Karena mantan dari mempelai wanita datang, pernikahan akibat perjodohan itu pun berubah total! Naya Rivera harus menjalani pernikahan dengan Darian Kingsley untukmenyelamatkan kehidupan anggota keluarganya!
view moreSeorang pria muda nan terlihat dewasa menghentakkan jabatan tangan calon ayah mertuanya, lalu menarik napas dalam-dalam kemudian mengucapkan kalimat sakral yang sudah ia hapalkan sejak semalam. "Saya terima ...,"
Dua kata baru saja diucapkannya, tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki cepat memasuki ruang tamu keluarga mempelai pihak wanita hingga para tamu yang hadir mengalihkan perhatian ketika nada tinggi bak bariton deru senapan laras panjang bergema di seluruh penjuru ruangan.Kedatangan seorang pria dengan pakaian rapi, namun wajah tanpa ekspresi berjalan mendekati pelaminan. "Hentikan! Pernikahan ini tidak bisa diteruskan." Orang itu berhasil membuat suasana tentram menjadi tegang.Suara yang begitu asing untuk semua orang hanya saja tidak untuk Naya. Gadis itu menoleh ke arah suara karena ingin memastikan pendengarnya tidaklah salah. Debaran detak jantung meronta tak kuasa menahan rasa yang ia sendiri hampir melupakan wajah tamu tak di undangnya.King? Setelah setahun berlalu, kenapa dia kembali? Apa tujuannya?~tanya Naya yang hanya bisa ia simpan di dalam hati dengan firasat tak enak mengingat masa lalu di antara mereka berdua.Tak seorangpun tahu akan takdir masa depan. Masa yang dianggap telah berakhir menjadi awal kehidupan. Dimana Naya telah memutuskan untuk menerima lamaran putra sahabat sang ayah tercinta. Dan hari ini adalah acara pernikahan dari putri bungsu keluarga Arsyad. Tentunya hari yang paling ditunggu oleh kedua keluarga besar.Rumah dipenuhi kebahagiaan dengan puji syukur karena putri tunggal keluarga Arsyad akhirnya melepaskan masa lajang. Banyak para tamu sudah hadir dan siap menyaksikan ikrar janji suci mereka. Semua sempurna hingga tak tampak ada kekurangan suatu apapun.Seulas senyum tersungging menghiasi wajah anggun dengan bibir semerah strawberry. Naya tak bisa membohongi diri, ia benar-benar terlihat berbeda setelah dirias sedemikian rupa. Sekarang dirinya berubah menjadi putri raja dalam sehari, "Cantiknya putriku, Bunda sampai pangling liatnya. Ayo nak, semua sudah menunggu!""Makasih, Bunda, Naya berharap ini yang terbaik," ucapku dengan menggenggam tangan bunda.Pandangan kami saling terpaut melalui pantulan cermin. Jelas sekali terlihat rona bahagia di mata seorang ibu yang akhirnya setelah penantian panjang bisa melihat anak kesayangan berhias menuju pelaminan untuk memulai hidup baru, sehingga perasaan khawatir tak lagi singgah mengetuk hati.Bunda mengusap lengan Naya, lalu tak lupa mengecup puncak kepala sang putri menyalurkan kehangatan atas cinta seorang ibu. "Aamiin ya rabbal 'alamin."Kebersamaan antara ibu dan anak harus diakhiri mengingat acara sudah dimulai. Dimana kedatangan beberapa wanita yang menjadi bridesmaid langsung mengambil alih situasi. Para bridesmaids membawaku pergi meninggalkan kamar menuju tempat pelaminan untuk melakukan ikrar janji suci.Suasana begitu ramai membuat diri ini gugup hingga tatapan mataku bertemu dengan tatapan mata Mas Dian. Wajahnya yang bercahaya bersambut rona merah dipipiku. Tak ingin terlihat salah tinggal, sontak kutundukkan pandangan.Langkah kaki kami beriringan hingga mencapai meja tempat acara dimana mempelai pria, pak penghulu dan para saksi sudah berkumpul. Lalu Bunda meraih tangan kananku yang tanpa basa-basi diserahkan pada tangan ayah, kemudian dengan penuh kasih sayang membimbingku untuk duduk disebelah Mas Dian."Sudah siap? Mari, kita mulai!" Pak penghulu membuka buku panduan sebelum akad nikah, lalu mulai do'a pernikahan dan tak lupa memberikan wejangan sebagai syarat dan ketentuan selama lima belas menit.Jiwa tak kuasa menahan gemuruh hati akan kenyataan yang kini menjadikan diriku sebagai seorang mempelai wanita. Apalagi ketika melihat tangan ayah menjabat tangan Mas Dian bersambut ucapan ijab yang terdengar begitu khusyuk. "Saya nikahkan dan kawinkan saudara Dian Sutrisno bin Abi Fathur dengan Putri kandung saya Naya Rivera binti Arsyad dengan mas kawin lima gram logam mulia dibayar tunai!"Sekilas kejadian sebelum berubah menjadi kericuhan begitu ijab diucapkan sang ayah mempelai wanita. Kembali pada waktu yang sama, dimana kedatangan King langsung menggemparkan para tamu undangan. Bahkan orang-orang tak kuasa menahan diri untuk berdiam diri menjadikan kekacauan tersebut sebagai gosip obrolan tanpa rasa malu."Siapa Anda berani menghentikan pernikahan kami. Naya calon istri saya, sudah pasti bisa dilanjutkan!" tegas Mas Dian dengan bangga karena memang memiliki hak untuk menuntaskan ikrar janji suci pernikahan kami.Bukannya menunduk menyadari kesalahannya. Tamu tak diundang itu dengan santai meneruskan langkah kakinya hingga menyisakan jarak dua meter dari meja pelaminan. "Apa kamu tidak punya malu menikahi wanita milik pria lain? Di luar sana masih banyak wanita lain. Silahkan pilih, tapi Naya hanya milikku!""Apa maksud ucapan Anda, Tuan?" Mas Dian menatap pria di depannya dengan tatapan mata bingung karena selama beberapa waktu sebelum pernikahan. Ia tak sekalipun mendengar calon istrinya memiliki seorang kekasih, lalu siapa pria yang berani mengakui Naya sebagai milik seseorang.Situasi semakin tegang. Apalagi para tamu undangan mulai bergunjing membicarakan kejadian yang ada secara terang-terangan. Naya sendiri mulai memahami apa keinginan tamu tak diundang yang datang dengan niat tak baik. Niat hati ingin menghentikan dengan mencengkram tangan Mas Dian."Mas, jangan ladeni dia. Bisakah kita lanjutkan pernikahan ini?" Naya mencoba untuk mengubah keadaan kembali normal yang membuat Dian menoleh menatap ke arahnya.Kekhawatiran sang calon istri terlihat begitu jelas, ia bisa merasakan kegelisahan gadis itu hingga dirinya mengusap tangan Naya berharap bisa memberikan kekuatan, "Tenang, aku ada bersamamu dan tidak akan kubiarkan pria manapun merusak hari istimewa kita."Perlakuan Dian yang lembut penuh perasaan menghadirkan rasa nyaman di hati Naya, tapi tiba-tiba tertarik ke belakang bersambut pukulan telak bersarang di perut mempelai pria. Hal itu terjadi begitu cepat membuat orang-orang tersentak.Suara jeritan Naya menyadarkan diri akan keadaan yang sudah lepas kendali. Lalu, ia menatap pria dingin yang merusak acara dengan tatapan mata tajam tak berkedip. "Darian Kingsley! Tidakkah cukup perbuatanmu di masa lalu dengan merenggut kehormatan ku, kini apa lagi yang kamu mau, hah!"Suara pengakuan Naya bergema memenuhi ruang acara. Gadis itu tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan berhasil memantik api kekecewaan di hati keluarga dan calon suaminya bahkan para tamu undangan juga ikut bergunjing meski di dalam hati. Siapa yang tidak terkejut bahwa mempelai wanita merupakan bekas pria lain.Sementara itu, King tersenyum puas karena keberadaannya diakui oleh gadis yang merupakan mantan kekasih, hanya saja itu tidak cukup sampai pernikahan dibatalkan. Baginya sangatlah penting untuk mendapatkan Naya kembali. Naya harus menjadi milik dia seorang dan untuk memuluskan keinginan hati, maka semua sudah disiapkan sedemikian rupa.Tak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Naya. Ia bertepuk tangan, lalu menarik tangan Dian hingga berdiri menghadap dirinya, "Apa kamu dengar apa yang Naya katakan. So, sekarang sudah jelas 'kan? Naya Rivera milik Darian Kingsley seorang!""Tidak. Naya tetap calon istriku!" tegas Dian tak mau membiarkan pernikahannya kacau hanya karena satu masalah saja.King terkekeh mendengar keyakinan Dian seolah pria itu memahami seperti apa Naya. Bukannya menyerah, tapi malah ingin melanjutkan pernikahan. Pengakuan Naya bersambut ketetapan pernyataan dari Dian. Couple yang saling mengasihi. Lalu, apa ia harus ikhlas?"Naya, katakan padaku. Apa kamu ingin pernikahan ini tetap dilanjutkan atau harus kuhentikan?" King beralih menatap lurus ke belakang dimana Naya berada. Gadis itu terlihat marah bahkan sorot matanya enggan meredup. Rasanya panas bak sengatan sinar mentari.Di tengah kekaguman akan ciptaan Sang Penguasa Alam tiba-tiba dikejutkan suara keras ketukan pintu kasar. Entah yang mengetuk pintu tak memiliki sopan santun atau memang sedang terburu-buru. Apapun alasannya, satu hal pasti sudah membangkitkan rasa kesal dari dalam hati. "Ck! Ganggu orang seneng aja," gerutunya tetapi tetap melangkah mendekati papan kayu yang setinggi hampir dua meter. Lalu, ia putar knop meski rasa malas menyapa, "Elo, gak bisa sabar dikit gitu jadi human?""Halah, rumah sendiri ini, suka-suka aku donk." timpal si pendatang seraya melemparkan sebuah dokumen bersampul transparan ke penghuni kamar yang berdiri menghalangi pintu. Bukannya tidak paham, apalagi tak mengerti akan situasi apalagi waktu. Baginya pekerjaan lebih penting daripada harus memeluk sikap kalem. Sebab tidak hari tanpa tekanan sang majikan dan seluruh penghuni tempat mereka berpijak tentu sangat hapal peraturan di luar kepala masing-masing. Lalu, untuk apa dia merasa sungkan? "Gue gak peduli. Poko
Penantian yang dinantikan nyatanya hanya memakan waktu kurang dari sepuluh menit hingga seorang pria dengan perut nan buncit datang menghampiri. Nama pria itu ialah Pak Didit yang memiliki peran penting karena bertanggung jawab atas setiap bangunan sebelum pindah ke tangan pemilik sah. Menurut informasi, pria satu itu juga tinggal tak jauh dari perumahan elit tetapi tidak menjadi salah satu pemilik unit sebab perusahaan telah menyediakan rumah berbeda. "Selamat malam, Tuan. Maaf udah buat Anda nungguin saya lama. Mari saya antar ke kediaman Anda sembari membicarakan prosedur terakhirnya!" Pak Didit tanpa basa-basi langsung mengajak King untuk meninggalkan parkiran. Meski mereka berdua terpisah di kendaraan berbeda sepanjang perjalanan menuju kediaman sang pemilik properti. Bangunan berlantai tiga dengan desain modern dimana dari luar tampak deretan dinding kaca tertutup tirai. Akan tetapi dengan pagar setinggi satu meter lebih membuat pandangan dari luar tidak bisa melihat secara me
Namun, apa gunanya mengkhawatirkan seseorang yang selalu siap menjalani lika-liku kehidupan. Bukan karena tuannya itu memiliki kekuasaan tetapi ia percaya akan setiap langkah sang atasan selalu berdasarkan perhitungan. Selain itu, tanggung jawab yang harus ia penuhi adalah memastikan keamanan dari pasien. Tentu saja tidak ada tempat untuk dirinya bersantai. Oleh karena itu, kaki melangkah kembali masuk ke dalam rumah sakit tapi bukan ke ruang ICU melainkan ke salah satu lorong dimana ruangan dokter yang menangani Mrs. varsha berada. Ia harus memastikan pengaturan yang diinginkan atasannya terpenuhi tanpa mengalami masalah apapun. Sementara di sisi lain, King sendiri fokus menyetir dimana perjalanan malam akan sangat membosankan karena tak ada teman sepermainan. Bagaimana kesunyian begitu enggan meninggalkan kesendirian di tengah hiruk pikuk kendaraan yang juga berlalu lalang di luar sana. Sesaat fokus teralihkan pada kerlap-kerlip lampu jalan yang menjadi bintang jalanan. "Kenapa o
Kekacauan di jalan raya itu tak bisa dihindari bahkan kemacetan pun kian menjadi. Akan tetapi tidak menghalangi laju kendaraan beberapa ambulans yang meninggalkan lokasi kejadian kecelakaan. Suara sirine terdengar mengaung membelah jalanan yang mana membuat orang-orang pemilik kendaraan lain membiarkan tanpa mengeluh sebab mereka tahu nyawa di dalam kendaraan milik rumah sakit sedang dipertaruhkan. Begitu juga dengan para perawat yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pertolongan pertama pada pasien. Hingga pada akhirnya mereka hanya bisa menunggu sampai di rumah sakit untuk melanjutkan pengobatan dari pasien yang mengalami kecelakaan. Jarak yang ditempuh memerlukan waktu kurang dari tiga puluh menit dan itu pun tanpa halangan selain berpacu pada waktu. Pihak rumah sakit langsung menyambut para pasien begitu mobil ambulans berhenti di lobi. Kemudian mengeluarkan satu per satu brankar diterima oleh beberapa dokter berbeda. Penanganan telah berpindah tangan tetapi peng
Aya tersenyum meski rasa di dalam dada terasa panas membara. Entah kenapa ia tiba-tiba memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya. Mungkin karena beberapa hari terakhir lebih banyak memiliki waktu senggang atau sebatas terlalu memikirkan banyak hal secara bersamaan. Apapun alasannya, ia merasa kehilangan semangat. "Gak kok, Suamiku. Yuk, kita ke bawah buat sarapan." ajak Aya dengan manja dimana ia menggandeng tangan kanan suaminya. Langkah kaki berjalan bersama menyusuri lantai marmer menuju anak tangga yang ada di depan sana. Terkadang sikap menghadirkan kebenaran tanpa kata-kata. Bahkan tidak setiap pernyataan bisa menjadi fakta yang sebenarnya. Begitu juga dengan perasaan dimana selalu terpancar dari tatapan mata. Bagi mereka yang peka, maka perubahan sekecil apapun bisa terasa. Namun, seringkali manusia melupakan hal paling sederhana yaitu berusaha terbuka pada pasangan sendiri. Raga pemilik jiwa bukan seorang peramal, sebab itu agar pasangannya memahami isi hati dan pikiran, ten
Setelah kepergian sang istri, akhirnya King beranjak dari tempat tidur. Pria itu tidak ingin membuat Naya terbawa perasaan hanya karena keberadaannya. Terlebih lagi hubungan mereka hanya sebatas di atas kertas. Sejak awal adalah orang asing, maka sampai kapanpun akan tetap asing. Begitulah pikirnya yang mana sesuai dengan fakta tanpa melupakan kebenaran. Ia pun tidak berniat untuk mengingkari janji yang telah ia buat secara sadar walau demi kepentingan diri sendiri. Jika belenggu emosi bisa ia hindari, lalu apa gunanya untuk menghadirkan kesempatan mengenal satu sama lain? Langkah kaki menyusuri anak tangga dengan santainya dan tatapan mata fokus ke depan tidak teralihkan oleh hal lain. Sejujurnya, dia enggan untuk tetap tinggal di rumah Matthew. Akan tetapi mengingat situasi lebih baik menjaga jarak untuk memastikan tidak ada kecurangan. Apalagi tindakan di luar batas yang hanya untuk mengancamnya. "Selamat pagi, Tuan Muda. Mau bibi buatin teh atau kopi?" Seorang pelayan langsung
Jarak kian tersingkirkan tetapi nyatanya masih tidak bisa mendengar dengan jelas. Racauan yang keluar dari bibir begitu samar tetapi keringat dingin malah membanjiri wajah Naya. Apakah wanita itu mengalami mimpi buruk? Tangan dengan tenang menyambar tisu dari atas nakas, lalu ia mengelap keringat hingga tanpa sadar memperhatikan wajah Naya lebih seksama. Meski tanpa polesan make up nyatanya wanita yang memejamkan mata tetap memancarkan kecantikan alami. Hanya saja bibir begitu pucat seolah-olah tidak ada darah yang mengalir. Waktu menunjukkan pukul sebelas lebih dua puluh menit. Baginya masih terlalu awal untuk menjemput mimpi, tapi ketika mendapati keadaan Naya yang tak baik membuat hati tergerak untuk memastikan situasi masih terkendali. Sayangnya semakin mencoba memahami keadaan, ia merasa istrinya terjebak di alam bawah sadar. "Hei, bangun!" ucapnya seraya menggoyangkan lengan kanan Naya. Menurutnya tidak ada cara lain untuk menghilangkan rasa cemas di saat raga dalam keadaan
Kegiatannya akan selalu sama setiap kali duduk di kursi kebesaran yang mana menyelesaikan pekerjaan tanpa keluar dari ruang kerja. Alih-alih mencari jawaban atas pertanyaan yang datang menyapa benak kepala. Jemari kembali berselancar dengan pandangan mata fokus membaca satu per satu pesan di e-mail perusahaan. Kesibukan nya sampai melupakan waktu hingga tanpa sadar hari sudah petang. Bahkan dentingan jarum jam yang menjadi teman kesunyian tak ia hiraukan. Akan tetapi di saat seseorang mengetuk pintu dan masuk tanpa dipersilahkan sesaat mengalihkan perhatiannya ke arah depan. "Sore menjelang malam, Bos. Aku kesini cuma mau anter laporan," Langkah kaki berjalan menghampiri meja kaca, tetapi melihat penuhnya meja dengan berbagai barang. Ia tak tahu harus meletakkan berkas dimana, "Tuanku, tidak bisakah Anda rapi sedikit saja.""Hmm. Beresin aja kalau kamu memang gak tahan," timpal sang atasan tanpa mengalihkan perhatian dari laptopnya. Pekerjaan memang selalu ada dan ia sengaja membere
Kebersamaan suami istri di pagi hari masih dilanjutkan meski hanya duduk dan saling berpelukan. Tuan Matthew meminta istrinya untuk menemaninya sampai ia merasa lelah dan bisa kembali beristirahat. Rasa kantuk nyatanya tak kunjung datang meski semalaman ia begadang. Sementara Naya, gadis itu terlihat tengah membereskan kamar pasiennya. Pekerjaan yang mulai terbiasa dilakukannya membuat ia tak sibuk memikirkan hal-hal di luar batas kesabaran. Apalagi setelah mendapat perlakuan yang cukup menyita perasaan akibat peduli pada pasangan sendiri. "Non, boleh bibi masuk?" seorang pelayan yang datang tanpa mengetuk pintu tetapi tetap meminta persetujuan Naya sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. "Masuk saja, Bi." sahut Naya tanpa menoleh ke belakang karena suara terdengar familiar. Selain itu, ia sendiri juga sengaja membiarkan pintu tetap terbuka agar udara di dalam kamar berganti. Bibi melangkahkan kaki tetapi suara langkahnya terdengar begitu pelan. Sampai akhirnya meletakkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments