Happy Reading . . . ~Jangan lupa tinggalkan support kalian dengan komentar.. XoXo~*** Ringisan dan rintihan yang sejak tadi sudah sebisa mungkin Nalla tahan akan rasa sakit pada luka lebam dan goresan dari kuku yang berada di punggungnya, pada akhirnya terdengar juga mengisi keheningan kamar tidur wanita itu. Saat ini dirinya itu sedang diberikan obat krim luka dan krim nyeri oleh Ivy sang asisten, karena Nalla merasa bahwa punggungnya itu tidak hanya memiliki sedikit luka goresan atapun lebam saja. Setelah ia yang semalam telah menerima hal yang sudah membuatnya harus kembali mendapati hal yang seperti siksaan, akibatnya keesokan hari tubuh wanita itu langsung memperlihatkan bukti betapa bajingannya sosok pria yang berstatus sebagai suaminya, pada saat menikmati tubuh Nalla tanpa sedikit pun rasa belas kasihan di setiap detiknya. "Apakah terlihat buruk?" Tanya Nalla yang menatap sang asisten dari kaca meja rias tepat di hadapannya. "Lebam di punggung anda sudah mulai sedikit mem
Happy Reading . . . ~Jangan lupa tinggalkan support kalian dengan komentar.. XoXo~*** Selain timah panas yang terus menerus meluncur di udara dan membuat kebisingan di gelapnya malam serta gang kecil yang menjadi medan pertempuran kedua kelompok itu, sang pemimpin yang kini sedang beradu kekuatan dengan saling menindih dan disusul dengan memberikan pukulan sekuat tenaga itu demi untuk mencapai tujuannya, yaitu ingin saling melumpuhkan satu sama lain. Dengan kedua wajah pria tersebut yang juga sudah terlihat begitu babak belur menandakan jika pertempuran keduanya memang begitu sengit. "Kau tidak pernah belajar, Bedebah! Kau harus membayar setiap nyawa anak buahku, yang sudah kau hilangkan!" Seru Jacob yang kini sedang menekan leher Benjamin dengan lututnya. Kondisi Benjamin yang kini sedang tergeletak dan juga tertindih oleh tubuh Jacob yang memiliki postur tidak kalah besar darinya, cukup membuat pria itu sedikit kewalahan hingga tidak bisa berkutik. Nafasnya pun tentu juga menja
Happy Reading . . . *** Dengan terus menatap sang suami yang sudah beberapa hari ini belum juga tersadar dari luka tembakan yang terakhir ia dapatkan dari pertempuran malam itu, membuat Nalla menjadi merasa tidak tahu harus berbuat apalagi. Rasa khawatir dan cemas setiap harinya sudah begitu ia rasakan. Peluru kecil yang mengenai bagian dada dan hampir saja mengenai jantung yang merupakan organ vital, membuat Benjamin menjadi tidak sadarkan diri selama satu Minggu lamanya. Bahkan pria itu sudah dinyatakan koma sejak pertama kali dibawa ke bagian ruangan pemulihan di Mansion-nya dan diperiksa oleh dokter pribadi yang sudah biasa menangani Benjamin yang selalu memiliki kondisi seperti itu di setiap pulang setelah berkelahi dengan rivalnya. "Sampai kapan kau akan seperti ini? Apa kau tidak lelah? Dimana sosok Benjamin yang kuat dan tidak pernah takut yang aku kenal ini? Aku akan marah kepadamu jika hari ini kau tidak memiliki niatan untuk tersadar juga!" Seru Ravena dengan sangat kesa
Happy Reading . . . *** Senyuman Nalla mengembang bersamaan setelah pintu lift yang ia naiki terbuka di saat wanita itu yang juga langsung mendengar suara sang suami di depan sana sedang meluapkan rasa amarah, dan yang pasti para anak buahnya itulah yang menjadi sasaran. Ia sudah tidak menggelengkan kepala dengan heran lagi, setelah melihat kondisi ruangan basement yang saat ini sudah seperti sehabis terkena bencana alam. Kursi dan meja yang berantakan, dan belum lagi pecahan-pecahan beling yang berasal dari bekas botol minuman beralkohol berserakan di lantai. "Seberapa besar kekuatan gempa yang baru saja terjadi di sini?" Ucap Nalla yang membuat semua orang yang berada di sana mengalihkan pandangan kepada asal suara. "Semua keluar!" Perintah Benjamin dengan berteriak hingga mengejutkan semua orang yang mendengarnya. Setelah semua anak buah Benjamin meninggalkan ruangan basement, Nalla pun menghampiri keberadaan sang suami dan langsung memeluk pinggang pria itu dari sampingnya.
Happy Reading . . . *** Wanita itu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja sang suami sambil membawa selembar gulungan kertas yang berukuran cukup besar di tangannya. Setelah memasuki ruangan tersebut, Nalla langsung menaruh gulungan kertas tersebut di atas meja dan membuat Benjamin yang sedang duduk di kursi kebesaran ruang kerjanya itu mulai mengalihkan pandangan dari layar ponsel di tangannya, menuju tangan yang tepat berada di depannya dan terdapat luka memar yang begitu membekas di pergelangannya. "Semua rencananya sudah berada di sini," ucap Nalla sambil membuka gulungan kertas tersebut hingga terlihatlah setiap langkah akan rencana yang hendak dilakukan oleh wanita itu di atas meja besar di hadapan keduanya. "Bagaimana jika masih tidak bisa?" Tanya pria itu sambil menaikkan pandangannya menuju wajah Nalla. "Aku baru melihat sikap pesimismu ini." "Aku hanya tidak ingin rencana ini akan semakin lama mencapai tujuannya, Sayang." "Tenang saja. Karena aku akan menyerang orang
Happy Reading . . . *** Tubuh pria itu terlihat menegang ketika merasakan sentuhan kecil di bahunya. Sambil mengerjapkan kedua mata, Jacob menengokkan kepala ke pemilik tangan yang kini sudah menggenggam tangannya kanannya. "Ada apa?" Tanya Norah yang kini sudah duduk di samping pria itu. "Apanya?" "Saat aku sedang mencuci piring tadi, katanya kau ingin mengajakku berbicara. Memangnya ada apa? Aku merasa ada sesuatu hal yang terdengar penting." "Hmm..." "Apa kau sudah menemukan yang sempurna di luar sana?" Balas wanita itu dengan asal yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang suami. "Lalu ada apa? Tidak biasanya kau seperti ini. Belakangan ini kau juga menjadi sosok yang lebih banyak diam. Apakah kau sadar akan hal itu?" "Aku sedang memikirkan klien baru yang memiliki banyak permintaan." "Keith mengatakan kau menghentikan menerima misi baru beberapa hari yang lalu. Jadi jangan berbohong, okay?" Jacob pun langsung terdiam seketika karena ia yang tidak tahu bagaimana c
Happy Reading . . . *** Jacob menekan kombinasi sandi angka pada sebuah layar kecil yang berada tepat pada salah satu pintu yang begitu besar, berwarna coklat, serta terlihat begitu ekslusif itu dengan cepat. Setelah pintu tersebut terbuka, ruangan yang begitu mewah nan megah langsung menyambut penglihatan Nalla. Sebuah Penthouse di lantai sembilan puluh ternyata Jacob membawa wanita itu, setelah cukup lama mereka berada di dalam perjalanan tanpa arah untuk kabur dari teror tembakan yang secara tiba-tiba saja menyerang keduanya. "Untuk sementara waktu, kau bisa memakai Penthouse ini untuk menjadi tempat tinggalmu sejenak sampai beberapa waktu ke depan, hingga keadaannya nanti sudah terasa lebih baik. Saya masih tidak tahu apa yang dimaksudkan dengan adanya penembakan tadi, jadi saya masih harus mencari tahu terlebih dahulu siapa pelakunya. Jadi, sementara waktu lebih baik kau berada di sini terlebih dulu untuk menghindari hal-hal yang tidak diingankan." Ucap Jacob sambil melangkah
Happy Reading . . . *** Sudah satu minggu waktu berlalu, dan Nalla benar-benar sengaja pergi untuk menghilang dari Jacob. Ia ingin tahu apakah pria itu akan mencari-cari keberadaannya sampai seperti orang gila atau tidak? Setelah terakhir kali Nalla yang memutuskan untuk pergi dari Penthouse milik pria itu secara diam-diam, karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari rencana yang wanita itu miliku untuk mempermainkan perasaan Jacob. Dan setelah satu minggu ini, wanita itu hanya berada di Mansion dan menghabiskan waktu bersama sang suami seperti sedia kala. Dan rencananya, setelah Nalla cukup memberikan waktu untuk sengaja menghilang sejenak dari Jacob, hari ini Nalla akan melintasi jalanan yang biasa seorang Aideen lalui dan mungkin saja dengan seperti itu ia bisa bertemu dengan seorang Jacob di jalanan, layaknya hal yang secara tidak disengaja. Dan benar saja, di saat wanita itu yang sedang berjalan kaki melewati wilayah restaurant yang siang hari itu pernah ia datangi da
