Menjadi seorang wanita pendendam bukanlah keinginan seorang Nalla Aideen Hollie. Namun apa daya disaat usianya yang baru saja menginjak 8 tahun, ia mendapati kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah dibunuh oleh kelompok pembunuh bayaran. Dan setelah itu, 20 tahun waktu berlalu pun dendam yang sudah sepanjang usia Nalla miliki semakin terasa begitu besar. Bersama dengan sang suami yang sangat dicintai, Benjamin Preston, seorang pemimpin kelompok pembunuh bayaran juga yang sama memiliki keinginan untuk membalaskan dendamnya kepada sang rival, Jacob Xander. Namun sayangnya, selama pernikahan itu berlangsung rasa cinta yang Nalla miliki terhadap Benjamin justru hanya dibalaskan oleh kebohongan serta pengkhianatan saja. Lalu, bagaimana bisa Nalla hidup bersama dengan pria yang tidak pernah mencintai dirinya? Dan bagaimana jadinya jika rasa cinta tulus yang selama ini begitu diharapkan oleh Nalla, namun justru ada pada Jacob Xander? Rival sang suami, serta seorang pria yang dulu pernah membunuh kedua orang tuanya itu.
View MoreHappy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Setelah kedua insan tersebut yang memutuskan untuk bisa kembali bersama-sama, Jacob pun mengajak Nalla untuk bisa kembali ke tempat dimana keduanya berasal. Dengan kembalinya mereka, keduanya ingin memulai kehidupan baru secara bersama-sama dari awal. Dan di rumah Jacob yang dulu menjadi tempat tinggal bersama keluarganya dulu lah, mereka memutuskan untuk memulainya kembali dari awal. Karena hanya tinggal rumah sederhana tersebut sajalah yang benar-benar pria itu miliki. Satu-satunya properti yang Jacob miliki, tanpa campur tangan dari hasil pekerjaan membahayakan yang sudah ditinggalkannya itu. Dan saat ini, senyuman Nalla tidak bisa berhenti disaat melihat berapa manisnya sikap sang pria yang dicintainya. Dengan duduk di kursi meja makan, Nalla sedang memperhatikan Jacob di depan sana yang sedang membuatkan kukis atas keinginan wanita itu. Jacob yang mendengar hal tersebut tentu dengan senang hati melakukan keinginan yang entah sedang dira
Happy Reading . . . *** Satu bulan, tidak terasa waktu sudah berlalu namun Jacob masih belum juga kembali dan bahkan lebih buruknya lagi pria itu juga sama sekali tidak pernah memberikan kabar apalagi menghubungi Nalla. Jangankan menghubungi, dihubungi juga pun entah kenapa ponsel Jacob selalu tidak aktif. Tentu hal tersebut membuat wanita itu menjadi sangat marah. Jacob seakan lari dari tanggung jawabnya, tidak hanya kepada Nalla, tetapi juga kepada anak yang sedang dikandung wanita itu. Sudah cukup rasanya bagi Nalla untuk bersikap sabar dan menunggu kedatangan pria yang tidak pantas untuk diharapkan. Jika seperti ini, Nalla merasa Jacob seperti tidak menginginkannya. Begitu juga dengan calon anak mereka yang masih tidak mengetahui apa-apa. Wanita itu tidak mempersalahkan pria itu yang mungkin memang tidak menginginkan dirinya lagi, tetapi saat ini keadaannya sudah berbeda. Ada buah hati mereka yang telah hadir dan bisa memberikan harapan akan cinta keduanya yang semakin terikat.
Happy Reading . . . *** Jacob melangkah turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri sang anak buah yang sudah menunggunya dan bersiap untuk melakukan misi baru di depan markas kelompoknya. Tidak ada waktu istirahat bagi pria itu setelah menempuh perjalanan darat dari Paris menuju Italy menggunakan mobil selama lebih dari dua belas jam lamanya. Baginya, kepuasan client akan hasil kerja yang bisa tuntas dengan maksimal adalah sebuah kebanggaan baginya sendiri. "Dimana lokasinya?" Tanya Jacob sambil memakai kacamata hitamnya. "Via Calandrelli. Salah satu real estate ekslusif di Roma, dan klien kita menginginkan Mansion tersebut beserta isi dan kekayaan sang adik." "Mereka berkeluarga?" "Ya, Boss." "Sang kakak menginginkan kekayaan sang adik?" "Dari informasi yang saya dapat seperti itu." "Bisakah kau menyaring misi yang lebih menegangkan bagi saya? Dan tidak dengan ikut campur ke dalam permasalahan keluarga orang lain seperti ini? Kau pikir tidak lelah berkendara selama lebih da
Happy Reading . . . *** Tubuh Nalla langsung menegang disaat bahunya itu terasa disentuh dengan tiba-tiba hingga membuatnya cukup terkejut. "Madam Lesley? Hai, Madam." Sapa Nalla setelah melihat keberadaan Madam Lesley yang ternyata sudah mengejutkannya. "Hei, senang bisa bertemu denganmu lagi, Nalla. Bagaimana kabarmu? Apakah setelah mengambil cuti kau sudah merasa lebih baik?" "Ya, Madam. Semuanya sudah terasa lebih baik. Dan sekarang kabar saya pun juga sudah baik-baik saja." "Tetapi saya bisa melihat dari raut wajahmu, seperti masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Ada apa?" Tanya Nadam Lesley sambil mendudukkan diri di samping Nalla. Di kursi panjang taman belakang itu, wanita paruh baya tersebut siap mendengarkan keluh kesah yang sangat terlihat pada diri Nalla. Namun memang benar, wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak yang dikandungnya itu. Setelah melalui malam penuh ketegangan kemarin, Nalla memang langsung memutuskan untuk kembali ke panti wreda dima
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan
Happy Reading . . . ~Jangan lupa tinggalkan support kalian dengan komentar.. Xoxo~ *** Roma, Italia ~ Di sebuah ruangan yang berukuran cukup luas, dengan penerangan yang hanya berasal dari sebuah lampu lantai yang menyala di sudut ruangan dan sinar bulan yang tidak terlalu terang karena terhalang oleh hujan yang turun dengan sangat lebat di luar sana, masuk menembus kaca-kaca jendela ruangan tersebut. “Jadi, kapan kita akan memulai puncaknya?” Tanya seorang wanita dengan begitu angkuhnya. Sambil membawa segelas whisky, wanita itu mendudukkan dirinya di atas pangkuan sang kekasih yang sedang menghisap ‘weed’ yang baru saja dinyalakan. “Aku masih belum bisa banyak bertindak,” Balas sang pria yang tak kalah angkuh juga. “Tetapi kau sudah diberikan kekuasaan.” “Baru satu Minggu yang lalu.” “Intinya kau sudah menjadi bos dan kau penguasanya. Dan yang memberikan kekuasaan itu adalah Daddy-mu sendiri.” “Diamlah! Aku sedang tidak ingin membahasnya.” “Lalu, kau tidak tertarik denga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments