Seorang pria muda nan terlihat dewasa menghentakkan jabatan tangan calon ayah mertuanya, lalu menarik napas dalam-dalam kemudian mengucapkan kalimat sakral yang sudah ia hapalkan sejak semalam. "Saya terima ...,"
Dua kata baru saja diucapkannya, tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki cepat memasuki ruang tamu keluarga mempelai pihak wanita hingga para tamu yang hadir mengalihkan perhatian ketika nada tinggi bak bariton deru senapan laras panjang bergema di seluruh penjuru ruangan.Kedatangan seorang pria dengan pakaian rapi, namun wajah tanpa ekspresi berjalan mendekati pelaminan. "Hentikan! Pernikahan ini tidak bisa diteruskan." Orang itu berhasil membuat suasana tentram menjadi tegang.Suara yang begitu asing untuk semua orang hanya saja tidak untuk Naya. Gadis itu menoleh ke arah suara karena ingin memastikan pendengarnya tidaklah salah. Debaran detak jantung meronta tak kuasa menahan rasa yang ia sendiri hampir melupakan wajah tamu tak di undangnya.King? Setelah setahun berlalu, kenapa dia kembali? Apa tujuannya?~tanya Naya yang hanya bisa ia simpan di dalam hati dengan firasat tak enak mengingat masa lalu di antara mereka berdua.Tak seorangpun tahu akan takdir masa depan. Masa yang dianggap telah berakhir menjadi awal kehidupan. Dimana Naya telah memutuskan untuk menerima lamaran putra sahabat sang ayah tercinta. Dan hari ini adalah acara pernikahan dari putri bungsu keluarga Arsyad. Tentunya hari yang paling ditunggu oleh kedua keluarga besar.Rumah dipenuhi kebahagiaan dengan puji syukur karena putri tunggal keluarga Arsyad akhirnya melepaskan masa lajang. Banyak para tamu sudah hadir dan siap menyaksikan ikrar janji suci mereka. Semua sempurna hingga tak tampak ada kekurangan suatu apapun.Seulas senyum tersungging menghiasi wajah anggun dengan bibir semerah strawberry. Naya tak bisa membohongi diri, ia benar-benar terlihat berbeda setelah dirias sedemikian rupa. Sekarang dirinya berubah menjadi putri raja dalam sehari, "Cantiknya putriku, Bunda sampai pangling liatnya. Ayo nak, semua sudah menunggu!""Makasih, Bunda, Naya berharap ini yang terbaik," ucapku dengan menggenggam tangan bunda.Pandangan kami saling terpaut melalui pantulan cermin. Jelas sekali terlihat rona bahagia di mata seorang ibu yang akhirnya setelah penantian panjang bisa melihat anak kesayangan berhias menuju pelaminan untuk memulai hidup baru, sehingga perasaan khawatir tak lagi singgah mengetuk hati.Bunda mengusap lengan Naya, lalu tak lupa mengecup puncak kepala sang putri menyalurkan kehangatan atas cinta seorang ibu. "Aamiin ya rabbal 'alamin."Kebersamaan antara ibu dan anak harus diakhiri mengingat acara sudah dimulai. Dimana kedatangan beberapa wanita yang menjadi bridesmaid langsung mengambil alih situasi. Para bridesmaids membawaku pergi meninggalkan kamar menuju tempat pelaminan untuk melakukan ikrar janji suci.Suasana begitu ramai membuat diri ini gugup hingga tatapan mataku bertemu dengan tatapan mata Mas Dian. Wajahnya yang bercahaya bersambut rona merah dipipiku. Tak ingin terlihat salah tinggal, sontak kutundukkan pandangan.Langkah kaki kami beriringan hingga mencapai meja tempat acara dimana mempelai pria, pak penghulu dan para saksi sudah berkumpul. Lalu Bunda meraih tangan kananku yang tanpa basa-basi diserahkan pada tangan ayah, kemudian dengan penuh kasih sayang membimbingku untuk duduk disebelah Mas Dian."Sudah siap? Mari, kita mulai!" Pak penghulu membuka buku panduan sebelum akad nikah, lalu mulai do'a pernikahan dan tak lupa memberikan wejangan sebagai syarat dan ketentuan selama lima belas menit.Jiwa tak kuasa menahan gemuruh hati akan kenyataan yang kini menjadikan diriku sebagai seorang mempelai wanita. Apalagi ketika melihat tangan ayah menjabat tangan Mas Dian bersambut ucapan ijab yang terdengar begitu khusyuk. "Saya nikahkan dan kawinkan saudara Dian Sutrisno bin Abi Fathur dengan Putri kandung saya Naya Rivera binti Arsyad dengan mas kawin lima gram logam mulia dibayar tunai!"Sekilas kejadian sebelum berubah menjadi kericuhan begitu ijab diucapkan sang ayah mempelai wanita. Kembali pada waktu yang sama, dimana kedatangan King langsung menggemparkan para tamu undangan. Bahkan orang-orang tak kuasa menahan diri untuk berdiam diri menjadikan kekacauan tersebut sebagai gosip obrolan tanpa rasa malu."Siapa Anda berani menghentikan pernikahan kami. Naya calon istri saya, sudah pasti bisa dilanjutkan!" tegas Mas Dian dengan bangga karena memang memiliki hak untuk menuntaskan ikrar janji suci pernikahan kami.Bukannya menunduk menyadari kesalahannya. Tamu tak diundang itu dengan santai meneruskan langkah kakinya hingga menyisakan jarak dua meter dari meja pelaminan. "Apa kamu tidak punya malu menikahi wanita milik pria lain? Di luar sana masih banyak wanita lain. Silahkan pilih, tapi Naya hanya milikku!""Apa maksud ucapan Anda, Tuan?" Mas Dian menatap pria di depannya dengan tatapan mata bingung karena selama beberapa waktu sebelum pernikahan. Ia tak sekalipun mendengar calon istrinya memiliki seorang kekasih, lalu siapa pria yang berani mengakui Naya sebagai milik seseorang.Situasi semakin tegang. Apalagi para tamu undangan mulai bergunjing membicarakan kejadian yang ada secara terang-terangan. Naya sendiri mulai memahami apa keinginan tamu tak diundang yang datang dengan niat tak baik. Niat hati ingin menghentikan dengan mencengkram tangan Mas Dian."Mas, jangan ladeni dia. Bisakah kita lanjutkan pernikahan ini?" Naya mencoba untuk mengubah keadaan kembali normal yang membuat Dian menoleh menatap ke arahnya.Kekhawatiran sang calon istri terlihat begitu jelas, ia bisa merasakan kegelisahan gadis itu hingga dirinya mengusap tangan Naya berharap bisa memberikan kekuatan, "Tenang, aku ada bersamamu dan tidak akan kubiarkan pria manapun merusak hari istimewa kita."Perlakuan Dian yang lembut penuh perasaan menghadirkan rasa nyaman di hati Naya, tapi tiba-tiba tertarik ke belakang bersambut pukulan telak bersarang di perut mempelai pria. Hal itu terjadi begitu cepat membuat orang-orang tersentak.Suara jeritan Naya menyadarkan diri akan keadaan yang sudah lepas kendali. Lalu, ia menatap pria dingin yang merusak acara dengan tatapan mata tajam tak berkedip. "Darian Kingsley! Tidakkah cukup perbuatanmu di masa lalu dengan merenggut kehormatan ku, kini apa lagi yang kamu mau, hah!"Suara pengakuan Naya bergema memenuhi ruang acara. Gadis itu tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan berhasil memantik api kekecewaan di hati keluarga dan calon suaminya bahkan para tamu undangan juga ikut bergunjing meski di dalam hati. Siapa yang tidak terkejut bahwa mempelai wanita merupakan bekas pria lain.Sementara itu, King tersenyum puas karena keberadaannya diakui oleh gadis yang merupakan mantan kekasih, hanya saja itu tidak cukup sampai pernikahan dibatalkan. Baginya sangatlah penting untuk mendapatkan Naya kembali. Naya harus menjadi milik dia seorang dan untuk memuluskan keinginan hati, maka semua sudah disiapkan sedemikian rupa.Tak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Naya. Ia bertepuk tangan, lalu menarik tangan Dian hingga berdiri menghadap dirinya, "Apa kamu dengar apa yang Naya katakan. So, sekarang sudah jelas 'kan? Naya Rivera milik Darian Kingsley seorang!""Tidak. Naya tetap calon istriku!" tegas Dian tak mau membiarkan pernikahannya kacau hanya karena satu masalah saja.King terkekeh mendengar keyakinan Dian seolah pria itu memahami seperti apa Naya. Bukannya menyerah, tapi malah ingin melanjutkan pernikahan. Pengakuan Naya bersambut ketetapan pernyataan dari Dian. Couple yang saling mengasihi. Lalu, apa ia harus ikhlas?"Naya, katakan padaku. Apa kamu ingin pernikahan ini tetap dilanjutkan atau harus kuhentikan?" King beralih menatap lurus ke belakang dimana Naya berada. Gadis itu terlihat marah bahkan sorot matanya enggan meredup. Rasanya panas bak sengatan sinar mentari.Suasana yang mencekam mendadak hening karena orang-orang mengalihkan perhatian mereka hanya tertuju pada mempelai wanita. Dian pun ikut berbalik menghadap ke arah Naya. Calon istrinya begitu pendiam seolah tidak memiliki keyakinan untuk melanjutkan hubungan mereka atau hanya perasaan dia saja? Entahlah, tapi jelas keraguan mulai menyergap hati mempertanyakan diri akan masa depan nanti.Kebingungan menyergap rasa dan logika. Satu sisi, ia sadar akan semua yang sudah terjadi dan di sisi lain fakta tak bisa diubah. Jika melanjutkan pernikahan maka yang tersisa ketidakberdayaan seorang istri. Akan tetapi, jika tidak diteruskan, apa bisa bertahan dari rasa malu?Perlahan memejamkan mata seraya meraup oksigen sebanyak yang ia bisa. Gemuruh di dalam hati bersambut pertengkaran mengikat akal sehatnya. Apa yang harus dirinya lakukan? Masa lalu bersama Darian masih terpatri mengikat jiwa, tetapi kehidupan nyata menuntut kepastian.Betapa ia terjebak di tengah kenyataan dan kebenaran yang tak bi
Dalam penantian malam nan dingin hanya duduk seorang diri tanpa teman hingga kedatangan seorang pria mengalihkan perhatian dari bacaan buku yang sangat membosankan. Wajah tampan berhias seulas senyum dengan tatapan mata menakjubkan. Binar keceriaan tercetak jelas memancarkan semangat perjuangan."Permisi, boleh duduk di sini?" Pria itu menunjuk ke arah bangku kosong yang ada di seberang dimana tempat dirinya duduk seorang diri.Tatapan mata bergerak kesana kemari melihat suasana cafe yang ramai pengunjung bahkan tidak ada lagi tempat kosong selain di mejanya. Melihat itu, tentu hati tak tega sehingga mengangguk memberikan izin agar si pria duduk menjadi teman satu waktu dalam kehidupan yang begitu singkat. Sebagai sesama manusia haruslah toleransi. Iya, kan?"Siapa namamu?" tanya pria itu sambil menarik kursi, lalu duduk tapi pertanyaannya terabaikan tanpa ada jawaban.Keheningan kembali menyapa, sebenarnya tidak sehening itu karena para pelayan juga hilir mudik memberikan pesanan pad
Semua itu karena situasi yang semakin mencekam. Dimana King tanpa mengenal usia membuat beberapa tamu menjadi sandra tanpa terikat tali. Bukan masalah ketika hanya sekedar ancaman, tapi apa yang dilakukan si pria brengsek itu langsung menjadi aksi spontan. Sehingga tanggung jawab dipertaruhkan bersambut rasa kemanusiaan.Harapan dan doa menjadi akhir dari kekacauan. Meski hati menolak menerima pernikahan Naya dan King. Tetap saja ia harus mengiringi kedua pasutri baru itu dengan doa terbaik agar bisa mengubah keadaan di masa yang akan datang. Keraguan itu ada, tapi keyakinan lebih dari cukup mempercayakan semua kepada Tuhan Yang Maha Esa.Sementara itu, King yang berada di dalam mobil masih sibuk memainkan anak rambut yang menghalangi wajah istrinya. Tatapan matanya tampak tenang tanpa ada kemarahan seolah baru saja menikah dengan restu dari semua orang. Padahal hati dan pikiran menyadari apa yang sudah dirinya lakukan.Apa, kenapa, bagaimana dan untuk apa dirinya menikah dengan Naya?
Kenyataannya adalah dunia selalu menghempaskan harapan dari setiap insan yang mendambakan kasih sayang tanpa syarat. Termasuk dirinya, apapun yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT, maka sebagai hamba Nya hanya bisa beradaptasi, bertawakal, ikhtiar lalu memasrahkan segala sesuatunya pada Yang Maha Kuasa.Ini bukan tentang agama, melainkan titik kehidupan setiap insan di dunia yang pasti akan menjalani fase sama dengan ujian berbeda. Seperti diamnya sang tuan muda yang menikmati gerakan tangan maju mundur mencium dinding kamar mandi. Sekali, dua kali hantaman dengan suara yang begitu memilukan menghadirkan derai warna merah menjadi akhir pelampiasan.Aroma anyir menyeruak menghadirkan senyum devil menghiasi wajah King. Pria itu tampak menikmati rasa perih, pegal dan juga ngilu di tangan kanannya. Sadar tidak akan bebas beraktivitas nantinya, tapi ia tak peduli akan hal itu. Sementara di luar kamar mandi, Naya baru saja sadar.Wanita itu mencoba menyesuaikan pandangan matanya yang masih
Persiapan Naya hanya memakan waktu kurang dari sepuluh menit. Dimana wanita itu buru-buru keluar dari kamar karena ia tak ingin memberikan alasan pada King untuk melukai keluarganya. Apapun yang terjadi kedepannya nanti ia hanya harus berusaha menyenangkan hati sang suami meski terkesan pasrah tanpa niat pemberontakan. Rasanya ingin menertawakan kehidupan yang saat ini dirinya jalani. Lucu saja, ketika dulu tangan berdoa sepenuh hati agar mendapatkan suami seperti King justru pria itu pergi meninggalkan ia seorang diri tanpa ada kabar maupun jejak. Kemudian hari ini, di saat hati siap menerima Dian sebagai masa depan dan takdir mengubah kenyataan sesuka hati.Kebenaran yang selalu menjadi momok trauma untuk diri sendiri mendadak terungkap. Malu? Bukan, hanya saja ia sadar tidak pantas menjadi istri seorang pria baik seperti Dian dan tak memiliki hak untuk menghakimi King karena masa lalu mereka berdua terjalin atas dasar suka sama suka. Kini situasinya sama seperti bintang jatuh yan
Sebegitu tidak pentingkah dirinya dalam kehidupan pria itu? Pertanyaan demi pertanyaan hanya menambah rasa ketidaknyamanannya menjadi kekecewaan kian mendalam yang ia coba singkirkan tanpa ingin mempertanyakan. Dirinya semakin sadar akan posisi di dalam kehidupan sang suami.Sesi makan malam berlangsung selama kurang lebih tiga puluh menit, lalu dilanjutkan dengan berpindah ruangan. Dimana Tuan Matthew ingin memberikan sambutan atas kedatangan menantu pertamanya, meski pria itu tidak menyukai Darian karena alasan tertentu. Ia tetap menjalankan tradisi leluhur dengan melakukan rapat keluarga."Siapa namamu?" Tuan Matthew mengulurkan tangan kanan seraya melirik menatap ke arah sang menantu mencoba memberikan kode Naya untuk menyambut tangannya, tetapi sang menantu justru menoleh ke arah Darian yang duduk di depan bar dan sibuk menuang minuman.Sementara tuan Matthew menyadari dimana ia memiliki menantu yang takut pada putranya. Melihat itu, tentu tak ingin ambil pusing sehingga dengan
Pemandangan yang begitu menenangkan tetapi tak bisa menjadi obat kesendirian. Kesadaran yang tersisa semakin menyiksa sehingga pria itu beranjak dari tempatnya. Langkah kaki berjalan meninggalkan balkon dan kembali memasuki kamar yang masih menyala terang. Lirikan mata tertuju pada ranjang king size dimana Naya sudah merebahkan diri memeluk mimpi.Melihat itu, ia tak ingin mengganggu. Lagipula pada kenyataannya pernikahan mereka berdua hanya di atas kertas tanpa ada ikatan hati, apalagi ikatan batin. Setelah mengambil minuman dari lemari yang menjadi wadah kulkas mini. KIng kembali ke balkon untuk menikmati malam sambil meneguk minuman yang bisa menghilangkan segala pikiran serta beban hati.Semribit angin malam tak mempengaruhi pria itu karena suhu tubuhnya semakin panas akibat minuman. Sebotol sampanye tandas tak tersisa berpindah ke dalam perut yang dihabiskan selama dua jam sebagai teman kesendirian. Entah sudah berapa lama ia menikmati tekanan karena menyimpan rasa yang kia
Satu pertanyaan itu sudah cukup menjadi serangan telak yang tidak pernah ia bayangkan. Seketika ia merasa seluruh kehidupan bercampur kekacauan menjadi satu tanpa bisa dipisahkan. Logika yang selalu menjadi ketetapan atas kesadaran akan setiap tindakan justru mengubah emosi menjadi tidak benar.Namun, dirinya hanya bisa mengikuti alur karena bagaimanapun semua sudah terjadi dan atas persetujuannya sendiri. Kini yang bisa dilakukannya hanya menjalani takdir yang menjadi awal dunia baru. Pandangan mata kosong menatap ke depan bersambut hati yang semakin bergejolak menyadarkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.Meski tak memungkiri bahwa apa yang dilakukannya saat ini, sangatlah bertolak belakang dengan harapan yang selalu diagungkan. Tak ada kata selain kesunyian di tengah kegelapan malam, meski tersisa sinar temaram yang mewarnai secercah kehidupan terpantul menghiasi dinding-dinding yang menjadi penonton setia.Pilar besar penopang bangunan seolah siap mencampakkan ia jika sampai