendelik ke arah Arjuna. "Aku bersumpah, aku akan meminta pertanggungjawabanmu jika kuda itu menggagahiku." "Kau minta tanggung jawab sama Kong. Ia yang membawa kuda ke hadapanmu." Pendekar gelang biru tidak tergoyahkan ketika kuda jantan mulai bersiap. Kong menarik celana dalam wanita itu sampai putus. "Aku akan harakiri di depan arwah leluhurmu kalau kau tidak bertanggung jawab."
Sedikit sekali pendekar yang mengenali pedang mustika manik. Hanya tokoh tua yang pernah membaca kitab Ritus yang dapat mengenali pedang itu. Pedang mustika manik sudah dinyatakan hilang beberapa abad lampau. Setiap pendekar pasti gentar kalau pedang kuno itu sudah keluar dari serangkanya. "Pedangmu indah sekali," puji pendekar gelang biru. "Tapi apakah sanggup menandingi pedang mutiara?" Pedang mutiara adalah salah satu pedang yang ditakuti di Pancala. Bukan saja ketajamannya yang mampu menumbangkan pohon dalam sekali tebas, juga mengandung racun gurita yang sangat mematikan. Arjuna tersenyum sinis. "Kau terlalu mendewakan pedang Resi Aswatama. Aku yakin resi itu akan terkencing-kencing jika melihat pedangku ini." "Kau sangat merendahkan guruku!" geram pendekar gelang biru. "Terimalah hukuman atas penghinaanmu!" Pendekar gelang biru maju menyerang dengan jurus pedang yang dahsyat. Dedaunan berguguran terkena sambaran anginnya. Arjuna membabat pedang itu dengan tiga kali
"Aku tidak tahu siapa bapakmu!" Dewi Priti sudah habis kesabaran menghadapi pertanyaan Arjuna sejak SD hingga sekarang sudah menjadi CEO. "Aku tidak pernah bertemu lagi sejak malam terkutuk itu!" Dua puluh lima tahun silam, Dewi Priti dan beberapa teman SMA mengadakan pesta kelulusan di sebuah diskotik, minumannya ada yang membubuhi obat perangsang, ia meminta seorang eksekutif muda yang bertemu di koridor hotel untuk membebaskan hasrat yang menggila. Cinta satu malam itu menimbulkan bencana sehingga ia diasingkan ke pelosok untuk menjaga kehormatan keluarga. Dewi Priti sudah putus asa mencari pria itu, semua pegawai hotel ditemui, bahkan ia mendatangi alamat tamu pria yang menginap malam itu, tapi tak ditemukan. "Carilah calon istri yang tidak peduli siapa bapakmu!" kata Dewi Priti kesal. "Perempuan bukan hanya Chitrangada!" Arjuna terduduk lemas di sofa beludru. Ia sulit memahami hingga kini, bagaimana keluarganya sampai kehilangan jejak pria itu padahal mereka mempunya...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments