Share

Bab 17

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-08-02 21:41:01
"Astaga!"

Dewi Priti terkejut saat menemukan kujang emas di dalam tasnya.

Arjuga juga kaget, bagaimana kujang itu bisa berada di tas ibunya?

Padahal Arjuna menaruh kujang itu di laci meja kerjanya!

"Bagaimana kau tahu kujang ini ada di tas Ibu?"

Arjuna sulit menjelaskan, ia sekedar asal ngomong.

Barangkali kujang emas tidak suka disimpan di laci.

Kujang itu mestinya pindah ke tas kerjanya, bukan ke tas Ibu.

"Ada semacam kontak batin denganmu."

Dewi Priti jadi kehilangan daya nalar.

Berasal dari kejadian luar biasa, muncul pemikiran luar biasa, akal sehat jadi tak berguna.

"Kujang itu ada di tas Ibu, masa kontak batin denganku?"

"Kau memerintahkan kujang ini untuk pindah ke tas Ibu."

Arjuna makin stres mendengar jawaban ngawur itu.

Di pikirannya tidak terbersit untuk memindahkan kujang itu dari laci mejanya.

"Barangkali kujang itu tidak mau berpisah dengan Ibu."

"Kau ingin mengatakan kujang ini yang membuatku hamil? Aku bosan mendengarnya."

"Aku juga b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 18

    "Aku minta maaf tidak bisa hadir. Aku lagi dapat musibah." Permintaan maaf Arjuna kepada Kirana lewat gawai sangat mengejutkan ibunya. "Jadi aku terpaksa mengirim wakil dan sekretaris." Arjuna mengakhiri sambungan setelah berbasa-basi sedikit. "Musibah apa maksudmu?" Dewi Priti memandang tajam. Ia berang anaknya tidak menghadiri pertemuan dengan alasan seenaknya. "Aku hanya menyarankan kau membawa Chitrangada." Arjuna menjawab dengan tenang, "Aku perlu hiatus untuk apersepsi seperti ini. Aku sulit mengerti sudut pandang Ibu." "Di mana kesulitannya?" Dewi Priti seakan ingin menembus jantungnya dengan sinar mata menusuk. "Kau saja terlalu membesarkan masalah." Arjuna sudah bangkit pergi jika bukan bercakap dengan ibunya. Ia merasa kehilangan dukungan dari orang terdekat. Arjuna perlu rehat dari perusahaan untuk mengerti jalan pikiran ibunya. Barangkali juga ibunya tidak akan pernah mengerti, karena pemikiran berbeda. "Pertemuan Chitrangada dan Tun Ghazar mengorbankan

    Last Updated : 2024-08-03
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 19

    "Kau senang sekali menyebutku bodoh!" kata Chitrangada sengit. "Kenapa kau mengambilku jadi calon istri kalau tahu aku bodoh? Lelaki macam apa kau sudi mempunyai istri bodoh?"Arjuna merasa tidak perlu meladeni kemarahan Chitrangada.Arjuna tidak pernah memilih, perempuan itulah memilihnya, dan ibunya mendukung.Kedatangan Rara Ireng ke rumah Angada memberi isyarat kalau Arjuna dicoret jadi calon menantu."Ada bagusnya juga calon istri kelima adalah pelayan di rumah Tuan Angada," kata sopir. "Tuan jadi tahu kejadian di rumah itu.""Calon kelima kelihatannya ingin tahu urusan orang lain untuk bahan menggosip, bukan pertanda baik bagi rumah tanggamu kelak.""Calon istri kelima itu orangnya kepo, tapi lumayan baik ketimbang selingkuh."Arjuna sadar betul, sulit mencari calon istri yang memenuhi semua kriteria.Arjuna juga bukan calon suami yang sempurna. Namun ia tidak menerima kesalahan fatal.Chitrangada sudah merendahkan harga dirinya dengan mengembalikan Wisnu pada kedudukan semula.

    Last Updated : 2024-08-05
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 20

    "Aku tidak siap untuk negosiasi." Arjuna mengakui terus terang, ia sulit berbohong kepada masa lalunya itu. "Ada sedikit kekacauan dengan diriku." Kirana tersenyum. "Maka itu aku menyarankan berkuda saja, jangan berburu." "Aku butuh teman untuk bicara." "Jangan memancing di air bening, aku pasti terpancing kalau prianya adalah kamu." Arjuna tidak bermaksud untuk menggali kenangan masa lalu, ia sekedar mengungkapkan kebutuhan dirinya. Arjuna sulit untuk menerima perempuan lain di saat pikirannya sedang kacau. Perempuan bukan hiburan terbaik baginya. "Aku siap menemani dirimu jika dibutuhkan." Arjuna tidak mempunyai bayangan apapun selain pikiran kotor di otaknya. Menemani adalah inspirasi yang dapat menciptakan banyak cerita untuk masa lalu. "Kau belum punya calon?" "Bulan depan married." "Bulan depan adalah batas waktuku untuk melamar Chitrangada. Cintaku terhalang ayahku." "Kau belum menemukan juga siapa ayahmu?" Kirana satu-satunya mantan yang tahu kis

    Last Updated : 2024-08-06
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 21

    "Kita sudah tiga pekan tinggal di desa, Tuan."Sopir mengingatkan Arjuna, kuatir tuan mudanya lupa karena keranjingan berburu kelinci."Aku ingin berkemah di gunung ... gunung apa itu namanya?" Arjuna ingin memperpanjang masa liburan di alam pedesaan. Arjuna merasa nyaman melewati hari-hari tanpa kewajiban mencari ayahnya.Arjuna ingin membiarkan batas waktu dari Angada menguap dari pikirannya."Aku bosan berburu di peternakan alam."Hutan di areal home stay dipagar kawat sehingga binatang liar tidak masuk, ribuan kelinci dan ayam hutan dilepas.Kirana berencana melepas mallard dan angsa untuk memanfaatkan danau."Gunung itu angker, Tuan. Konon banyak peri gentayangan di malam Jumat Kliwon."Tidak aneh, setiap gunung mempunyai cerita istimewa untuk para pendaki berhati-hati.Padahal di mana pun berada perlu berhati-hati."Aku lihat banyak wisatawan berkemah," kata Arjuna. "Jadi mereka ingin melihat penampakan peri?""Mereka tidak berani berkemah di malam Jumat Kliwon.""Malam itu kh

    Last Updated : 2024-08-07
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 22

    Pelayan mendirikan dua buah tenda kecil dan satu tenda besar. Tenda kecil untuk Arjuna dan Kirana, sedangkan tenda besar untuk mereka. Kemudian pelayan menyiapkan kompor berbahan bakar briket untuk memasak. "Di gunung ini banyak rusa dengan daging terlezat dan lemak separuh daging sapi," kata Kirana sambil menumpuk kayu bakar untuk api unggun. "Tapi peliharaan peri." "Jadi daging rusa adalah santapan peri?" Arjuna turut membantu menumpuk ranting kecil yang banyak terdapat di sekitar. "Rusa adalah teman bermain peri." "Barangkali peri jomblo." "Peri sudah bersuami buat apa kelayapan malam Jumat Klwon?" "Nah, kamu gentayangan malam Jumat Kliwon." "Aku kan belum bersuami." "Beberapa hari lagi." "Kamu juga beberapa hari lagi." Senja mulai turun. Matahari menampakkan jingganya lewat celah dedaunan. Udara mulai menusuk. Blazer menghangatkan mereka. "Jadi peri marah kalau kita menyantap daging rusa?" "Sebagaimana sahabat kita dibunuh, pasti murka." Gadis ind

    Last Updated : 2024-08-09
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 23

    Makan malam dengan panggang hati angsa sungguh nikmat sekali. Tapi kenikmatan itu terasa hambar manakala teringat Lesmana memberi tahu dirinya tidak datang dalam acara lamaran, meski kenyataannya begitu. Arjuna tidak berniat untuk datang pada akhir bulan. Ia akan mengirim manajer rumah untuk menjelaskan duduk perkaranya. "Kau mestinya tidak menjawab begitu," kata Arjuna. "Aku sulit untuk berubah pikiran." "Kau tidak berniat datang kan?" "Aku berniat datang jika malam ini peri memberi tahu siapa pemilik kujang emas." "Ada hubungan apa kujang pusaka itu dengan ayahmu?" "Aku tidak dapat bercerita banyak," keluh Arjuna. "Kau sudah memutuskan tentang kehadiranku." "Aku bilang prediksi ke Chitrangada." "Prediksimu pernah melesat?" "Tidak." "Berarti kau telah memberi kepastian." Arjuna menyelesaikan makan malam, kemudian pergi ke sopir untuk berkemas pulang ke bungalow. "Jangan begini dong, Jun," kata Kirana. "Kau mesti paham posisi Lesmana." "Justru aku paham bet

    Last Updated : 2024-08-11
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 24

    "Kau ratu peri atau ratu dangdut tidak tahu kujang ini?"Lesmana dan Nuraini terkejut mendengar pertanyaan Arjuna yang bernada mengejek itu.Arjuna kesal makhluk setingkat ratu peri tidak mengetahui silsilah kujang itu.Ratu peri mendelik marah. "Kau berani sekali menghinaku! Aku bukan makhluk segala tahu! Kau percaya ada Penguasa Langit dan Bumi?""Percaya."Arjuna senang melihat ratu peri terpancing emosi, sementara Lesmana dan Nuraini keluar keringat dingin.Ratu peri makhluk berkasta tertinggi di langit dan bumi. Ia sulit diredam jika sudah murka. Beberapa sekte terkenal di dunia bahkan memujanya sebagai dewi kecantikan."Tanyalah kepada-Nya!" kata ratu peri. "Ia pasti tahu!"Ratu itu menyumpahi diriku mati, batin Arjuna kecut. Padahal aku bersedia pergi bersamanya."Kujang itu bukan berasal dari bangsaku! Bukan juga dari bangsa jin dan bangsa lucis! Kau tanya ke bangsa mamon dan bangsa ifrit juga pasti tidak tahu! Selain itu, tidak ada kerajaan astral yang mempunyai benda pusaka

    Last Updated : 2024-08-11
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 25

    Arjuna harus menghentikan semuanya sebelum terjerumus ke jurang terdalam.Pada saat itu ia terlambat untuk keluar dari masa lalu.Arjuna mempersingkat liburan di alam pedesaan. Ia kembali ke kota dan meninggalkan perempuan masa lalu."Kamu sengaja membuat Ibu cemas?" tegur Dewi Priti. "Menolak berkomunikasi dengan wanita yang melahirkan dan membesarkanmu dengan susah payah untuk menjadi orang.""Ibu menghubungi lewat nomor mana?" tanya Arjuna heran."Semua nomor; nomor keluarga, nomor pribadi, nomor bisnis, dan nomor umum, semua di luar jangkauan area!"Arjuna tidak membekukan nomor keluarga, nomor itu khusus untuk ibunya dan orang rumah."Nomor keluarga aktif, tidak ada telepon masuk. Nomor lain dimatikan, aku tidak mau diganggu urusan bisnis dan urusan lain." Arjuna pernah mengeluh kepada kujang emas bahwa ia tidak mau menerima telepon yang menambah pusing kepalanya. Kebiasaan Arjuna adalah bercakap dengan kujang emas sebelum tidur.Apakah mungkin kujang emas memblokir telepon mas

    Last Updated : 2024-08-13

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 69

    Sebuah kereta dengan enam penumpang berwajah sangar melaju cukup kencang di atas jalan berkerikil. Di belakang kereta itu terdapat tali yang menarik beberapa pendekar dengan tubuh terikat rantai. Dua orang tampak terseret karena tidak kuat lagi berlari. Pakaian robek-robek. Tapi tidak ada sepotong keluhan pun meluncur dari mulut mereka. Mereka adalah pengikut setia Senopati Aryaseta yang terbongkar penyamarannya. "Aku kira Senopati Aryaseta sudah keluar kalau ada di hutan roban," kata Ki Jagatnata. "Ia pasti marah orang-orangnya diperlakukan seperti binatang." "Hutan roban sangat luas, kita belum separuhnya menempuh perjalanan," ujar Ki Trenggalek. "Bagaimana jika persembunyian mereka berada di perbatasan dengan Laut Selatan? Usaha kita sia-sia." "Aku kira senopati takut melihat kita," tukas Ki Amarta. "Lima Peminum Teh adalah penguasa kegelapan." Mereka sedang memancing Senopati Aryaseta untuk keluar dari sarangnya. Tersiar kabar bahwa senopati itu berada di hutan roban.

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 68

    Kong berhasil mengalahkan si Surai Singa dan membiarkan kabur dengan menunggang kuda. Pendekar berkumis panjang itu takkan bertahan lama dengan luka dalam di dadanya, ia akan tewas sebelum sampai perkampungan.Kong menyodorkan kacamata hitam dan jubah kepada Arjuna. "Buat kau saja," kata Arjuna. "Kau cocok pakai jubah dan kacamata." Kong tampak senang sekali. Ia segera memakai jubah dan kacamata. Dengan pataka itu Kong secara otomatis menjadi ketua rimba persilatan. Ia akan banyak musuh dan paling diburu para pendekar. "Kau akan membuat gempar dunia persilatan," komentar Bajang. "Manusia dipimpin binatang." "Asal jangan pemimpin binatang," kata Ulupi. "Kong binatang berhati manusia." "Maksudmu apa memberikan pataka pada Kong?" tanya Larasati separuh protes. "Kau ingin merendahkan dunia persilatan?" "Aku mempersilakan siapa saja mengambil pataka dari Kong jika merasa direndahkan." Larasati terlalu kaku dengan peradaban sehingga sulit berpikir objektif. Siapapun berhak menja

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 67

    Mereka berhenti di antara pepohonan besar. Mata mereka melayang ke dataran rumput di lereng hutan. Si Surai Singa tampak tertawa terbahak-bahak menyaksikan empat kawannya yang terkapar mati. "Ha ha ha! Sekarang kalian mengakui bahwa akulah yang pantas menjadi ketua rimba persilatan!" Larasati memandang sinis. "Demi pataka ketua, mereka sampai saling bunuh sesama kawan, naif sekali." "Arjuna sudah tahu hal ini akan terjadi," ujar Bajang. "Makanya ia menyerahkan pataka itu untuk mengurangi kekuatan musuh. Menghemat tenaga." Larasati mengakui Arjuna berotak cerdik. Ia malu sendiri teringat perkataannya yang kurang pantas beberapa waktu lalu. Resi Kamandalu pernah memberi tahu para pendekar berilmu tinggi yang malang-melintang di rimba persilatan, di antaranya si Surai Singa dan komplotannya. Mereka pemberontak yang melarikan diri dari Jepara, buronan Ratu Kalinyamat. "Sayang sekali kujang emas terbang entah ke mana! Pataka ketua sudah cukup bagiku! Aku akan kaya raya den

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 66

    Mereka meneruskan perjalanan setelah memberi makanan cukup pada kuda. Chitrangada belum selesai dengan persoalan pataka dan kujang emas. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Chitrangada. "Pertanyaan apa?" "Bagaimana kau pulang secepatnya dengan membawa ayahmu?" Arjuna tahu jawaban dari pertanyaan itu sangat menentukan masa depan mereka. Chitrangada kelihatannya butuh kepastian. Padahal Arjuna sudah menghindari pertanyaan itu. Chitrangada seharusnya tahu bahwa Arjuna menyerahkan keputusan kepadanya. "Aku menunggu takdir," jawab Arjuna. "Aku sudah cukup berusaha untuk menemukan ayahku." "Kau kelihatannya menyerah." Arjuna sudah banyak menjumpai kekecewaan dalam pencarian ini, bahkan ia menjadi sosok yang tak diharapkannya. Arjuna mendapat warisan ilmu kuno untuk menguasai dunia, menjadi pejuang kebenaran di masa lampau dan masa depan. Padahal kebenaran adalah relatif. Tergantung di mana bumi dipijak. "Menyerah dan menyadari perbuatan bodoh adalah dua hal yan

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 65

    Perjalanan jadi kurang menyenangkan, keributan terjadi hampir di sepanjang jalan. Bajang memilih diam, Kong juga. Ketiga perempuan itu tidak puas dengan keputusan Arjuna menyerahkan pataka dan kujang emas. Padahal Arjuna seharusnya menjaga baik-baik, melaksanakan amanat gurunya dengan penuh tanggung jawab. "Kelihatannya kalian begitu ingin aku menjadi ketua persilatan," kata Arjuna. "Padahal aku sendiri ingin pulang secepatnya." "Kau sudah jauh melangkah," sahut Chitrangada. "Sekarang kau ingin pulang tanpa ayahmu." "Apakah aku bilang begitu tadi? Jangan berasumsi." "Bagaimana kau pulang secepatnya dengan membawa ayahmu?" Mereka melewati dataran rumput hijau yang dikelilingi pepohonan. Arjuna turun dan melepas kuda untuk makan sekenyang-kenyangnya. Kemudian ia mencari air untuk minumnya. Bajang dan kingkong turut pergi mencari air. "Aku dapat membaca siasatmu, maka itu aku diam," kata Bajang. "Kau ingin menghemat energi dengan membiarkan mereka bertarung memperebutkan patak

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 64

    Arjuna menghentikan kudanya. Lima pendekar dengan rambut panjang dipilin menghalangi jalan kudanya. "Jadi kabar yang tersiar benar," kata pendekar berkumis panjang. Kuku tangannya juga panjang. Wajah saja yang menjadikan dirinya pantas disebut lelaki. "Resi Kamandalu sudah menyerahkan ketua rimba persilatan kepada muridnya." "Resi Kamandalu terlalu merendahkan kita," ujar pendekar berjenggot panjang bak rambut jagung. "Padahal seharusnya diadakan kompetisi untuk menentukan siapa yang paling pantas." "Arjuna!" seru pendekar berhidung buntet persis burung kakatua. "Kau serahkan pataka ketua secara baik-baik, atau kami paksa!" Arjuna heran mereka mengenal dirinya. Ia baru bertarung dengan Sepuluh Utusan Neraka dan semua tewas, kemudian berjumpa dengan legiun prajurit. Mereka berhasil dilumpuhkan dengan racun kodok emas dan lupa dengan kejadian itu, seakan mereka tak pernah berjumpa. Lalu lima pendekar itu mendapat kabar dari mana? Barangkali ada pendekar yang luput dari perhatian

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 63

    Arjuna keluar dari goa. Ia cukup lama menunggu, tapi ratu ular tidak muncul. Arjuna melihat mereka menunggunya di pinggir sungai. Mereka tampak ceria, kekhawatiran mendapat serangan anaconda hanyalah kesalahpahaman belaka. "Kau cepat sekali muncul," kata Chitrangada. "Aku kira purnama depan baru selesai." Arjuna dapat menguasai kitab kuno dengan cepat berkat bantuan energi kujang emas. Arjuna demikian mudah mempelajari gerakan- gerakan di dalam kitab, termasuk jurus pedang. Kujang emas adalah separuh jiwanya. "Aku tidak melihat ratu ular," kata Arjuna. "Apakah kalian membunuhnya?" "Ratu ular pergi ke hilir sungai," sahut Chitrangada. "Ia ingin bersenang-senang karena sudah bebas menjalankan tugas." "Ia tampak kecewa," bisik Bajang. "Ia sudah menunggu ratusan tahun tapi tidak mendapatkan upah." Arjuna tersenyum kecut. "Aku menunggunya di dalam goa." Arjuna tahu apa yang diinginkan ratu ular, tapi ia malah pergi tanpa pamit. Arjuna hanya dingin kepada calon istrinya, Chitra

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 62

    Kitab itu berusia ribuan tahun, dan tertulis pesan supaya dihancurkan setelah dipelajari. Inti dari ajaran itu adalah meditasi, menyatukan ruh dan jasad dengan semesta alam untuk mengendalikan energi tubuh dalam mencapai tujuan tertentu. Meditasi yang diajarkan Resi Kamandalu berguna sekali, menjadi dasar untuk menguasai ilmu dalam kitab kuno itu. "Ajian Saifi Angin adalah ilmu meringankan tubuh dan berpindah tempat." Arjuna membaca aksara kuno pada lembaran mukadimah. "Ilmu ginkang tertinggi di Jawa Dwipa, satu tingkat di atas Kidang Kuning dan Asma Gunting." Ajian Saifi Angin adalah ilmu para wali di pantai utara, ilmu ini sering digunakan untuk pertemuan di lokasi yang jauh dengan padepokan mereka. Arjuna heran bagaimana ilmu itu tercatat di kitab ribuan tahun lalu, kemudian dimiliki para wali. Apakah ada kitab lain? Padahal kitab ini adalah kitab satu-satunya. Barangkali hasil tirakat dengan menggabungkan ruh dan jasad dalam kegaiban alam semesta. "Eyang resi saja

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 61

    Beberapa jam lalu Arjuna menelusuri tepian sungai mencari Ulupi, tiba-tiba anaconda muncul dari permukaan air dan menyambar dirinya. Arjuna menghindar dengan berjumpalitan di udara, anaconda memburu, merasa terdesak ia mengeluarkan kujang pusaka. Anaconda terdiam kaku dengan mata tak berkedip memperhatikan kujang yang dipegangnya. Kemudian wujudnya berubah menjadi sosok ratu cantik jelita. "Jadi kau pemuda yang bernama Arjuna?" tanya sang ratu. "Aku mendapat wangsit untuk menunggumu di sungai ular." Arjuna mengusap-usap kepala. Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang memberi wangsit itu. "Leluhur Jawa Dwipa memberi wangsit padaku," kata sang ratu. "Resi Kamandalu juga menerima wangsit dari sosok yang sama." "Kau juga ingin menurunkan ilmu padaku?" Arjuna tampak lesu. Sebenarnya ia tidak butuh ilmu kanuragan, ia butuh informasi tentang ayahnya. "Aku sudah menunggumu selama ratusan tahun. Aku diminta untuk menyerahkan beberapa kitab kuno dan pedang Mustika Manik kepadamu sebaga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status