Happy Reading . . . *** Tubuh pria itu terlihat menegang ketika merasakan sentuhan kecil di bahunya. Sambil mengerjapkan kedua mata, Jacob menengokkan kepala ke pemilik tangan yang kini sudah menggenggam tangannya kanannya. "Ada apa?" Tanya Norah yang kini sudah duduk di samping pria itu. "Apanya?" "Saat aku sedang mencuci piring tadi, katanya kau ingin mengajakku berbicara. Memangnya ada apa? Aku merasa ada sesuatu hal yang terdengar penting." "Hmm..." "Apa kau sudah menemukan yang sempurna di luar sana?" Balas wanita itu dengan asal yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang suami. "Lalu ada apa? Tidak biasanya kau seperti ini. Belakangan ini kau juga menjadi sosok yang lebih banyak diam. Apakah kau sadar akan hal itu?" "Aku sedang memikirkan klien baru yang memiliki banyak permintaan." "Keith mengatakan kau menghentikan menerima misi baru beberapa hari yang lalu. Jadi jangan berbohong, okay?" Jacob pun langsung terdiam seketika karena ia yang tidak tahu bagaimana c
Happy Reading . . . *** Jacob menekan kombinasi sandi angka pada sebuah layar kecil yang berada tepat pada salah satu pintu yang begitu besar, berwarna coklat, serta terlihat begitu ekslusif itu dengan cepat. Setelah pintu tersebut terbuka, ruangan yang begitu mewah nan megah langsung menyambut penglihatan Nalla. Sebuah Penthouse di lantai sembilan puluh ternyata Jacob membawa wanita itu, setelah cukup lama mereka berada di dalam perjalanan tanpa arah untuk kabur dari teror tembakan yang secara tiba-tiba saja menyerang keduanya. "Untuk sementara waktu, kau bisa memakai Penthouse ini untuk menjadi tempat tinggalmu sejenak sampai beberapa waktu ke depan, hingga keadaannya nanti sudah terasa lebih baik. Saya masih tidak tahu apa yang dimaksudkan dengan adanya penembakan tadi, jadi saya masih harus mencari tahu terlebih dahulu siapa pelakunya. Jadi, sementara waktu lebih baik kau berada di sini terlebih dulu untuk menghindari hal-hal yang tidak diingankan." Ucap Jacob sambil melangkah
Happy Reading . . . *** Sudah satu minggu waktu berlalu, dan Nalla benar-benar sengaja pergi untuk menghilang dari Jacob. Ia ingin tahu apakah pria itu akan mencari-cari keberadaannya sampai seperti orang gila atau tidak? Setelah terakhir kali Nalla yang memutuskan untuk pergi dari Penthouse milik pria itu secara diam-diam, karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari rencana yang wanita itu miliku untuk mempermainkan perasaan Jacob. Dan setelah satu minggu ini, wanita itu hanya berada di Mansion dan menghabiskan waktu bersama sang suami seperti sedia kala. Dan rencananya, setelah Nalla cukup memberikan waktu untuk sengaja menghilang sejenak dari Jacob, hari ini Nalla akan melintasi jalanan yang biasa seorang Aideen lalui dan mungkin saja dengan seperti itu ia bisa bertemu dengan seorang Jacob di jalanan, layaknya hal yang secara tidak disengaja. Dan benar saja, di saat wanita itu yang sedang berjalan kaki melewati wilayah restaurant yang siang hari itu pernah ia datangi da
Happy Reading . . . *** Pagi ini, Jacob terlihat memakan roti panggang di piringnya dengan sangat tidak bersemangat. Sudah satu minggu waktu berlalu sejak perpisahannya dengan Nalla, sikap pria itu entah mengapa benar-benar langsung berubah. Ia yang menjadi lebih banyak diam dan tidak fokus dengan segala sesuatu hal yang ia lakukan. Hanya karena seorang wanita bernama, Nalla. Ingin rasanya ia melupakan wanita yang sama sekali tidak memiliki korelasi apapun di hidupnya, tetapi hal tersebut entah mengapa tidak bisa Jacob lakukan. Pikiran pria itu sudah dipenuhi dengan bagaimana nasib kehidupan yang saat ini wanita itu sedang alami setelah pertemuan terakhir mereka satu minggu yang lalu. Dan tidak bisa sedikit pun pria itu menghilangkan pikiran mengenai, apakah Nalla akan benar-benar melakukan bunuh diri atau tidak? "Kau masih belum juga menyelesaikan sarapanmu?" Tanya Norah sambil menepuk bahu Jacob dan dengan seketika membangunkan pria itu dari lamunannya. "Aku ingin langsung pergi
Happy Reading . . . *** "Sialan! Apa yang kau lakukan, Aideen?!" Teriakan yang terdengar cukup memekakan telinga itu pun secara langsung membuat Nalla membuka mata dan terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih begitu berat, wanita itu merasakan tubuh polosnya langsung merasakan dinginnya udara dari pendingin ruangan yang terasa hingga menusuk tulangnya. "Ada apa?" Balas wanita itu dengan malas. "Dimana pakaianmu? Dan kenapa kau telanjang seperti ini?" "Aku terbiasa tidur tidak menggunakan apa-apa. Lagi pula kenapa kau tiba-tiba saja langsung membuka selimutnya? Apakah kau ingin melihat tubuh polosku yang tidak tertutupi apa-apa ini?" Ucap Nalla dengan nada bicara menggodanya sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh telanjangnya itu kembali. Mata yang semula masih terasa begitu berat untuk dibuka, namun kini justru dapat Nalla buka dengan mudah ketika ia melihat raut wajah Jacon yang masih memperlihatkan keterkejutannya tersebut akibat secara tidak disengaja meli
Happy Reading . . . *** Pria itu melangkahkan kakinya memasuki rumah disaat waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Setelah seharian tadi tidak terasa ia sudah benar-benar menghabiskan waktunya bersama Nalla, Jacob pun menjadi sedikit lupa akan keberadaan keluarganya sendiri, hanya karena sebuah kesenangan yang bisa ia dapatkan dari tempat lain. Hingga di saat pria itu yang melangkahkan kakinya melewati ruang tengah dengan kondisi yang gelap, tiba-tiba saja sebuah suara yang tidak asing di telinga itu langsung terdengar hingga cukup membuat Jacob terkejut akannya. "Kau baru pulang?" "Hei, kau belum tidur?" Tanya pria itu sambil menghampiri keberadaan Norah yang terduduk di sofa ruang tengah, dan juga ikut mendudukkan dirinya tepat di samping sang istri. "Aku menunggumu. Dan kenapa ponselmu tidak aktif?" "Baterainya habis, dan sejak semalam aku lupa mengisinya." "Kemana saja kau selama seharian ini, hah?" "Seharian ini aku berada di basecamp." "Tetapi Keith mengatakan tidak
Happy Reading . . . *** Satu minggu waktu telah berlalu, dan kini sikap Jacob mulai kembali berubah. Pria itu menjadi kembali memberikan perhatian yang memang seharusnya ia lakukan kepada kedua anak dan juga sang istri. Namun kini, justru sosok Nalla yang mulai dilupakan oleh pria itu. Dengan segala keresahan yang melanda perasaan wanita itu, Nalla sama sekali belum mendapatkan kabar dari Jacob. Yang dimana biasanya setiap hari pria itu akan datang ke Penthoue tanpa Nalla menghubunginya terlebih dahulu. Tetapi selama satu minggu belakangan ini, pria itu tidak pernah datang dan ponselnya pun sangat sulit untuk bisa dihubungi. Nalla sama sekali tidak mengerti dengan sifat Jacob yang tiba-tiba saja berubah seperti itu, dan bagaimana wanita itu harus melanjutkan rencana selanjutnya karena perubahan sifat Jacob tersebut sangat begitu berdampak pada setiap rencana yang sudah dimilikinya itu. Seperti hari ini, sudah yang kesekian kalinya Nalla terus mencoba menghubungi ponsel Jacob yang s
Happy Reading . . . *** Jacob membuka pintu Penthouse dan melangkah masuk sambil membawa beberapa tas belanja berisi gaun dan sepatu dari salah satu butik ternama. Pria itu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, disaat ia mendengar suara televisi menyambut pendengarannya yang berasal dari sana. "Kenapa seharian ini kau tidak menghubungi saya? Biasanya ponsel saya tidak pernah tenang karena selalu mendapatkan panggilan masuk darimu, sebelum sampai saya mengangkatnya." Tanya Jacob setelah melihat keberadaan Nalla yang sedang menonton televisi sambil berbaring di atas sofa. "Aku tidak ingin mengganggumu," balas wanita itu dengan singkat dan tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi di depan sana. "Bukankah itu pekerjaanmu? Jika tidak seperti itu kau tidak bekerja, bukan?" Ucap Jacob dengan tawa namun hal itu hanya dibalas dengan keheningan saja oleh Nalla. Dan tawa yang sangat terlihat dibuat-buat itu pun langsung membuat Jacob menghentikannya, disaat pria itu juga sudah te
Happy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Setelah kedua insan tersebut yang memutuskan untuk bisa kembali bersama-sama, Jacob pun mengajak Nalla untuk bisa kembali ke tempat dimana keduanya berasal. Dengan kembalinya mereka, keduanya ingin memulai kehidupan baru secara bersama-sama dari awal. Dan di rumah Jacob yang dulu menjadi tempat tinggal bersama keluarganya dulu lah, mereka memutuskan untuk memulainya kembali dari awal. Karena hanya tinggal rumah sederhana tersebut sajalah yang benar-benar pria itu miliki. Satu-satunya properti yang Jacob miliki, tanpa campur tangan dari hasil pekerjaan membahayakan yang sudah ditinggalkannya itu. Dan saat ini, senyuman Nalla tidak bisa berhenti disaat melihat berapa manisnya sikap sang pria yang dicintainya. Dengan duduk di kursi meja makan, Nalla sedang memperhatikan Jacob di depan sana yang sedang membuatkan kukis atas keinginan wanita itu. Jacob yang mendengar hal tersebut tentu dengan senang hati melakukan keinginan yang entah sedang dira
Happy Reading . . . *** Satu bulan, tidak terasa waktu sudah berlalu namun Jacob masih belum juga kembali dan bahkan lebih buruknya lagi pria itu juga sama sekali tidak pernah memberikan kabar apalagi menghubungi Nalla. Jangankan menghubungi, dihubungi juga pun entah kenapa ponsel Jacob selalu tidak aktif. Tentu hal tersebut membuat wanita itu menjadi sangat marah. Jacob seakan lari dari tanggung jawabnya, tidak hanya kepada Nalla, tetapi juga kepada anak yang sedang dikandung wanita itu. Sudah cukup rasanya bagi Nalla untuk bersikap sabar dan menunggu kedatangan pria yang tidak pantas untuk diharapkan. Jika seperti ini, Nalla merasa Jacob seperti tidak menginginkannya. Begitu juga dengan calon anak mereka yang masih tidak mengetahui apa-apa. Wanita itu tidak mempersalahkan pria itu yang mungkin memang tidak menginginkan dirinya lagi, tetapi saat ini keadaannya sudah berbeda. Ada buah hati mereka yang telah hadir dan bisa memberikan harapan akan cinta keduanya yang semakin terikat.
Happy Reading . . . *** Jacob melangkah turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri sang anak buah yang sudah menunggunya dan bersiap untuk melakukan misi baru di depan markas kelompoknya. Tidak ada waktu istirahat bagi pria itu setelah menempuh perjalanan darat dari Paris menuju Italy menggunakan mobil selama lebih dari dua belas jam lamanya. Baginya, kepuasan client akan hasil kerja yang bisa tuntas dengan maksimal adalah sebuah kebanggaan baginya sendiri. "Dimana lokasinya?" Tanya Jacob sambil memakai kacamata hitamnya. "Via Calandrelli. Salah satu real estate ekslusif di Roma, dan klien kita menginginkan Mansion tersebut beserta isi dan kekayaan sang adik." "Mereka berkeluarga?" "Ya, Boss." "Sang kakak menginginkan kekayaan sang adik?" "Dari informasi yang saya dapat seperti itu." "Bisakah kau menyaring misi yang lebih menegangkan bagi saya? Dan tidak dengan ikut campur ke dalam permasalahan keluarga orang lain seperti ini? Kau pikir tidak lelah berkendara selama lebih da
Happy Reading . . . *** Tubuh Nalla langsung menegang disaat bahunya itu terasa disentuh dengan tiba-tiba hingga membuatnya cukup terkejut. "Madam Lesley? Hai, Madam." Sapa Nalla setelah melihat keberadaan Madam Lesley yang ternyata sudah mengejutkannya. "Hei, senang bisa bertemu denganmu lagi, Nalla. Bagaimana kabarmu? Apakah setelah mengambil cuti kau sudah merasa lebih baik?" "Ya, Madam. Semuanya sudah terasa lebih baik. Dan sekarang kabar saya pun juga sudah baik-baik saja." "Tetapi saya bisa melihat dari raut wajahmu, seperti masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Ada apa?" Tanya Nadam Lesley sambil mendudukkan diri di samping Nalla. Di kursi panjang taman belakang itu, wanita paruh baya tersebut siap mendengarkan keluh kesah yang sangat terlihat pada diri Nalla. Namun memang benar, wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak yang dikandungnya itu. Setelah melalui malam penuh ketegangan kemarin, Nalla memang langsung memutuskan untuk kembali ke panti wreda dima
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan