Share

Bab 9

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 21:44:35
"Sebaiknya kau siap-siap."

Dewi Priti menegur putranya saat sibuk memeriksa berkas digital untuk presentasi.

"Jadi lamaran kan malam ini?"

"Entahlah."

Dewi Priti heran. "Kok jadi ragu begitu?"

Arjuna menutup berkas, bersandar lesu dengan sinar mata hampa menatap langit-langit.

"Aku mesti menyelesaikan masalah Ulupi lebih dahulu, Wisnu menolak bertemu karena jadwalnya padat. Bosnya seakan tidak mendukung masalah mereka cepat diselesaikan."

"Kau seharusnya paham Chitrangada menginginkan dirimu fokus mengurus lamaran."

"Apa lagi yang perlu diurus? Lukas sudah siap datang ke rumah Chitrangada sebagai bapak pura-pura, tinggal Ibu perlu beradaptasi."

Dewi Priti sering membawa Lukas dalam jamuan makan malam, bahkan sering mendapat pujian sebagai pasangan serasi.

Persoalannya justru pada Arjuna.

Dewi Priti melihat putranya terlalu gampang memandang masalah, padahal biasanya sangat seksama menangani persoalan kecil saja.

"Ada apa?" tanya Dewi Priti lembut. "Aku melihat s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 10

    "Tunggu!" Chitrangada mengejar Arjuna yang sudah masuk lift dan menekan tombol hold. Chitrangada mengikuti pacarnya turun ke lantai dasar. "Apa maksudmu akan menyeret Wisnu ke polisi?" Arjuna menyindir, "Kau sempat mengejarku padahal sangat sibuk?" "Kau sudah mengacaukan mood Wisnu!" Chitrangada merasa perlu menegur Arjuna karena bisa menggagalkan pertemuan dengan Rara Ireng. "Jadi salahku memberi peringatan kepada lelaki yang sudah sewenang-wenang kepada kaummu?" Arjuna memandang dengan dingin. "Wisnu sakit hati Ulupi jatuh cinta kepadamu!" "Kau sakit hati kalau aku jatuh cinta kepada Liu Yifei?" "Mimpi!" "Kenapa Wisnu tidak berpandangan begitu? Apa karena Liu Yifei aktris mendunia, sedangkan aku CEO lokal?" "Banyak kejadian CLBK." "Lalu aku dianggap dari kebanyakan itu? Terus terang aku tersinggung. Kau sudah tanya tentang perasaan Wisnu kepadamu?" "Buat apa?" "Untuk membuktikan bahwa cinta itu jujur, tapi pemiliknya munafik." Pintu lift terbuka. Arjuna

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 11

    "Maksudmu apa tidak datang dalam acara lamaran?" Chitrangada menghubungi Arjuna lewat gawai, ia tahu informasi itu dari ibunya. "Mau balas-balasan? Saat ini kau harus memilih karena aku tidak dapat memenuhi dua-duanya." Arjuna menjawab dengan santai, "Aku bercanda. Aku tidak menyangka candaku sampai kepadamu." "Bercanda? Kau mengganggu waktuku untuk hal tak berguna. Aku seperti bukan bercakap dengan pria yang kukenal." Arjuna menyindir, "Aku tidak tahu kau ada pertemuan dengan Tun Ghazar, maka itu aku bercanda." Suara Chitrangada tidak terdengar. Barangkali ia tidak mengira nama itu akan muncul detik-detik menjelang lamaran. "Ada waktu dua jam lagi untuk memantapkan jawabanmu. Aku ingin dirimu melihat hatimu, bukan melihat hari-hari indah yang pernah kita lewati." Arjuna tidak akan menyampaikan hal itu jika bukan Tun Ghazar yang dijumpai perempuan yang hendak dilamarnya. Chitrangada sempat terseok saat Tun Ghazar memutuskan untuk menikah dengan perempuan pilihan orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 12

    Tim dokter berhasil menyelamatkan Angada, sementara waktu ia tak boleh diganggu. Angada masih dalam pantauan tim dokter secara intensif. Dewi Priti pamit kepada calon besan sambil cipika cipiki, "Aku pulang dulu ya. Kasihan kolegaku menunggu di luar." "Maafkan aku ya," kata wanita separuh baya itu. "Aku tidak kepikiran untuk menghubungi dirimu." "Tidak apa. Masnya yang penting sembuh dulu." Chitrangada menarik Arjuna ke koridor terpisah saat hendak pamit juga. "Aku ingin ngomong sebentar." "Soal apa?" tanya Arjuna. "Aku pikir untuk lamaran kita bicarakan nanti setelah Papi pulang dari rumah sakit." "Aku ingin menanyakan apa yang disampaikan lewat gawai." "Aku kira tidak elok membahas soal lain di saat Papi di ruang ICCU." Kemudian Arjuna menghampiri calon ibu mertua, dan berkata, "Aku pamit dulu, Mam. Aku kembali lagi setelah mengantar Ibu. Mami pulang saja, jaga kesehatan." "Ya." Kejengkelan Arjuna kepada Chitrangada belum hilang karena tidak memberi tahu seja

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 13

    Arjuna berangkat ke kantor dari rumah sakit. Ia tidur di kursi tunggu. Chitrangada pulang.Ada penasaran yang sulit hilang dari pikirannya tentang musibah yang menimpa Angada.Calon ayah mertua tidak ada riwayat jantung. Ada hal luar biasa terjadi sehingga mengalami serangan jantung."Apakah Angada membaca aroma busuk pada pertemuan bisnis anaknya dengan Tun Ghazar?" keluh Arjuna sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. "Ia pasti sakit hati anaknya dulu dicampakkan, kemudian pengusaha Melayu itu datang mengacaukan situasi."Chitrangada seperti sulit melepaskan diri dari jerat masa lalu. Pertemuan bisnis hanyalah sarana untuk menutupi kecurigaan orang-orang di sekeliling.Kebodohan Chitrangada adalah melupakan peristiwa yang merendahkan harga dirinya karena melihat harapan besar dengan isu perceraian Tun Ghazar.Chitrangada ingin mengulur waktu acara lamaran dengan tak menghadirinya, sampai ada kepastian hukum untuk status Tun Ghazar."Chitrangada menjadikan diriku calon pengganti. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 14

    Arjuna heran bagaimana Chitrangada sampai memberi tahu Wisnu. "Kau juga bilang kalau ayahku tidak merestui wanita pilihanku?" "Wisnu bercerita semuanya kepada Papi." "Berawal dari kamu bercerita semuanya." Arjuna pusing memikirkan apa yang terjadi. Drama itu pasti sangat menyakitkan ayah Chitrangada. Kecil harapan untuk diterima sebagai calon menantu. Bahkan Angada mungkin tidak mau lagi bertemu dengannya. "Wisnu bukan sakit hati dengan ancaman diriku. Ia ingin memiliki dirimu. Ia pasti mendapat pembelaan dari ayahmu atas pemecatan itu." "Bagaimana kau berpikiran seperti itu?" "Wisnu lebih dari seperti itu. Wisnu mengambil satu tindakan untuk menyingkirkan dua laki-laki, lamaranku gagal, Tun Ghazar pulang dengan hampa." "Tun Ghazar menjadwal ulang pertemuan." Jadwal itu terbang bersama angin, pikir Arjuna kosong. Tun Ghazar akan disibukkan dengan sidang perceraian, dan berita miring tentang kepergiaannya ke Jakarta. "Aku tidak ada rasa kepada mereka," tegas Chitra

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 15

    Tante Maya dan Keluarga Wisnu datang ke kantor Arjuna diantar Chitrangada.Kedatangan mereka membuat Arjuna muak. Padahal ia ada agenda untuk bertemu kolega."Aku sebetulnya ada meeting," kata Arjuna. "Kalian mestinya menghubungi sekretaris dahulu untuk membuat jadwal pertemuan."Arjuna terpaksa menerima mereka karena menghargai Tante Maya. Arjuna sudah meminta suami kolega ibunya itu menjadi bapak pura-pura kalau Angada tidak mengenalnya."Aku sudah membuat jadwal dengan sekretarismu," sahut Chitrangada. "Sekretarismu bilang pertemuan diundur siang. Aku pikir ada waktu untuk menerima kedatangan mereka."Pertemuan ditunda beberapa jam karena kolega Arjuna mengalami penundaan jadwal penerbangan dari daerah.Arjuna jengkel Chitrangada mengatur jadwal pertemuan sekehendak hatinya.Sekretarisnya sulit untuk profesional karena mendapat tekanan dari calon istri pimpinan."Apa yang mau kalian bicarakan?" tanya Arjuna kepada keluarga Wisnu. "Aku perlu panggil pengacara sekiranya berhubungan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 16

    "Kau sudah merendahkan aku di depan mereka!" Chitrangada memandang sengit Arjuna yang duduk santai di kursi kerja sambil membersihkan kujang emas dengan cairan khusus. Arjuna merasa sangat dekat dengan kujang itu, dan percaya dengan keterangan Lesmana kalau kujang itu sangat sakti. Datuk Cakil datang lagi kemarin untuk membeli kujang itu, transaksi sudah terjadi dan kujang dibawa pulang ke Kuala Lumpur, tapi hari ini ada lagi di tasnya. "Maksudmu apa bilang aku bodoh?" Arjuna mengakui sedikit lepas kendali berbicara kasar di depan mereka. Kekecewaan kepada Chitrangada membuatnya sulit berpikir jernih. "Lalu di mana bodohnya aku? Memaafkan Wisnu dan menerima idenya untuk membuat pengakuan kepada Papi?" Arjuna enggan melayani. Orang lagi di puncak emosi tidak dapat menerima penjelasan apapun. "Kau tahu dari mana ide itu percuma sedangkan dicoba saja belum?" Kebodohan nyata dari perempuan lulusan London ini adalah pembuktian tanpa daya nalar. Hal mendekati kepastian at

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 17

    "Astaga!" Dewi Priti terkejut saat menemukan kujang emas di dalam tasnya. Arjuga juga kaget, bagaimana kujang itu bisa berada di tas ibunya? Padahal Arjuna menaruh kujang itu di laci meja kerjanya! "Bagaimana kau tahu kujang ini ada di tas Ibu?" Arjuna sulit menjelaskan, ia sekedar asal ngomong. Barangkali kujang emas tidak suka disimpan di laci. Kujang itu mestinya pindah ke tas kerjanya, bukan ke tas Ibu. "Ada semacam kontak batin denganmu." Dewi Priti jadi kehilangan daya nalar. Berasal dari kejadian luar biasa, muncul pemikiran luar biasa, akal sehat jadi tak berguna. "Kujang itu ada di tas Ibu, masa kontak batin denganku?" "Kau memerintahkan kujang ini untuk pindah ke tas Ibu." Arjuna makin stres mendengar jawaban ngawur itu. Di pikirannya tidak terbersit untuk memindahkan kujang itu dari laci mejanya. "Barangkali kujang itu tidak mau berpisah dengan Ibu." "Kau ingin mengatakan kujang ini yang membuatku hamil? Aku bosan mendengarnya." "Aku juga b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 48

    Arjuna berlatih jurus Menangkap Ekor Merak, bagaimana merespon energi yang datang dan memantulkan kembali energi itu laksana musuh memukul bola karet raksasa. Serangkaian gerakan berturut-turut dan sambung menyambung dengan jing sebagai energi utama. Jurus itu bagian dari delapan jurus dalam kitab kuno I Ching. "Kau menguasai jurus cepat sekali," puji Resi Kamandalu. "Delapan energi sudah kau kuasai dalam separuh tahun." "Lalu apa hubungannya dengan kujang emas?" "Kau bisa menggunakan delapan energi untuk mengendalikan energi kujang emas. Kau akan menjadi pendekar tanpa tanding." "Aku lebih suka menjadi pendekar tanpa bertanding." Larasati memandang kagum. "Kau sungguh hebat sekali. Aku saja belum menguasai secara sempurna." Arjuna sangat payah dalam penguasaan jurus kalau tidak didukung energi kujang emas. Energi itu membantu kelenturan dalam gerakan tangan dan kaki. Arjuna juga mempunyai energi inti yang dapat meremukkan batang pohon dengan telapak tangan. "Aku kira suda

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 47

    "Entahlah." Resi Kamandalu menghela nafas seolah ingin menghalau misteri yang menggantung di kepalanya. "Aku tidak kenal siapa ayahmu. Jadi aku tidak tahu suara tanpa wujud itu milik siapa." Arjuna termenung. Bagaimana kalau suara itu adalah suara ayahnya? Ia ingin menyelamatkan putranya dengan meminta bantuan Resi Kamandalu. Kujang emas membawanya ke abad lima belas supaya Arjuna mengetahui secara langsung kabar duka ini. "Namun aku yakin suara itu bukan suara ayahmu. Pada saat Panduwinata terkepung, ia menyerahkan kujang emas kepada Senopati Aryaseta untuk diselamatkan. Widura dan pembantu dekatnya mengejar senopati. Kemudian tersiar kabar kalau Widura gagal mendapatkan kujang itu." Secercah harapan muncul di hati Arjuna. Kemungkinan besar ayahnya masih hidup. Seandainya tertawan pun, ia pasti dibiarkan hidup, sebab kujang emas ditinggal di kamar hotel. "Aryaseta kabur ke masa depan," kata Arjuna. "Pangeran Cakil mengejar. Kemudian datang seorang gadis minta bantuan." Ada

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 46

    "Aku kira kujang emas berada di tanganmu bukan kebetulan," kata Resi Kamandalu. "Ia berjuang menembus ruang dan waktu pasti membawa pesan penting untukmu, hanya belum terungkap." "Kujang emas singgah di zamanku karena lelaki tidak bertanggung jawab." Kebodohan ibunya telah menyeret Arjuna pada masalah yang rumit. Seandainya ia kembali ke abad 21, bagaimana pertanggungjawaban dirinya kepada keluarga Angada? Chitrangada pergi bersamanya! "Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Chitrangada saat mereka berada di dalam kamar. "Resi Kamandalu berusaha membantu dirimu. Mengapa kau begitu sulit?" "Resi Kamandalu ingin menjadikan aku ksatria untuk mengatasi kemelut kerajaan," sahut Arjuna dingin. "Aku tahu resi itu tercatat dalam sejarah, hanya aku tidak sempat membacanya." "Apa ruginya menjadi ksatria pinilih? Kau akan berurusan dengan istana dalam mencari jejak ayahmu. Bagaimana kau melindungi dirimu?" Chitrangada sulit memahami logika Arjuna. Ia sudah terjebak dalam pertikaian ista

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 45

    Resi Kamandalu baru pulang saat mereka hendak pergi tidur. Kakek berselempang putih itu membawa barang pokok banyak sekali. Barang itu cukup untuk persediaan selama sebulan. "Kakek habis menjarah toko kelontong?" tanya Bajang sambil menurunkan beberapa barang dari pelana dua ekor kuda. "Buat apa kakek bawa pulang kuda? Binatang seperti ini banyak di savana." Kuda itu berbulu hitam mengkilap, tampak gagah dan elegan, biasa digunakan pasukan kavaleri. "Kakek merampas kuda prajurit istana?" tanya Larasati. "Bukankah perampokan terlarang di mayapada?" "Harta rampasan perang," kata Resi Kamandalu. "Aku sedang belanja di sebuah toko kelontong, datang sekumpulan perampok berkuda, aku merasa terpanggil untuk melindungi pemilik toko dan keluarganya. Kemudian aku mendapat hadiah bahan pokok." Situasi di Pancala semakin kacau dengan kemunculan perampok, mereka memanfaatkan ketegangan yang terjadi. "Kuda itu kelihatannya bukan milik perampok," sanggah Larasati. "Kuda itu milik pejabat ke

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 44

    Mereka gelisah ketika hari sudah senja Resi Kamandalu belum pulang juga. "Apakah sebelumnya pernah begini?" tanya Arjuna. "Belum pernah," jawab Larasati panik. "Aku takut terjadi sesuatu dengan eyang guru." "Aku makin pusing melihatmu mondar-mandir kayak anak ayam mencari induknya," gerutu Bajang. "Bisakah kau duduk seperti kami?" Bajang menduga ada urusan penting sehingga Resi Kamandalu pulang terlambat. Resi Kamandalu adalah pertapa yang sangat disegani di wilayah Pancala. Mereka berpikir ulang untuk berurusan dengannya. Pendekar golongan putih dan golongan hitam sangat menaruh hormat kepadanya. "Apakah kau tidak khawatir dengan keselamatan eyang guru?" delik Larasati kesal. "Kau murid durhaka!" "Kau mestinya mengkhawatirkan diri sendiri," balik Bajang santai. "Kita makan apa besok kalau kakek tidak pulang?" "Di otakmu cuma ada makanan!" "Badanku sudah kurus kering. Apa jadinya kalau besok hanya makan ubi?""Jadi cacing tanah!" Larasati bingung apa yang mesti dilakukan.

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 43

    Arjuna tidur bersama Bajang, Chitrangada tidur sendiri. Mereka awalnya tidur satu kamar, tapi Arjuna merasa risih.Ada kamar tidur kosong satu lagi, tapi belum sempat dibersihkan. Arjuna mencoba menggali informasi tentang Resi Kamandalu, rupanya Bajang tidak mengetahui banyak. "Kakek jarang sekali bercerita tentang dirinya," kata Bajang. "Ia sangat tertutup. Aku tahu namanya saja waktu kakek mengenalkan diri pada kalian." Entah ada rahasia besar atau merasa tidak penting, Resi Kamandalu hampir tidak pernah bercerita tentang dirinya. "Lalu apa saja yang kalian bicarakan selagi berkumpul?" tanya Arjuna. "Kalian tidak mungkin berlatih setiap hari tanpa berkomunikasi." "Kakek jarang sekali kongko. Ia baru bercakap kalau ada informasi penting dari perkampungan yang dikunjunginya." "Kalian tidak ikut pergi bersamanya?" "Kami tidak pernah diajak." Padahal mereka sudah cukup umur untuk bepergian, bisa mengurus diri sendiri. Jadi tidak merepotkan. Apa alasan Resi Kamandalu tidak memba

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 42

    Arjuna terpaksa mengikuti latihan meditasi yang diajarkan oleh Resi Kamandalu. Chitrangada tertarik untuk mencoba teknik meditasi kuno itu. Bagaimana melatih pernafasan secara teratur dan memastikan paru-paru bekerja sepenuhnya secara efisien. "Kau kelihatan nyaman sekali," kata Arjuna. "Aku merasa latihan pernafasan hanyalah sia-sia." "Prinsip dasar meditasi ini adalah penyelarasan dan relaksasi, kau akan merasa lebih segar setelah meditasi." "Aku malahan jemu." "Latihan pernafasan dan meditasi ini merupakan dasar dari seni bela diri kuno dari Tiongkok," kata Resi Kamandalu. "Diperkenalkan oleh Thio Sam Hong pada abad dua belas, kemudian dikembangkan Chen Wangting pada abad lima belas, dan aku adalah salah satu muridnya." Arjuna merasa dikerjai. Ia ingin belajar mengendalikan kujang emas, bukan belajar seni bela diri. Ia seorang CEO, di mana uang adalah kekuatan paling sakti dalam kehidupan. Seni bela diri hanyalah perlindungan semu dari kriminalitas jalanan. "Aku rasa ada

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 41

    Arjuna dan Chitrangada pergi ke padepokan Resi Kamandalu. Mereka butuh tempat berteduh, tidak lucu CEO menjadi gelandangan di masa lampau. Mereka tidak ada bekal untuk menempuh perjalanan dalam upaya mencari pemilik kujang emas. "Kita sudah tiba di padepokan," kata Resi Kamandalu. "Aku kira cukup nyaman untuk kalian tinggal." Sebuah rumah unik dan antik berdiri terpencil di lembah pegunungan, tanaman hijau menambah asri pemandangan, sungai mengalir dengan air sangat jernih. Seorang gadis cantik dan pemuda ceking tampak berjalan bersisian meninggalkan sungai. Pemuda itu memikul guci berisi air minum, sementara sang gadis membawa bakul kecil berisi ikan air tawar. "Banyak sekali tangkapan hari ini, Larasati," kata Resi Kamandalu. "Kau sangat pintar menangkap ikan." "Aku menangkapnya, Kek," tukas Bajang. "Larasati berlatih menggebah air, bukan menangkap ikan." "Kamu kan paling gembul," balas Larasati. "Jadi kamu mesti menangkap sendiri. Aku heran ikan di perutmu pergi ke mana, b

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 40

    Resi Kamandalu terkejut saat Arjuna menyerahkan kujang emas. "Anak muda, aku hanya diberi wangsit untuk membantu dirimu, bukan mengambil kujang emas." "Kakek tidak mengambil, aku yang memberikan." "Bukan juga seperti itu." "Lalu seperti apa?" "Seperti wangsit yang kuterima, aku harus membantumu meditasi untuk mendapatkan chi yang sesuai." "Kakek lebih berguna membantuku mencari siapa tamu hotel dua puluh lima tahun silam yang membawa kujang ini," kata Arjuna. "Kakek bukan saja mendapatkan dua ratus juta ringgit dariku, juga boleh memiliki kujang ini." "Kujang ini milik kerajaan, anak muda." "Maka itu bantu aku mengembalikan kujang itu, aku tidak tahu di mana keraton Pancala, aku bahkan tidak tahu di mana ayahku berada, hidupku sial sekali." Resi Kamandalu menyerahkan kembali kujang emas, Arjuna menolaknya. "Aku kira kujang itu lebih bermanfaat bagimu." "Kita butuh kujang itu, Jun," tegur Chitrangada lembut. "Bagaimana kau bertahan hidup di hutan tanpa kujang itu?" "Kau ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status