Menjadi seorang wanita pendendam bukanlah keinginan seorang Nalla Aideen Hollie. Namun apa daya disaat usianya yang baru saja menginjak 8 tahun, ia mendapati kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah dibunuh oleh kelompok pembunuh bayaran. Dan setelah itu, 20 tahun waktu berlalu pun dendam yang sudah sepanjang usia Nalla miliki semakin terasa begitu besar. Bersama dengan sang suami yang sangat dicintai, Benjamin Preston, seorang pemimpin kelompok pembunuh bayaran juga yang sama memiliki keinginan untuk membalaskan dendamnya kepada sang rival, Jacob Xander. Namun sayangnya, selama pernikahan itu berlangsung rasa cinta yang Nalla miliki terhadap Benjamin justru hanya dibalaskan oleh kebohongan serta pengkhianatan saja. Lalu, bagaimana bisa Nalla hidup bersama dengan pria yang tidak pernah mencintai dirinya? Dan bagaimana jadinya jika rasa cinta tulus yang selama ini begitu diharapkan oleh Nalla, namun justru ada pada Jacob Xander? Rival sang suami, serta seorang pria yang dulu pernah membunuh kedua orang tuanya itu.
Lihat lebih banyakHappy Reading . . .
~Jangan lupa tinggalkan support kalian dengan komentar.. Xoxo~***Roma, Italia~Di sebuah ruangan yang berukuran cukup luas, dengan penerangan yang hanya berasal dari sebuah lampu lantai yang menyala di sudut ruangan dan sinar bulan yang tidak terlalu terang karena terhalang oleh hujan yang turun dengan sangat lebat di luar sana, masuk menembus kaca-kaca jendela ruangan tersebut.“Jadi, kapan kita akan memulai puncaknya?” Tanya seorang wanita dengan begitu angkuhnya. Sambil membawa segelas whisky, wanita itu mendudukkan dirinya di atas pangkuan sang kekasih yang sedang menghisap ‘weed’ yang baru saja dinyalakan.“Aku masih belum bisa banyak bertindak,” Balas sang pria yang tak kalah angkuh juga.“Tetapi kau sudah diberikan kekuasaan.”“Baru satu Minggu yang lalu.”“Intinya kau sudah menjadi bos dan kau penguasanya. Dan yang memberikan kekuasaan itu adalah Daddy-mu sendiri.”“Diamlah! Aku sedang tidak ingin membahasnya.”“Lalu, kau tidak tertarik dengan semua harta yang aku beritahukan kepadamu. Ayolah, aku sudah sangat tidak tahan dengan Gio sialan itu. Dia selalu memerintahku layaknya aku ini bukanlah adiknya.”“Apa yang bisa aku dapatkan? Karena aku menginginkan lebih dari yang pernah kau ucapkan,” ucap pria itu dengan begitu angkuhnya.“Nalla. Dia memiliki sesuatu yang sangat langka dan begitu berharga. Jika kau memiliki benda itu, kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan. Karena hartamu tidak akan pernah habis. Tepat di usianya yang ke 28, warisan itu akan diberikan kepadanya.”“Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya pria itu yang mulai tertarik dengan suatu hal yang baru saja didengarnya.“Aku punya banyak mata-mata di rumah itu.”“Mengapa harus di saat usianya yang ke 28 tahun?”“Gio dan Corrie sialan itu sudah mengaturnya bersama pengacara mereka. Nalla harus berusia 28 tahun, baru ia bisa memilikinya.”“Lalu, bagaimana bisa sesuatu itu direbut jika Nalla harus berusia 28 tahun?”“Tidak perlu sampai 28 tahun. Jika kau ingin, saat ini juga kita bisa memilikinya. Itu juga, jika kau ingin mendengarkan aku untuk bisa menghabisi keluarga sialan itu saat ini juga.”“Kau dan kebodohanmu itu memang saling melengkapi,” Cibir pria itu dengan seringai tawa kecilnya.“Apa maksudmu?”“Jika Gio sudah mengaturnya dengan pengacara, artinya warisan itu sudah memiliki hukum. Dan jika sudah seperti itu, maka satu-satunya cara untuk bisa merebut apa yang Nalla miliki, adalah menunggunya sampai berusia 28 tahun. Dan setelah itu, ia bisa memberikan apa yang kita inginkan secara hukum dan resmi. Walaupun itu pada akhirnya nanti, akan tetap ada paksaan dan perebutan.”“Aku sudah tidak tahan dengan anak kecil sok pintar itu.”“Jika kau memaksa ingin melakukannya sekarang, apakah kau sudah siap untuk bisa menerima resikonya nanti?”“Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Ben. Aku sudah muak dengan keluarga itu.”“Kita tidak boleh ceroboh dalam bertindak dan mengambil keputusan.”“Jadi kau ingin bergabung denganku sekarang atau tidak? Karena aku sudah tidak tahan dengan semua ini!” seru Megan dengan rasa emosi yang sudah mulai memuncak.“Akan aku pikirkan,” balas Benjamin dengan santai.“Jika kau tidak ingin membantuku, aku akan datang kepada rivalmu.”“Kalau begitu datanglah kepadanya. Kalau perlu memintalah kepadanya agar kau bisa dijadikan pelacur untuk mereka,” balas pria itu yang langsung bangkit dari duduknya, dan hampir membuat sang wanita terjatuh karena masih berada di atas pangkuannya.“What the f**k?! Apa maksudmu?!” Seru wanita itu dengan emosi yang pada akhirnya meledak juga.“Kau ingin datang kepada mereka, bukan? Maka dari itu datanglah, aku tidak akan melarangnya.”“BEN!”“Hubungan kita selesai.”“Apa?”“Hubungan kita selesai dan kau bisa pergi dari sini.”“Tidak, aku tidak ingin kita selesai. Aku tidak mau!” Teriak wanita itu tidak terima.“Diamlah! Suaramu sangat menggangu.”“Aku tidak ingin kita selesai, Ben.”“Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi.”Pria itu pun langsung meninggalkan wanita yang masih berteriak-teriak karena masih merasa tidak terima atas keputusan yang diucapkan oleh seorang pria yang bernama Benjamin Preston. Sedangkan wanita itu tidak terima dengan sang kekasih yang sudah memutuskan hubungan dengannya. Dan ia adalah Megan Hollie, adik dari seorang pengusaha retail yang bergerak di bidang perusahaan berlian terbesar di Italia.Wanita itu ingin menguasai Hollie’s Shiner, karena merasa sakit hati atas setiap perlakuannya yang tidak pernah baik Megan ingin melakukan hal di luar akal sehat. Dan bersama kekasihnya yang seorang pemimpin kelompok pembunuh bayaran, Megan ingin menghabisi Gio dan juga istri beserta anaknya, yaitu Corrie dan Nalla. Wanita itu ingin membunuh keluarga Gio. Dengan menghabisi seluruh nyawa keluarga kakaknya sendiri, perusahaan itu pasti akan jatuh ke tangannya dan tanpa ada yang bisa menghalangi ambisinya itu.Namun setelah sang kekasih memilih untuk mengakhiri hubungannya, Megan tetap tidak berhenti dengan rencananya itu. Ia tetap ingin melakukannya dengan menyewa kelompok pembunuh bayaran rival dari mantan kekasihnya, seperti yang diinginkan Benjamin. Megan ingin membuktikan jika dirinya yang sudah dicampakkan itu tetap bisa melakukan hal yang diinginkannya. Setelah keluar dari mansion mantan kekasihnya, Megan melangkahkan kaki menuju mobil sambil ia yang sedang menghubungi seseorang.“Wow..., kau menghubungiku? Aku tidak terkejut lagi,” suara seseorang di ujung sana yang langsung menyapa pendengaran Megan.“Kita bertemu sekarang juga,” balasnya dengan singkat tanpa menghiraukan sindiran itu.“Kau tahu dimana tempatku, Sayang.”Dengan cepat Megan mengakhiri panggilan tersebut dan ia bergegas memasuki mobilnya. Setelah berada di balik kemudi, ia langsung melajukan mobil menuju tempat yang sudah berada di luar kepalanya. Dari Roma, ia rela pergi menuju Santa Marinella ditengah malam dan di bawah guyuran hujan seperti ini hanya untuk membuat rencana kejinya itu menjadi kenyataan.Kurang lebih selama satu jam ia mengendarai, akhirnya ia memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan rumah yang terlihat cukup mewah. Suara deburan ombak karena rumah tersebut tidak jauh dari pantai, langsung menyambut indera pendengaran setelah ia keluar dari dalam mobilnya.Langkah kakinya itu memasuki sebuah rumah yang begitu dijaga dengan sangat ketat layaknya sang pemilik adalah sosok yang begitu penting di negara itu.“Aku membutuhkan beberapa anak buahmu,” ucap wanita itu setelah ia melihat sosok yang sedang ia cari dan ternyata sedang sibuk dengan dua wanita penghibur di kedua sisinya.“Ternyata kau datang cepat.”“Langsung ke intinya saja.”“Ayolah, tidak perlu terburu-buru. Aku memiliki banyak minuman, tinggal-lah sebentar di sini.”“Bisakah kau usir jalang-jalangmu itu agar aku bisa sedikit leluasa,” balas Megan sarkastik.“Well, kalian sudah mendengarnya, Ladies. Si bos sudah berbicara, dan kalian tahu apa yang harus dilakukan.” Ucap pria itu kepada kedua wanita dimaksudkan oleh Megan tadi yang kini sedang saling menatapnya tajam karena telah mengganggu kesenangannya itu. “Ayolah, sampai kapan tatapan tajam itu akan berakhir?” Sambungnya saat melihat perang tatapan tajam di antara wanita-wanita itu.Dengan berat hati, akhirnya kedua wanita yang sejak tadi sudah menemani pria itu pun meninggalkan tempat itu.“Kau ingin minum?”“Tidak. Aku menyetir,” balas Megan singkat atas tawaran pria itu sambil mendudukkan dirinya di sofa.“Ayolah, sejak kapan kau begitu memikirkan hal-hal seperti itu.”Pria itu pun beranjak dari duduknya, lalu ia melangkah menuju sebuah bar dimana ia menyimpan segala macam dan jenis minuman alkoholnya.“Atau kau ingin cocktail?”“Cocktail buatanmu tidak enak, Vin.”Pria yang dipanggil Vin itu langsung tertawa ketika mendengar ucapan Megan.“Jadi, kau benar tidak ingin minum?”“Vin, aku datang ke sini tidak untuk minum atau sekedar bermain-main.” Ujar Megan yang mulai cukup kesal.“Baiklah. Kau ini selalu saja naik darah ketika berbicara denganku,”. “Memangnya apa yang ingin kau inginkan? Selalu saja, jika ada butuhnya kau baru datang kepadaku,” keluh Vin sambil mendudukkan dirinya di samping wanita itu.“Benjamin tidak ingin membantuku, dan ia justru memutuskan hubungannya denganku.”“Kau tahu pria itu memang bajingan, bukan?”“Ini bukan waktu yang tepat untuk menyela-nya.”“Lalu?”“Aku sedang membutuhkan anak-anak buahmu.”“Kau bisa memintanya kepada Jacob.”“Huh?” Tanya Megan sambil mengernyitkan kening karena ucapan Vin yang membuatnya cukup bingung.“Kau mengenalnya, bukan?”“Anak buahmu itu?”“Ya.”“Kenapa aku harus meminta kepadanya?”“Karena aku sudah menyerahkan kekuasaanku kepadanya.”“Apa? Kau sedang tidak bergurau, bukan?” Tanya wanita itu dengan cukup terkejut.“Tentu saja tidak.”“Kenapa? Kau yang sudah membangun The Rogue’s, Vin. Lalu setelah semuanya sudah menjadi besar, kau rela menyerahkan kekuasaanmu itu?”“Aku ingin berhenti. Hampir dua puluh lima tahun aku tidak terasa sudah berada di dalam lingkungan bisnis ini. Dan aku rasa ini sudah waktunya bagiku untuk berhenti dengan segala kekayaan yang aku miliki dan aku yakin tidak akan ada habisnya itu.”“Jerk!” Cibir Megan yang membuat pria itu langsung dibuat terkekeh.“Tetapi sudah semenjak aku bertemu dengannya, aku percaya dengan Jacob yang benar-benar menjadi anak buah yang bertanggung jawab. Buktinya saja setelah aku angkat menjadi tangan kananku, ia tetap menjadi pribadi yang sama seperti ketika ia menjadi penjaga pintu di depan sana. Aku percaya dengan pria itu, dia benar-benar bisa aku andalkan.”“Karena hal itu kau bisa sampai menyerahkan kekuasaanmu kepadanya? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah lama menjadi pengikutmu.”“Mereka tidak pernah bisa mengambil hatiku dengan cara kerja mereka. Aku bosnya, dan mereka harus menurut dan menerima apapun itu keputusanku. Kau tahu, satu kali aku menyuruh Jacob untuk ikut denganku melakukan eksekusi. Dalam jarak 5 meter, ia bisa menjatuhkan beberapa korban.”“Dan kenapa kita jadi membahas anak buahmu?”“Untuk meyakinkanmu jika anak buahku itu ternyata lebih hebat dari pada bosnya. Dan sekarang kau percaya jika Jacob orang yang hebat, bukan?”“Ya sudah, yang terpenting dalam Minggu ini aku membutuhkan beberapa anak buahmu.”“Untuk misi apa?”“Mengambil hak milikku.”“Dari Gio?”“Kau tidak perlu tahu, karena hal itu bukanlah urusanmu!” Balas Megan sambil beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu.“Kau ternyata masih sama arogannya seperti dulu, Meg!” Teriak Vin kepada Megan yang sudah menjauh.“Dan kau pun tahu jika hal itulah yang menjadi salah satu alasan kita sampai bercerai.”Melihat mantan istrinya yang masih saja memiliki sikap seperti itu, membuat Vin merasa tidak heran lagi kenapa pernikahannya dulu yang baru saja menginjak usia 3 tahun langsung hancur dengan seketika.Namun Vin tidak pernah menyesal akan perceraiannya itu, justru ia merasa lebih baik dengan kehidupannya yang sekarang karena ia tidak harus menghadapi sikap arogan Megan yang menjadi salah satu alasan dan penyebab hancurnya pernikahan mereka.***To be continued . . .Happy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Setelah kedua insan tersebut yang memutuskan untuk bisa kembali bersama-sama, Jacob pun mengajak Nalla untuk bisa kembali ke tempat dimana keduanya berasal. Dengan kembalinya mereka, keduanya ingin memulai kehidupan baru secara bersama-sama dari awal. Dan di rumah Jacob yang dulu menjadi tempat tinggal bersama keluarganya dulu lah, mereka memutuskan untuk memulainya kembali dari awal. Karena hanya tinggal rumah sederhana tersebut sajalah yang benar-benar pria itu miliki. Satu-satunya properti yang Jacob miliki, tanpa campur tangan dari hasil pekerjaan membahayakan yang sudah ditinggalkannya itu. Dan saat ini, senyuman Nalla tidak bisa berhenti disaat melihat berapa manisnya sikap sang pria yang dicintainya. Dengan duduk di kursi meja makan, Nalla sedang memperhatikan Jacob di depan sana yang sedang membuatkan kukis atas keinginan wanita itu. Jacob yang mendengar hal tersebut tentu dengan senang hati melakukan keinginan yang entah sedang dira
Happy Reading . . . *** Satu bulan, tidak terasa waktu sudah berlalu namun Jacob masih belum juga kembali dan bahkan lebih buruknya lagi pria itu juga sama sekali tidak pernah memberikan kabar apalagi menghubungi Nalla. Jangankan menghubungi, dihubungi juga pun entah kenapa ponsel Jacob selalu tidak aktif. Tentu hal tersebut membuat wanita itu menjadi sangat marah. Jacob seakan lari dari tanggung jawabnya, tidak hanya kepada Nalla, tetapi juga kepada anak yang sedang dikandung wanita itu. Sudah cukup rasanya bagi Nalla untuk bersikap sabar dan menunggu kedatangan pria yang tidak pantas untuk diharapkan. Jika seperti ini, Nalla merasa Jacob seperti tidak menginginkannya. Begitu juga dengan calon anak mereka yang masih tidak mengetahui apa-apa. Wanita itu tidak mempersalahkan pria itu yang mungkin memang tidak menginginkan dirinya lagi, tetapi saat ini keadaannya sudah berbeda. Ada buah hati mereka yang telah hadir dan bisa memberikan harapan akan cinta keduanya yang semakin terikat.
Happy Reading . . . *** Jacob melangkah turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri sang anak buah yang sudah menunggunya dan bersiap untuk melakukan misi baru di depan markas kelompoknya. Tidak ada waktu istirahat bagi pria itu setelah menempuh perjalanan darat dari Paris menuju Italy menggunakan mobil selama lebih dari dua belas jam lamanya. Baginya, kepuasan client akan hasil kerja yang bisa tuntas dengan maksimal adalah sebuah kebanggaan baginya sendiri. "Dimana lokasinya?" Tanya Jacob sambil memakai kacamata hitamnya. "Via Calandrelli. Salah satu real estate ekslusif di Roma, dan klien kita menginginkan Mansion tersebut beserta isi dan kekayaan sang adik." "Mereka berkeluarga?" "Ya, Boss." "Sang kakak menginginkan kekayaan sang adik?" "Dari informasi yang saya dapat seperti itu." "Bisakah kau menyaring misi yang lebih menegangkan bagi saya? Dan tidak dengan ikut campur ke dalam permasalahan keluarga orang lain seperti ini? Kau pikir tidak lelah berkendara selama lebih da
Happy Reading . . . *** Tubuh Nalla langsung menegang disaat bahunya itu terasa disentuh dengan tiba-tiba hingga membuatnya cukup terkejut. "Madam Lesley? Hai, Madam." Sapa Nalla setelah melihat keberadaan Madam Lesley yang ternyata sudah mengejutkannya. "Hei, senang bisa bertemu denganmu lagi, Nalla. Bagaimana kabarmu? Apakah setelah mengambil cuti kau sudah merasa lebih baik?" "Ya, Madam. Semuanya sudah terasa lebih baik. Dan sekarang kabar saya pun juga sudah baik-baik saja." "Tetapi saya bisa melihat dari raut wajahmu, seperti masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Ada apa?" Tanya Nadam Lesley sambil mendudukkan diri di samping Nalla. Di kursi panjang taman belakang itu, wanita paruh baya tersebut siap mendengarkan keluh kesah yang sangat terlihat pada diri Nalla. Namun memang benar, wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak yang dikandungnya itu. Setelah melalui malam penuh ketegangan kemarin, Nalla memang langsung memutuskan untuk kembali ke panti wreda dima
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen