Happy Reading . . . *** Wanita itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan kerja pribadi milik sang suami, dimana pria itu sedang menikmati sebatang rokok di tangannya sambil memandang fokus pada ponsel di tangan satunya. Dengan sedikit raut wajah senyuman yang terbit di bibirnya itu, Nalla semakin mempercepat langkah kakinya untuk menghampiri keberadaan Benjamin, sosok yang sudah begitu ia rindukan karena sudah cukup lama tidak bertemu dengan sang suami tercinta itu. "Hai, Sayang..." Ucap Nalla dengan nada tidak bersemangatnya yang membuat Benjamin langsung mengalihkan pandangannya menuju kedatangan sang istri yang kini sudah mendudukkan dirinya di atas pangkuan pria itu. "Sayang, kau pulang? Mengapa tidak memberitahuku terlebih dahulu sebelumya? Aku sangat merindukanmu, kau tahu?" Balas Benjamin yang langsung memeluk tubuh Nalla dan tidak lupa menciumi wajah sang istri sebagai bentuk dari kerinduannya. "Aku juga sangat merindukanmu." "Hei, ada apa dengan kesayanganku ini, hah?"
Happy Reading . . . *** "Apakah ia akan datang ke pesta temanmu itu?" "Kemungkinan besar. Seperti yang sudah aku katakan kemarin, Sayang. Rupanya Larry mengenal baik juga dengan bajingan itu. Dan pesta malam ini semua yang berteman baik, akan diundang olehnya." "Bagaimana bisa Larry berteman denganmu, tetapi ia juga berteman baik dengan musuhmu? Aku sungguh tidak mengerti dengannya," tanya wanita itu dengan heran sambil memperhatikan dirinya di depan cermin, yang saat ini sudah begitu sempurna dengan penampilannya yang akan pergi ke sebuah pesta. Gaun bewarna merah yang mencetak tubuh sempurna wanita itu, dipadukan dengan sepatu hak tinggi bewarna senada setinggi 8 centimeter yang semakin memperlihatkan kaki jenjang Nalla di belahan gaun setinggi paha kaki kanan wanita itu. "Sayangnya dia teman lamaku. Jadi, mau tidak mau aku harus datang di pesta pertunangannya ini." "Dan jika sampai pria itu datang, sepertinya aku langsung diculik setelah mengingat sudah hampir 1 minggu, aku p
Happy Reading . . . *** Wanita itu hanya bisa mengeluarkan desahan kecilnya, disaat sang pria sedang memberikan kenikmatan dengan memenuhi dirinya. Nafas panas yang saling berhembus dan beradu, menjadikan bukti bahwa percintaan kedua insan itu begitu terbakar akan api gairah. Kedua tatapan yang saling berpandangan itu, seakan menghanyutkan mereka dalam sebuah kesenangan yang telah mereka ciptakan. Hingga pada akhirnya, kedua insan itu saling menahan teriakkan bersamaan dengan sampainya mereka pada hal yang sejak tadi sudah mereka saling gapai. Nafas memburu pria itu mengiringi dirinya yang sedang menidurkan tubuh di samping sang wanita yang sedang menarik selimut untuk menutupi tubuh polos keduanya. "Selamat pagi," ucap Nalla sambil menampilkan senyuman manisnya kepada sosok pria di sampingnya yang tidak lain adalah Jacob. Sapaan itu membuat Jacob tersenyum kecil dibuatnya. Seperti yang sudah pria itu katakan kemarin malam, jika ia ingin melakukannya bersama Nalla di pagi setelah
Happy Reading . . . *** Jacob melangkahkan kakinya dengan cepat setelah ia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata untuk menembus jalanan, dan kini pria itu sudah berada di rumah sakit. Dan pada saat dirinya sudah berada di bagian gawat darurat, dari kejauhan pria itu sudah bisa melihat keberadaan Norah yang sedang memeluk Valyrea di kursi ruang tunggu, tidak jauh dari pintu ruang gawat darurat. "Hei, bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya pria itu setelah ia mendudukkan diri di samping Norah dan langsung merangkul bahu sang istri ke dalam pelukannya. "Ini salahku, aku bukanlah Mommy yang baik." Balas Norah dengan air mata yang tadi sudah sempat reda, namun kini kembali menetes lagi. Berniat untuk menenangkan hati sangat istri, Jacob pun mengangkat Valyrea dan menggendongnya agar pria itu semakin dapat menarik tubuh Norah ke dalam pelukannya. "Ini bukan salahmu, Norah. Dan kau tidak perlu menjelaskannya dulu jika kau masih belum siap." "Tadi pagi setelah terbangun dari
Happy Reading . . . *** Dengan begitu sabar dan perhatiannya, Jacob menyuapi sesendok demi sesendok makan siang untuk Nalla yang masih terbaring di atas ranjang dengan lemah. Wanita itu begitu kehilangan banyak darah sehingga pemulihannya pun menjadi sedikit lama. "Aku bisa memakan makananku sendiri." "Kau cukup diam dan terima suapan ini saja," balas pria itu sambil memberikan suapan terakhir makanan Nalla yang sudah habis itu. "Sehabis ini kau bisa pergi. Aku bisa mengurus diriku sendiri." "Apa kau ingin buah apel? Saya bisa mengupaskannya." "Aku sudah kenyang." "Apa kau sedang menginginkan sesuatu yang lain? Saya bisa membelikannya." "Jacob, aku serius! Kau bisa pergi, jika kau tidak ingin di sini. Jangan memaksakan dirimu yang ingin berpura-pura berada di sini. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku tidak ingin terus merepotkanmu." "Tetapi saya tidak merasa seperti itu. Dan saya memang ingin berada di sini, menemani dirimu dan merawatmu sampai kau pulih." "Aku tidak ingi
Happy Reading . . . *** Senyuman lebar terus saja terlihat mengembang di bibir wanita itu disaat tubuhnya kini berbaring di sofa panjang ruang tengah dan berada di dalam pelukan hangat seorang pria yang sejak tadi terus menerus memberikan kecupan-kecupan kecil di sekitar wajahnya. Kedua insan itu sudah menghabiskan waktunya sepanjang hari dengan menonton televisi dan saling berbincang atau berbagai cerita. Hal yang sebenarnya tidak terlalu istimewa untuk menghabiskan waktu berduaan saja dengan romantis, namun justru terasa hangat dan menggambarkan suasana romantis yang sesungguhnya. "Saya tidak pernah melihat senyumanmu yang terlihat selebar ini," ucap Jacob sambil menatap wajah Nalla dengan senyuman kecil yang juga terlihat pada raut wajahnya. "Benarkah? Dan sekarang kau sudah melihatnya." "Pertahankan yang seperti ini, okay? Saya ingin tetap ingin melihatmu yang terus bisa tersenyum." "Asal kau juga ingin berjanji untuk membuatku bisa tersenyum seperti ini terus." "Saya akan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka matanya sesaat setelah ia mendengar suara teriakan kesakitan seperti yang dikeluarkan oleh Jacob. Sinar matahari yang masuk menembus jendela kamar langsung menyambut penglihatannya. Setelah menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, wanita itu beranjak dari ranjang untuk memakai pakaiannya. Lalu, ia pun keluar dari kamar dan melangkah menuju asal suara yang ia dengar. "J..." panggil wanita itu yang membuat Jacob langsung menengok ke asal suara. "Hei, apa yang terjadi?" Sambungnya sambil menghampiri pria itu yang terlihat sedang duduk di kursi meja makan dan berusaha untuk mengeluarkan peluru yang berada di lengan. "Hanya luka kecil saja." "Kau terkena tembakan peluru?" "Sial! Saya tidak bisa menjangkaunya," teriak Jacob dengan kesal karena rasa sakit yang ia rasakan dan juga tidak bisa mengobati dirinya sendiri. "Aku ingin melihatnya." "Tidak perlu. Saya tidak ingin membuatmu takut, Aideen." "Aku bisa membantumu, J. Dan aku baik-baik saja
Happy Reading . . . *** Botol air mineral yang baru saja dibuka dan hendak diminum itu langsung dihentikan oleh suara bel yang terdengar berbunyi. Nalla pun langsung menutup kembali botol air tersebut dan menaruhnya di atas meja makan, lalu ia melangkah menuju pintu Penthouse untuk membukakannya. Keterkejutan langsung menyapa wanita itu ketika ia melihat kedatangan seseorang yang tidak pernah ia duga akan mendatangi Penthouse dimana dirinya itu sekarang berada. Namun, dengan cepat Nalla pun menghilangkan keterkejutannya tersebut dan digantikan dengan sebuah senyuman yang terbit di wajah. "Hai, apakah benar ini kediaman milik Jacob?" "Ya." "Apakah Jacob sedang berada di dalam?" "Dia baru saja keluar untuk membeli makan siang. Anda siapa?" "Bolehkah saya masuk?" "Hhmm..., saya tidak bisa membiarkan orang lain masuk ke dalam. Apalagi Penthouse ini bukan milik saya." "Saya Norah, Satu-satunya istri Jacob, pria yang memiliki Penthouse ini. Jadi, apakah anda sudah memperbolehkan sa
Happy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Setelah kedua insan tersebut yang memutuskan untuk bisa kembali bersama-sama, Jacob pun mengajak Nalla untuk bisa kembali ke tempat dimana keduanya berasal. Dengan kembalinya mereka, keduanya ingin memulai kehidupan baru secara bersama-sama dari awal. Dan di rumah Jacob yang dulu menjadi tempat tinggal bersama keluarganya dulu lah, mereka memutuskan untuk memulainya kembali dari awal. Karena hanya tinggal rumah sederhana tersebut sajalah yang benar-benar pria itu miliki. Satu-satunya properti yang Jacob miliki, tanpa campur tangan dari hasil pekerjaan membahayakan yang sudah ditinggalkannya itu. Dan saat ini, senyuman Nalla tidak bisa berhenti disaat melihat berapa manisnya sikap sang pria yang dicintainya. Dengan duduk di kursi meja makan, Nalla sedang memperhatikan Jacob di depan sana yang sedang membuatkan kukis atas keinginan wanita itu. Jacob yang mendengar hal tersebut tentu dengan senang hati melakukan keinginan yang entah sedang dira
Happy Reading . . . *** Satu bulan, tidak terasa waktu sudah berlalu namun Jacob masih belum juga kembali dan bahkan lebih buruknya lagi pria itu juga sama sekali tidak pernah memberikan kabar apalagi menghubungi Nalla. Jangankan menghubungi, dihubungi juga pun entah kenapa ponsel Jacob selalu tidak aktif. Tentu hal tersebut membuat wanita itu menjadi sangat marah. Jacob seakan lari dari tanggung jawabnya, tidak hanya kepada Nalla, tetapi juga kepada anak yang sedang dikandung wanita itu. Sudah cukup rasanya bagi Nalla untuk bersikap sabar dan menunggu kedatangan pria yang tidak pantas untuk diharapkan. Jika seperti ini, Nalla merasa Jacob seperti tidak menginginkannya. Begitu juga dengan calon anak mereka yang masih tidak mengetahui apa-apa. Wanita itu tidak mempersalahkan pria itu yang mungkin memang tidak menginginkan dirinya lagi, tetapi saat ini keadaannya sudah berbeda. Ada buah hati mereka yang telah hadir dan bisa memberikan harapan akan cinta keduanya yang semakin terikat.
Happy Reading . . . *** Jacob melangkah turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri sang anak buah yang sudah menunggunya dan bersiap untuk melakukan misi baru di depan markas kelompoknya. Tidak ada waktu istirahat bagi pria itu setelah menempuh perjalanan darat dari Paris menuju Italy menggunakan mobil selama lebih dari dua belas jam lamanya. Baginya, kepuasan client akan hasil kerja yang bisa tuntas dengan maksimal adalah sebuah kebanggaan baginya sendiri. "Dimana lokasinya?" Tanya Jacob sambil memakai kacamata hitamnya. "Via Calandrelli. Salah satu real estate ekslusif di Roma, dan klien kita menginginkan Mansion tersebut beserta isi dan kekayaan sang adik." "Mereka berkeluarga?" "Ya, Boss." "Sang kakak menginginkan kekayaan sang adik?" "Dari informasi yang saya dapat seperti itu." "Bisakah kau menyaring misi yang lebih menegangkan bagi saya? Dan tidak dengan ikut campur ke dalam permasalahan keluarga orang lain seperti ini? Kau pikir tidak lelah berkendara selama lebih da
Happy Reading . . . *** Tubuh Nalla langsung menegang disaat bahunya itu terasa disentuh dengan tiba-tiba hingga membuatnya cukup terkejut. "Madam Lesley? Hai, Madam." Sapa Nalla setelah melihat keberadaan Madam Lesley yang ternyata sudah mengejutkannya. "Hei, senang bisa bertemu denganmu lagi, Nalla. Bagaimana kabarmu? Apakah setelah mengambil cuti kau sudah merasa lebih baik?" "Ya, Madam. Semuanya sudah terasa lebih baik. Dan sekarang kabar saya pun juga sudah baik-baik saja." "Tetapi saya bisa melihat dari raut wajahmu, seperti masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Ada apa?" Tanya Nadam Lesley sambil mendudukkan diri di samping Nalla. Di kursi panjang taman belakang itu, wanita paruh baya tersebut siap mendengarkan keluh kesah yang sangat terlihat pada diri Nalla. Namun memang benar, wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak yang dikandungnya itu. Setelah melalui malam penuh ketegangan kemarin, Nalla memang langsung memutuskan untuk kembali ke panti wreda dima
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan