Arkeolog memeriksa kujang emas dengan kaca pembesar, tiada cacat sama sekali.
"Mahakarya yang sangat sempurna," puji arkeolog. "Anda mendapatkan dari mana? Orang itu bodoh sekali menjualnya." "Apa keistimewaan kujang itu?" tanya Arjuna. "Selain terbuat dari emas murni." Kujang itu petunjuk yang tertinggal dalam tragedi cinta satu malam. Ibunya menemukan kujang itu tergeletak di meja saat terbangun keesokan harinya. "Kujang emas ini peninggalan abad enam belas jika dilihat dari motifnya," kata arkeolog. "Senjata pusaka kasta ksatria." "Kau tahu berapa nilainya?" "Kujang ini tak ternilai. Kau tinggal sebutkan harga, mereka langsung mengeluarkan uang." Berarti bapaknya seorang kolektor seni yang kaya raya. Tidak banyak orang yang mempunyai kegemaran gila di negeri ini. Di kepalanya mulai muncul beberapa tokoh publik dan konglomerat. "Kau punya alamat kolektor seni terkemuka?" "Tentu saja. Mereka sering meminta pendapatku. Tapi buat apa kau tanyakan alamat mereka? Kau mau menjual kujang ini?" "Kau bilang tak ternilai, aku bingung menetapkan harganya." "Jangan dijual di bawah tiga ratus miliar." Daftar nama mulai mengerucut, konglomerat eksentrik saja yang berani mengeluarkan uang sebanyak itu. Barangkali juga bapaknya seorang arkeolog, ia lagi merayakan penemuan benda bersejarah malam itu. "Dua puluh lima tahun silam, apakah ada arkeolog yang mengadakan eksplorasi untuk mengetahui kehidupan rakyat Pasundan di masa lampau?" "Ada beberapa, hingga sekarang belum selesai, tapi aku belum pernah mendengar kabar tentang penemuan kujang pusaka ini." Barangkali belum dilaporkan dalam jurnal ilmiah, pikir Arjuna, kujang emas keburu hilang. Bapaknya pasti mencari kujang itu, atau ia terpaksa merelakan karena takut bertanggung jawab. Arjuna bukan hanya menemui arkeolog terkemuka itu, ia mendatangi beberapa arkeolog lagi, tapi semua mengecewakan. "Lalu kujang ini berasal dari mana kalau kalian tidak pernah mendengar beritanya?" keluh Arjuna. "Aku sarankan anda datang ke kolektor seni," kata sang profesor. "Aku ada beberapa nama." Arjuna menjumpai beberapa nama yang diberikan, namun mereka membuat dirinya muak, mereka menganggap kujang itu ilegal karena tidak memiliki surat keterangan. "Kalian tahu siapa aku," gerutu Arjuna jengkel. "Bagaimana mungkin aku menyimpan barang ilegal?" Kolektor terakhir yang ditemui adalah presiden komisaris Nagasoka Grup. Pria separuh baya itu ayahnya Ulupi, teman SMA-nya. Nagasoka juga tidak tahu pemilik kujang emas itu, bahkan pengetahuan tentang barang antik payah sekali. "Aku mesti mencari ke mana lagi pemilik kujang ini?" keluh Arjuna. "Apakah ayahku berasal dari negeri jiran?" Arjuna tidak mungkin berterus terang kepada mereka. Ia sudah terbiasa menikmati rasa hormat. Arjuna mengaku kujang itu ditemukan di meja kerja. Jika mereka tahu kujang emas adalah pembayaran secara tak langsung atas kenikmatan yang didapat dari ibunya, ia pasti kesulitan mencari calon istri dari keluarga bangsawan modern. "Aku kira ada pengagum rahasia memberi hadiah ulang tahun secara diam-diam," kata Ulupi. "Ia ingin membuatmu penasaran." Arjuna enggan melayani percakapan soal pengagum rahasia, sebuah pepesan kosong dari cerita recehnya. Setidaknya Arjuna sudah memperoleh gambaran kalau ayahnya bukan orang biasa. "Kau masih ingat Lesmana?" tanya Ulupi. "Sejak SMA hobi memburu ghost, sekarang jadi cenayang terkenal, followers-nya jutaan, barangkali ia bisa membantu." Lesmana jadi obyek bullying di kelas, ia sekolah di SMA internasional tapi tiap hari berinteraksi dengan hantu lokal, barangkali karena wajahnya rusak mirip hantu. "Kapan kau ada waktu untuk mengantarku ke rumahnya?" Arjuna sudah kehabisan alamat untuk mencari informasi, barangkali Lesmana dapat memberi petunjuk melalui penerawangannya. "Aku kasih alamat rumahnya.. Aku tidak bisa mengantar, ada agenda penting siang ini." "Sepenting apa schedule itu sampai tidak sempat menolong teman SMA mu?" tanya Arjuna. "Aku kira acara sama circle bestie mu bisa di cancel." Arjuna tahu kenapa Ulupi keberatan mengantarnya, ia kuatir terjebak CLBK. Arjuna adalah pacar pertama Ulupi sejak mengenal cinta. Tapi mereka sekarang sudah memiliki pasangan. "Aku ingin menjaga perasaan calon suamiku," kata Ulupi dalam perjalanan ke rumah Lesmana. "Perasaan Chitrangada juga." "Chitrangada bukan perempuan posesif," sahut Arjuna. "Jadi aku bebas pergi dengan siapa saja." "Juga pergi dengan mantan terindah?" "Kamu terlalu indah untuk menjadi mantan."Lesmana membuka mata dengan wajah berkeringat, kelihatan berat sekali untuk mencari tahu siapa pemilik kujang emas. "Tertutup cahaya putih." Lesmana sudah menyerah dari tadi kalau bukan permintaan sahabat lamanya. "Sulit sekali menembus cahaya itu." Arjuna merasa kasihan melihat kondisi cenayang itu, sepertinya kalah ilmu sehingga tidak sanggup membuka tabir. Barangkali bapaknya berilmu tinggi, atau mempunyai guru spiritual untuk menutup penerawangan dari kompetitor bisnis atau orang berbuat jahat. "Jangan paksakan," kata Arjuna. "Terima kasih atas bantuanmu." "Kujang ini memiliki kesaktian luar biasa." Lesmana mengembalikan kujang emas yang dipegangnya. "Hawanya sangat aneh." Kujang receh dibilang sakti, keluh Arjuna dalam hati. Lamarannya pasti diterima Angada kalau kujang itu sakti. Nyatanya kujang emas tidak dapat menolong dirinya, pemiliknya saja gelap. Ia curiga Lesmana cenayang konten, ilmunya kosong. "Aku ada beberapa kenalan cenayang," kata Ulupi setelah m
Arjuna memperhatikan kujang emas sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. Kujang itu selalu dibawanya ke mana pun pergi, siapa tahu ia bertemu secara kebetulan dengan pemiliknya. Arjuna belum menemukan jawaban, bagaimana kujang bernilai ratusan miliar sampai tertinggal di kamar hotel? Apakah bapaknya seorang pejabat penting sehingga buru-buru pergi karena kuatir tertangkap tim OTT? Telpon internal di meja berbunyi, ia tekan tuts. "Maaf mengganggu, Pak." Terdengar suara sekretaris lewat loud speaker. "Ada tamu." "Hari ini tidak ada schedule menerima tamu." Arjuna sedang tidak mau diganggu. Pikirannya lagi kacau. Ibunya mendesak untuk menjual kujang emas karena ada tawaran menggiurkan dari kolektor kelas kakap dari negeri jiran. Ibunya menginginkan Arjuna untuk melupakan bapaknya dan mengakhiri pencarian sia-sia. Arjuna menolak, ia ingin menjadikan kujang emas sebagai pengganti ayahnya, sehingga perlu dipertahankan sampai akhir hayat. "Tamu itu ada urusan penting dan mend
"Celaka!" Arjuna terduduk lemas di kursinya. Nasib baik seolah tak berpihak padanya. Padahal ia menyebutkan nama yang sekiranya tidak dikenal, ternyata menjadi rekan bisnis Chitrangada. "Kenapa aku bilang Rara Ireng pilihan bapakku?" Rara Ireng adalah musuh bebuyutan sewaktu SMA, dan menjadi kompetitor bisnis setelah mereka menjadi CEO. Perseteruan mereka barangkali sampai kiamat kalau Rara Ireng tidak meneruskan bisnis ayahnya dan tinggal di Kuala Lumpur. Perusahaan di Jakarta dipegang adiknya, Arjuna baru merasa tenteram dan damai. Chitrangada muncul dari toilet, ia mengeluh, "Aku tidak tahu apa keistimewaan Rara Ireng sampai ayahmu tidak menyetujui aku jadi menantunya." "Mantannya lebih sedikit." "Ada pengaruhnya bagimu?" "Tidak ada." Mantan Arjuna juga banyak sampai kemudian ia menemukan gadis yang cocok untuk mengakhiri petualangannya. "Aku tinggal di Boston untuk menimba ilmu, bukan menimba budaya mereka," kata Chitrangada. "Lalu apa masalahnya dengan pah
Arjuna bertanya kepada sekretaris lewat telpon internal, "Ada orang masuk saat aku pergi ke basement?" "Tidak ada, Pak." Arjuna menyesal seharusnya kujang emas disimpan di brankas. Tapi laci meja dikunci dan tidak ada tanda-tanda dibuka paksa. Arjuna memeriksa rekaman kamera pengawas, tidak ada orang masuk selama ditinggal pergi. "Sungguh aneh," kata Arjuna. "Apa mungkin ada pencuri masuk lewat kaca gedung?" Ada perbaikan sealant pada kaca gedung. Tapi bagaimana mereka masuk sementara kaca tertutup rapat? Laci juga tidak mengalami kerusakan. Ibunya menghubungi lewat gawai, "Kok lama sekali?" "Kujangnya hilang." "Apa?" Terdengar nada kaget cukup keras. "Bagaimana hal itu terjadi?" "Sewaktu aku mengantar Chitrangada ke basement parkir, kujang disimpan di laci dan dikunci, sekarang tidak ada." Kujang emas benar-benar bikin jengkel dirinya. Ia ada kesempatan untuk membuktikan Datuk Cakil adalah ayah biologisnya, tapi kujang emas menutup kesempatan itu. Arjuna me
"Kujang setan." Arjuna teringat pada cenayang yang terbakar jubahnya gara-gara kujang emas. Ia belum keluar dari rumah sakit karena mengalami luka bakar cukup serius. Arjuna menyesal sudah memaki-maki cenayang itu. "Datang dan pergi seenaknya." Dewi Priti terkejut mendengar ucapan itu, ia sampai urung keluar dari ruang kerja putranya. "Ada apa?" Arjuna mengeluarkan kujang emas dari laci. Dewi Priti melotot. "Tadi kulihat laci itu kosong, bagaimana sekarang ada di laci?" "Ibu bertanya pada siapa?" Arjuna pusing memikirkan keanehan itu. Kujang emas dimasukkan ke tas kerja. Dewi Priti segera menghubungi Datuk Cakil, sambil berkata, "Mumpung belum jauh." Perkiraannya Datuk Cakil baru keluar dari basement parkir. "Kenapa pikiran Ibu sederhana sekali?" Arjuna kesal melihat ibunya menghubungi datuk dari seberang itu. "Mestinya Ibu tahu kujang emas tidak mau berpindah tangan, ia pasti menghilang lagi kalau Datuk Cakil datang." Arjuna pergi meninggalkan ruang kerja.
Arjuna ingin mendatangi Wisnu untuk menjelaskan masalahnya tapi kuatir terjadi keributan. Arjuna segera pulang dan meninggalkan Ulupi di rumah Lesmana, sebelum Chitrangada dan Rara Ireng tiba. Ia berpesan kepada mereka untuk tidak menceritakan kedatangannya. Arjuna tidak terkejut saat menerima telpon dari Chitrangada, ia bertanya sambil berendam di jacuzzi, "Ada apa?" "Gawat! Pernikahan Ulupi berantakan gara-gara kamu!" "Sekarang kau berada di mana?" Arjuna kuatir Chitrangada menelpon dari rumah Lesmana dan didengar Rara Ireng, persoalan pasti merembet. Arjuna lega saat tahu Chitrangada sudah meninggalkan rumah cenayang itu. "Aku dalam perjalanan ke rumah Wisnu. Aku kira persoalan sudah selesai, ternyata chaos." Arjuna juga heran Wisnu sangat posesif. Ia sendiri tidak mempersoalkan mereka pergi berdua. Masa lalu bukan halangan untuk menjalin pertemanan. Cinta butuh kepercayaan. "Kebersamaan aku dengan Ulupi seperti kebersamaan kamu dengan Wisnu. Lalu persoalannya di
"Sebaiknya kau siap-siap." Dewi Priti menegur putranya saat sibuk memeriksa berkas digital untuk presentasi. "Jadi lamaran kan malam ini?" "Entahlah." Dewi Priti heran. "Kok jadi ragu begitu?" Arjuna menutup berkas, bersandar lesu dengan sinar mata hampa menatap langit-langit. "Aku mesti menyelesaikan masalah Ulupi lebih dahulu, Wisnu menolak bertemu karena jadwalnya padat. Bosnya seakan tidak mendukung masalah mereka cepat diselesaikan." "Kau seharusnya paham Chitrangada menginginkan dirimu fokus mengurus lamaran." "Apa lagi yang perlu diurus? Lukas sudah siap datang ke rumah Chitrangada sebagai bapak pura-pura, tinggal Ibu perlu beradaptasi." Dewi Priti sering membawa Lukas dalam jamuan makan malam, bahkan sering mendapat pujian sebagai pasangan serasi. Persoalannya justru pada Arjuna. Dewi Priti melihat putranya terlalu gampang memandang masalah, padahal biasanya sangat seksama menangani persoalan kecil saja. "Ada apa?" tanya Dewi Priti lembut. "Aku melihat s
"Tunggu!" Chitrangada mengejar Arjuna yang sudah masuk lift dan menekan tombol hold. Chitrangada mengikuti pacarnya turun ke lantai dasar. "Apa maksudmu akan menyeret Wisnu ke polisi?" Arjuna menyindir, "Kau sempat mengejarku padahal sangat sibuk?" "Kau sudah mengacaukan mood Wisnu!" Chitrangada merasa perlu menegur Arjuna karena bisa menggagalkan pertemuan dengan Rara Ireng. "Jadi salahku memberi peringatan kepada lelaki yang sudah sewenang-wenang kepada kaummu?" Arjuna memandang dengan dingin. "Wisnu sakit hati Ulupi jatuh cinta kepadamu!" "Kau sakit hati kalau aku jatuh cinta kepada Liu Yifei?" "Mimpi!" "Kenapa Wisnu tidak berpandangan begitu? Apa karena Liu Yifei aktris mendunia, sedangkan aku CEO lokal?" "Banyak kejadian CLBK." "Lalu aku dianggap dari kebanyakan itu? Terus terang aku tersinggung. Kau sudah tanya tentang perasaan Wisnu kepadamu?" "Buat apa?" "Untuk membuktikan bahwa cinta itu jujur, tapi pemiliknya munafik." Pintu lift terbuka. Arjuna
Arjuna memutuskan untuk pergi ke Batulayang. Ia harus mencari Senopati Aryaseta untuk mengetahui lokasi pintu dimensi. Arjuna harus berbesar hati bertemu dengan ibu sambung yang merupakan mantan kekasihnya, meski sulit untuk memaafkan pengkhianatan Senopati Aryaseta terhadap ibunya. Tapi haruskah? "Kita cari cendekia yang menguasai ilmu dan perhitungan lokasi pintu dimensi," kata Arjuna berubah pikiran. "Aku enggan minta tolong pada senopati." Arjuna ingin mencari raja yang digulingkan, tapi Panduwinata sedang dilanda kemelut karena putranya kehilangan gelar kebangsawanan. Untuk mendapatkan gelar kebangsawanan, ayah dan ibunya harus menikah secara resmi, dan itu tidak mungkin. Pernikahan sedarah adalah terlarang. Bagaimana Panduwinata dapat membantunya sementara ia sendiri terlilit masalah besar. Resi Aswatama telah menimbulkan bencana tanpa berkesudahan. "Meminta bantuan Resi Aswatama dan Raja Widura lebih tidak mungkin lagi," keluh Arjuna. "Bukan menolong, mereka pasti
Kong menuntaskan perlawanan empat pengawal utama istana dengan kematian. Mereka memilih bertarung sampai akhir dan menderita luka dalam sangat parah. Kong protes karena Arjuna membiarkan Empat Iblis Hitam pergi ke kastil selatan tanpa mereka. "Pantas saja kau kena kutukan kalau matamu sulit dijaga," kata Arjuna. "Kekhawatiranmu hanya modus. Mereka bukan pendekar kaleng-kaleng." Arjuna curiga Kong bukan sekedar selingkuh dengan dewi kelamin, ia melakukani kesalahan besar yang menyebabkan jiwanya terkurung dalam sosok kingkong. Dewi kelamin masih bisa tampil dalam wujud asli, namun Kong tidak bisa bertransformasi menjadi dewa kelamin, atau wujud ksatria. Bahkan Kong tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa manusia, hanya bisa bahasa isyarat. "Kesalahan apa yang telah kau lakukan, Kong?" selidik Arjuna penasaran. "Mengapa hukuman yang kau terima berat sekali? Aku kira perselingkuhan dengan dewi kelamin bukan kesalahan tak termaafkan." Kong menjelaskan bahwa perselingkuhan
Mereka siap menjalankan perintah Arjuna untuk membebaskan tawanan wanita di kastil selatan. Mereka juga bersedia menuruti ucapannya yang satu itu. "Barangkali sudah takdir kami untuk menjadi istri Kong," kata Dara Hiti. "Aku menganggap ucapanmu adalah lamaran bagi kami." Arjuna menyesal telah berucap begitu kalau dianggap serius oleh Empat Iblis Hitam, padahal ia hanya ingin memancing amarah pengawal utama sang raja. Persoalannya, Kong hanya mencintai Ratu Anaconda yang merupakan perwujudan dari dewi kelamin wanita. Kong dan ratu siluman ular sedang menjalani hukuman di mayapada. Mereka tidak tahu bagaimana cara membebaskan diri dari kutukan. Empat Iblis Hitam pasti tersinggung kalau seekor binatang menolak mereka menjadi istri. "Lupakanlah ucapanku itu. Anggaplah sebuah kesalahan dalam strategi mengacaukan musuh." Kong sulit untuk memenangkan pertarungan. Empat pengawal utama berilmu sangat tinggi, bahkan celurit setan mengangkat kemampuan mereka setingkat resi. Arjuna tidak
Kong memberi kesempatan kepada mereka untuk mengambil celurit setan. Mereka sangat mengandalkan senjata itu, padahal tidak berguna untuk melawan mantan dewa itu. Celurit setan pasti patah jika pengawal utama istana bersikukuh memegangnya. Mereka terpaksa melepaskan untuk menyelamatkan celurit itu. Mereka tidak berniat untuk kabur meskipun harapan untuk memenangkan pertarungan sangat tipis. "Siapa kau sebenarnya?" tanya kakek botak. "Kau bukan binatang biasa." "Kong adalah calon suami Empat Iblis Hitam," kata Arjuna. "Bukankah kalian sebetulnya tak berniat untuk menyeret mereka ke mahkamah kerajaan? Kalian akan menyeret mereka ke atas ranjang?" Empat pengawal utama yang sudah kehilangan Kalapati selaku ketua tampak tersinggung, padahal apa yang dikatakan Arjuna tepat sekali. Mereka tak bermaksud membawa Empat Iblis Hitam ke istana Pancala, mereka akan menyekapnya di kastil pesisir selatan. Empat Iblis Hitam terlalu cantik untuk mati di tiang gantung. Mereka bisa dimanfaa
Arjuna berkelebat maju. Pedang mustika manik meliuk-liuk mengincar titik kelemahan Kalapati. Trang! Trang! Bunga api berhamburan dari bentrokan senjata, meramaikan siluet kebiruan dan kemerahan laksana kembang api. Kalapati terkejut merasakan chi Arjuna yang demikian tinggi. Tangannya bergetar setiap kali terjadi kontak senjata. "Seandainya gurumu adalah Resi Kamandalu, kau takkan sanggup bertahan dari serangan celurit setan," ujar Kalapati. "Siapa kau sebenarnya? Apakah kau titisan Dewa Ares?" "Kenalilah lewat pedangku," sahut Arjuna sambil mencecar Kalapati dengan serangan pedang yang mematikan. "Seharusnya matamu sudah terbuka sejak awal kalau kau tokoh sakti rimba persilatan." "Pedangmu seperti pedang berlian mustika manik, tapi pedang itu sudah dinyatakan punah beberapa abad lalu." "Lau kau anggap pedang ini adalah pedang tiruan? Bagaimana celurit setan bisa sompek oleh pedang palsu?" Mata celurit setan gompal di beberapa bagian terkena hantaman pedang mustika manik. Ka
Kalapati baru menyadari kalau Empat Iblis Hitam kehilangan pedangnya. Kehilangan pedang berarti mereka kehilangan separuh kekuatan. Jadi bukan masalah besar baginya. "Empat Iblis Hitam laksana burung patah sayap tanpa pedang jian." "Cukup Kong menghadapi kalian!" Kalapati takjub dengan kingkong yang mampu melayani gempuran kawan-kawannya. Arjuna menyerahkan pataka ketua dan kujang emas kepada Kong karena ia layak mengembannya. "Kau sudah menghina rimba persilatan dan istana Pancala!" kata Kalapati sambil mencecar Arjuna dengan pukulan tangan kosong. "Kau serahkan pataka dan kujang pusaka kepada binatang!" "Kong lebih mulia dari kalian. Jadi ia pantas memimpin rimba persilatan dan menjadi raja Pancala!" "Jahanam...!" geram Kalapati. "Manusia masa depan sungguh tak punya tata krama!" Kalapati mengirim tendangan dan pukulan dewa. Sebuah kombinasi maut yang sudah banyak makan korban. Kalapati heran Arjuna berani menangkis dan beradu pukulan, padahal serangan kombinasi
"Aku beruntung sekali, menunggu pengkhianat tapi mendapat tangkapan besar!" Kalapati dan beberapa tokoh istana melompat turun dari dahan rimbun dan mendarat di hadapan mereka. Empat Iblis Hitam tampak kecut melihat kehadiran beberapa tokoh sakti itu. Mereka adalah pengawal utama Raja Widura, terkenal sangat kejam dan bengis. Dara Hiti heran bagaimana mereka sampai tahu lokasi yang sangat rahasia ini. "Mengapa kalian seperti melihat hantu?" tanya Arjuna. "Bukankah kalian sering melihat wajah jelek itu?" "Mereka adalah tokoh sakti mandraguna bergelar Lima Celurit Setan, ilmunya setingkat guruku, Resi Aswatama." "Aku kagum kau masih mengakui guru, padahal Resi Aswatama lah yang membocorkan kepergian kalian ke pegunungan utara. Bukankah selain kalian, hanya resi itu yang tahu?" "Ia memerintah kami untuk menjalankan misi rahasia ini. Apa tujuannya ia melapor kepada pengawal utama?" Penghubung menjumpai Resi Aswatama, mereka hanya menjalankan perintah. "Kau terlalu polos
Dara Hiti berkata, "Aku harus mempercayai teman seperjalanan." Setelah bertemu dengan penghubung, mereka akan melakukan perjalanan ke Jepara. Arjuna mencari pintu dimensi untuk pulang ke masa depan, Dara Hiti mencari rumah untuk tinggal sebagai warga Jepara. Dara Hiti sebenarnya berharap Arjuna membawa mereka, pindah ke abad dua puluh satu akan lebih aman bagi mereka. "Bagaimana jika penghubung berkhianat?" tanya Arjuna. "Kau sudah menyiapkan rencana cadangan?" "Kami membawa banyak uang," jawab Dara Hiti. "Cukup untuk berdagang pakaian di Jepara." "Seharusnya kalian bergabung dengan Senopati Aryaseta. Kepandaian kalian sangat dibutuhkan untuk mengembalikan tahta kepada pewaris yang sah." "Aku tidak ingin jadi murid durhaka." Arjuna kagum mereka tetap menaruh hormat kepada Resi Aswatama padahal sudah diperlakukan sangat buruk. Bahkan makin buruk jika mereka tidak melarikan diri ke Jepara. Mereka sudah cukup matang untuk menjadi selir. Biasanya keluarga istana menga
Arjuna merasa kepalanya pening. Ia sulit menerima kenyataan itu. Ia curiga ibunya sudah mengetahui siapa ayahnya, karena seorang pembesar maka dirahasiakan. Berarti pria yang dicari selama puluhan tahun ada di depan mata. Bahkan Arjuna pernah bertemu beberapa kali untuk kepentingan bisnis. "Aku mesti segera pulang," kata Arjuna lesu. "Misiku sudah selesai. Kau ada pakaian untuk ganti?" "Ada di pelanaku." Arjuna membebaskan totokan mereka. Pendekar gelang biru bukannya senang, ia heran. "Kau kelihatan kurang bergairah setelah mengetahui perempuan itu. Apakah ia perempuanmu?" "Perempuanku ikut bersamaku. Ia sebentar lagi muncul." Kirana sepertinya sudah tahu siapa lelaki yang dicarinya. Ia tidak ingin Arjuna mengganggu kenyamanan hidupnya. Kirana pasti canggung untuk menjadi ibu sambung bagi mantan terindah. Ia rela berkorban uang banyak. Padahal Aryaseta tinggal sangat lama di masa depan bukan mencari cinta, tapi mencari kujang emas. "Aryaseta sudah lupa dengan kejadian mala