Happy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Setelah kedua insan tersebut yang memutuskan untuk bisa kembali bersama-sama, Jacob pun mengajak Nalla untuk bisa kembali ke tempat dimana keduanya berasal. Dengan kembalinya mereka, keduanya ingin memulai kehidupan baru secara bersama-sama dari awal. Dan di rumah Jacob yang dulu menjadi tempat tinggal bersama keluarganya dulu lah, mereka memutuskan untuk memulainya kembali dari awal. Karena hanya tinggal rumah sederhana tersebut sajalah yang benar-benar pria itu miliki. Satu-satunya properti yang Jacob miliki, tanpa campur tangan dari hasil pekerjaan membahayakan yang sudah ditinggalkannya itu. Dan saat ini, senyuman Nalla tidak bisa berhenti disaat melihat berapa manisnya sikap sang pria yang dicintainya. Dengan duduk di kursi meja makan, Nalla sedang memperhatikan Jacob di depan sana yang sedang membuatkan kukis atas keinginan wanita itu. Jacob yang mendengar hal tersebut tentu dengan senang hati melakukan keinginan yang entah sedang dira
Happy Reading . . . *** Satu bulan, tidak terasa waktu sudah berlalu namun Jacob masih belum juga kembali dan bahkan lebih buruknya lagi pria itu juga sama sekali tidak pernah memberikan kabar apalagi menghubungi Nalla. Jangankan menghubungi, dihubungi juga pun entah kenapa ponsel Jacob selalu tidak aktif. Tentu hal tersebut membuat wanita itu menjadi sangat marah. Jacob seakan lari dari tanggung jawabnya, tidak hanya kepada Nalla, tetapi juga kepada anak yang sedang dikandung wanita itu. Sudah cukup rasanya bagi Nalla untuk bersikap sabar dan menunggu kedatangan pria yang tidak pantas untuk diharapkan. Jika seperti ini, Nalla merasa Jacob seperti tidak menginginkannya. Begitu juga dengan calon anak mereka yang masih tidak mengetahui apa-apa. Wanita itu tidak mempersalahkan pria itu yang mungkin memang tidak menginginkan dirinya lagi, tetapi saat ini keadaannya sudah berbeda. Ada buah hati mereka yang telah hadir dan bisa memberikan harapan akan cinta keduanya yang semakin terikat.
Happy Reading . . . *** Jacob melangkah turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri sang anak buah yang sudah menunggunya dan bersiap untuk melakukan misi baru di depan markas kelompoknya. Tidak ada waktu istirahat bagi pria itu setelah menempuh perjalanan darat dari Paris menuju Italy menggunakan mobil selama lebih dari dua belas jam lamanya. Baginya, kepuasan client akan hasil kerja yang bisa tuntas dengan maksimal adalah sebuah kebanggaan baginya sendiri. "Dimana lokasinya?" Tanya Jacob sambil memakai kacamata hitamnya. "Via Calandrelli. Salah satu real estate ekslusif di Roma, dan klien kita menginginkan Mansion tersebut beserta isi dan kekayaan sang adik." "Mereka berkeluarga?" "Ya, Boss." "Sang kakak menginginkan kekayaan sang adik?" "Dari informasi yang saya dapat seperti itu." "Bisakah kau menyaring misi yang lebih menegangkan bagi saya? Dan tidak dengan ikut campur ke dalam permasalahan keluarga orang lain seperti ini? Kau pikir tidak lelah berkendara selama lebih da
Happy Reading . . . *** Tubuh Nalla langsung menegang disaat bahunya itu terasa disentuh dengan tiba-tiba hingga membuatnya cukup terkejut. "Madam Lesley? Hai, Madam." Sapa Nalla setelah melihat keberadaan Madam Lesley yang ternyata sudah mengejutkannya. "Hei, senang bisa bertemu denganmu lagi, Nalla. Bagaimana kabarmu? Apakah setelah mengambil cuti kau sudah merasa lebih baik?" "Ya, Madam. Semuanya sudah terasa lebih baik. Dan sekarang kabar saya pun juga sudah baik-baik saja." "Tetapi saya bisa melihat dari raut wajahmu, seperti masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Ada apa?" Tanya Nadam Lesley sambil mendudukkan diri di samping Nalla. Di kursi panjang taman belakang itu, wanita paruh baya tersebut siap mendengarkan keluh kesah yang sangat terlihat pada diri Nalla. Namun memang benar, wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak yang dikandungnya itu. Setelah melalui malam penuh ketegangan kemarin, Nalla memang langsung memutuskan untuk kembali ke panti wreda dima
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan