Happy Reading . . . *** Nalla membuka matanya sesaat setelah ia mendengar suara teriakan kesakitan seperti yang dikeluarkan oleh Jacob. Sinar matahari yang masuk menembus jendela kamar langsung menyambut penglihatannya. Setelah menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, wanita itu beranjak dari ranjang untuk memakai pakaiannya. Lalu, ia pun keluar dari kamar dan melangkah menuju asal suara yang ia dengar. "J..." panggil wanita itu yang membuat Jacob langsung menengok ke asal suara. "Hei, apa yang terjadi?" Sambungnya sambil menghampiri pria itu yang terlihat sedang duduk di kursi meja makan dan berusaha untuk mengeluarkan peluru yang berada di lengan. "Hanya luka kecil saja." "Kau terkena tembakan peluru?" "Sial! Saya tidak bisa menjangkaunya," teriak Jacob dengan kesal karena rasa sakit yang ia rasakan dan juga tidak bisa mengobati dirinya sendiri. "Aku ingin melihatnya." "Tidak perlu. Saya tidak ingin membuatmu takut, Aideen." "Aku bisa membantumu, J. Dan aku baik-baik saja
Happy Reading . . . *** Botol air mineral yang baru saja dibuka dan hendak diminum itu langsung dihentikan oleh suara bel yang terdengar berbunyi. Nalla pun langsung menutup kembali botol air tersebut dan menaruhnya di atas meja makan, lalu ia melangkah menuju pintu Penthouse untuk membukakannya. Keterkejutan langsung menyapa wanita itu ketika ia melihat kedatangan seseorang yang tidak pernah ia duga akan mendatangi Penthouse dimana dirinya itu sekarang berada. Namun, dengan cepat Nalla pun menghilangkan keterkejutannya tersebut dan digantikan dengan sebuah senyuman yang terbit di wajah. "Hai, apakah benar ini kediaman milik Jacob?" "Ya." "Apakah Jacob sedang berada di dalam?" "Dia baru saja keluar untuk membeli makan siang. Anda siapa?" "Bolehkah saya masuk?" "Hhmm..., saya tidak bisa membiarkan orang lain masuk ke dalam. Apalagi Penthouse ini bukan milik saya." "Saya Norah, Satu-satunya istri Jacob, pria yang memiliki Penthouse ini. Jadi, apakah anda sudah memperbolehkan sa
Happy Reading . . . *** "Maafkan aku." Kalimat itu pun mengisi keheningan yang terjadi di antara kedua orang yang sedang duduk berhadapan di kursi meja makan, dan saling memberikan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sudah sejak tadi keduanya duduk saling berhadapan, namun hanya keheninganlah yang mengisi situasi di antaranya. Hingga cukup lama dirasa keheningan itu berlangsung, kini sebuah kalimat yang rasanya sangat sulit untuk diartikan pria itu ucapkan dan membuat sosok wanita yang mendengarnya sangat dibuat terkejut akannya. "Apa maksud dari semua hal yang kau ucapkan itu, Jacob? Aku sungguh tidak mengerti dengan dirimu yang sekarang." "Aku tahu hal ini membuatmu menjadi merasa tidak mengerti-" "Aku mengerti! Aku sungguh sangat mengerti dengan kau sudah menemukan yang lebih baik dariku di luar sana. Tetapi kenapa, Jacob? Kenapa? Aku ingin mengetahui kenapa kau bisa sampai mengambil keputusan ini setelah satu hari yang lalu aku mengetahui perselingkuhanmu itu? Bisakah kau men
Happy Reading . . . *** Angin yang bertiup tidak cukup kencang di siang hari itu, memacu ombak di laut yang bergulung dengan tenang dan terlihat begitu indah. Suara deburan ombak yang juga terdengar begitu menenangkan di telinga, serta gulungan kecil yang sampai pada tepi pantai itu menyapu sepasang kaki yang berada di atas pasir putih yang terasa lembut di telapak kaki. Sinar matahari yang memancar dengan terang pun membuat tubuh yang hanya terbalut pakaian renang bermodel dua potong itu, merasakan kehangatan dan sedikit terbakar dari panas khas sinar matahari. Tempat penginapan yang Jacob sewa pun begitu privasi dan memiliki akses langsung menuju pantai yang begitu indah dari kamar cottage yang mereka tempati. Dengan tanpa keberadaan pengunjung lain yang juga sedang berlibur di cottage tersebut, sehingga tempat itu hanya milik kedua insan yang benar-benar seperti sedang dimabuk oleh asmara. "Selamat ulang tahun untuk wanita cantik yang terlihat begitu sempurna di bawah sinar mat
Happy Reading . . . *** Satu minggu waktu telah berlalu, dan minggu penuh cinta itu pun tidak terasa sudah berakhir. Liburan singkat selama satu minggu di Maldives itu rupanya membuat Jacob semakin jatuh cinta terhadap Nalla. Pria itu seakan menemukan kembali tambatan hati yang mengubah sekaligus mengisi sebagian kehidupannya yang masih terasa kosong. Dan kini, setelah liburan itu berakhir keduanya pun sudah kembali ke Penthouse, dan baru saja keduanya tiba. "Aku lelah," keluh Nalla sambil menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. "Istirahatlah." "Aku tidak bisa jika tidak di dalam pelukanmu," balas wanita itu dengan manja. Mendengar hal itu, Jacob pun dengan senyuman yang terbit di wajahnya bergegas menghampiri Nalla, lalu ia memposisikan dirinya di pangkuan wanita itu lalu menghimpit tubuh Nalla dengan tubuhnya di atas sofa. "Sekarang sudah terbalik, hah?" Ucap Nalla yang membuat keduanya terkekeh. "Kau ingin memeluk saya, bukan?" "Ya, memang. Tetapi jika seperti ini sama saja den
Happy Reading . . . *** "Hallo, tampan. Waktunya bangun, Sayang." Bisikan lembut yang terdengar begitu merdu di telinga itu langsung membangunkan sang pemilik telinga yang sebelumnya masih tertidur. Pelukan hangat yang diberikan wanita itu langsung disambut dengan tarikan di tubuhnya, hingga kini ia sudah berada di atas tubuh sang suami. "Tampar aku," pinta pria itu sambil menatap mata wanitanya itu. "Kenapa harus ditampar, hah?" "Agar aku bisa tahu, apakah ini mimpi atau bukan?" "Bagaimana kalau cium saja?" Kecupan singkat pun langsung Nalla berikan tepat di bibir Benjamin yang langsung membuat keduanya tersenyum. "Aku sangat merindukanmu, Sayang. Ughh..., rasanya sudah lama sekali aku tidak memanggilmu dengan panggilan sayang seperti itu." "Dan sekarang aku sudah berada di dalam pelukanmu lagi." "Kapan kau kembali?" "Baru saja. Anak buahmu mengatakan semalam kau bertempur dengan hebat." "Tetapi aku menyukainya." "Kesukaanmu itu memang selalu bisa membuatku menggelengkan
Happy Reading . . . *** Suara hentakan sepatu hak tinggi yang terdengar membentur lantai mengisi sunyinya ruangan yang biasa digunakan untuk melakukan setiap pengeksekusian. Ruangan yang sebagian besar berlapiskan kaca dan dinding yang serba bewarna putih. Serta pencahayaan luar biasa dari lampu yang berada di setiap sudutnya itu, juga begitu menerangi ruangan tersebut. Dengan angkuhnya Nalla berdiri sambil tersenyum saat melihat korban yang berada di hadapannya dengan sudah tidak berdaya. Dikurung dan disekap selama satu minggu lebih tentu membuat ketiga orang korban itu telah menjadi tidak berdaya. Dan mungkin jika asisten Nalla yang sudah mati karena dibunuh tidak memberikan makan kepada sanderaannya itu, semua tawanan tersebut sudah menyusul kepergian sang asisten. Setelah berada tepat di hadapan ketiga tawanan yang masing-masing kepalanya ditutupi oleh kantung kain, Nalla pun mulai membuka salah satu kain yang menutupi kepala Norah. Senyuman penuh kejahatan langsung diberikan
Happy Reading . . . *** [Satu Minggu Kemudian] ~ Nalla membuka mata disaat tidur yang kesekian kali dalam satu hari itu dirasa sudah cukup. Sudah satu minggu waktu telah berlalu semenjak pembunuhan tersebut, nyatanya perasaan wanita itu tidak juga menjadi lebih baik. Ia justru merasakan perasaan bersalah yang tidak ia mengerti kenapa harus timbul. Bahkan selama beberapa hari belakangan ini saja, wanita itu hanya mengurung dirinya di dalam kamar dan tidak berniat untuk melakukan kegiatan apapun. Ia merasa semua yang telah ia lakukan itu justru menjadi terasa tidak berarti. Karena kini entah kenapa juga perasaan bersalah dan menyesal menjadi seperti menyerang wanita itu. "Sayang, apa kau hanya akan terus berbaring di atas ranjang saja seperti ini?" Ucap Benjamin sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Dengan lembutnya juga ia memberikan ketenangan untuk sang istri dengan membelai lembut puncak kepalanya. "Apa yang sudah aku lakukan itu benar?" "Melakukan apa? Kau tidak melaku
Happy Reading . . . *** Roma, Italia ~ Setelah kedua insan tersebut yang memutuskan untuk bisa kembali bersama-sama, Jacob pun mengajak Nalla untuk bisa kembali ke tempat dimana keduanya berasal. Dengan kembalinya mereka, keduanya ingin memulai kehidupan baru secara bersama-sama dari awal. Dan di rumah Jacob yang dulu menjadi tempat tinggal bersama keluarganya dulu lah, mereka memutuskan untuk memulainya kembali dari awal. Karena hanya tinggal rumah sederhana tersebut sajalah yang benar-benar pria itu miliki. Satu-satunya properti yang Jacob miliki, tanpa campur tangan dari hasil pekerjaan membahayakan yang sudah ditinggalkannya itu. Dan saat ini, senyuman Nalla tidak bisa berhenti disaat melihat berapa manisnya sikap sang pria yang dicintainya. Dengan duduk di kursi meja makan, Nalla sedang memperhatikan Jacob di depan sana yang sedang membuatkan kukis atas keinginan wanita itu. Jacob yang mendengar hal tersebut tentu dengan senang hati melakukan keinginan yang entah sedang dira
Happy Reading . . . *** Satu bulan, tidak terasa waktu sudah berlalu namun Jacob masih belum juga kembali dan bahkan lebih buruknya lagi pria itu juga sama sekali tidak pernah memberikan kabar apalagi menghubungi Nalla. Jangankan menghubungi, dihubungi juga pun entah kenapa ponsel Jacob selalu tidak aktif. Tentu hal tersebut membuat wanita itu menjadi sangat marah. Jacob seakan lari dari tanggung jawabnya, tidak hanya kepada Nalla, tetapi juga kepada anak yang sedang dikandung wanita itu. Sudah cukup rasanya bagi Nalla untuk bersikap sabar dan menunggu kedatangan pria yang tidak pantas untuk diharapkan. Jika seperti ini, Nalla merasa Jacob seperti tidak menginginkannya. Begitu juga dengan calon anak mereka yang masih tidak mengetahui apa-apa. Wanita itu tidak mempersalahkan pria itu yang mungkin memang tidak menginginkan dirinya lagi, tetapi saat ini keadaannya sudah berbeda. Ada buah hati mereka yang telah hadir dan bisa memberikan harapan akan cinta keduanya yang semakin terikat.
Happy Reading . . . *** Jacob melangkah turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri sang anak buah yang sudah menunggunya dan bersiap untuk melakukan misi baru di depan markas kelompoknya. Tidak ada waktu istirahat bagi pria itu setelah menempuh perjalanan darat dari Paris menuju Italy menggunakan mobil selama lebih dari dua belas jam lamanya. Baginya, kepuasan client akan hasil kerja yang bisa tuntas dengan maksimal adalah sebuah kebanggaan baginya sendiri. "Dimana lokasinya?" Tanya Jacob sambil memakai kacamata hitamnya. "Via Calandrelli. Salah satu real estate ekslusif di Roma, dan klien kita menginginkan Mansion tersebut beserta isi dan kekayaan sang adik." "Mereka berkeluarga?" "Ya, Boss." "Sang kakak menginginkan kekayaan sang adik?" "Dari informasi yang saya dapat seperti itu." "Bisakah kau menyaring misi yang lebih menegangkan bagi saya? Dan tidak dengan ikut campur ke dalam permasalahan keluarga orang lain seperti ini? Kau pikir tidak lelah berkendara selama lebih da
Happy Reading . . . *** Tubuh Nalla langsung menegang disaat bahunya itu terasa disentuh dengan tiba-tiba hingga membuatnya cukup terkejut. "Madam Lesley? Hai, Madam." Sapa Nalla setelah melihat keberadaan Madam Lesley yang ternyata sudah mengejutkannya. "Hei, senang bisa bertemu denganmu lagi, Nalla. Bagaimana kabarmu? Apakah setelah mengambil cuti kau sudah merasa lebih baik?" "Ya, Madam. Semuanya sudah terasa lebih baik. Dan sekarang kabar saya pun juga sudah baik-baik saja." "Tetapi saya bisa melihat dari raut wajahmu, seperti masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Ada apa?" Tanya Nadam Lesley sambil mendudukkan diri di samping Nalla. Di kursi panjang taman belakang itu, wanita paruh baya tersebut siap mendengarkan keluh kesah yang sangat terlihat pada diri Nalla. Namun memang benar, wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak yang dikandungnya itu. Setelah melalui malam penuh ketegangan kemarin, Nalla memang langsung memutuskan untuk kembali ke panti wreda dima
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan