Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang

Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Oleh:  Niamh AloraOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
21Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Menikah Tanpa Cinta, Akankah Berujung Bahagia?" Siti Nur Alia dan Muhammad Darren Khalid, dua orang dengan latar belakang berbeda namun memiliki satu kesamaan: tekanan keluarga. Alia ingin lepas dari tuntutan orang tua yang mengatur hidupnya, sementara Darren hanya ingin memenuhi ekspektasi keluarga tanpa perlu percaya pada cinta. Ketika pernikahan mereka disusun sebagai solusi, keduanya sepakat untuk menjalani hubungan ini tanpa melibatkan hati. Namun, siapa sangka? Pernikahan yang semula dingin dan penuh batasan mulai berubah seiring waktu. Dalam rutinitas yang kikuk, malam-malam yang canggung, dan interaksi yang kadang kocak, perlahan-lahan mereka mulai saling mengenal. Tapi, bisakah hubungan yang dibangun tanpa cinta menemukan jalan ke hati? Atau justru berakhir tanpa makna? "Di tengah hiruk pikuk Tokyo, akankah mereka menemukan arti cinta dalam pernikahan yang tidak pernah mereka harapkan?"

Lihat lebih banyak

Bab 1

PROLOG

C I N T A ? ?

Siti Nur Alia, ia tidak pernah benar-benar memahaminya. Baginya, cinta hanyalah DONGENG INDAH yang terlalu sering dibungkus dengan ekspektasi, tuntutan, dan janji-janji palsu. Sejak kecil, ia terbiasa melihat cinta sebagai konsep yang indah di permukaan, tetapi rapuh dan penuh luka ketika diuji oleh realita. Alia tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan. Hidupnya adalah lingkaran tuntutan tanpa jeda, terutama desakan orang tua untuk segera menikah dan membangun keluarga. Namun, bagi Alia, menikah tidak pernah menjadi prioritas, apalagi sebuah impian.

“Alia, kamu ini sudah cukup umur. Apa tidak ingin membahagiakan orang tua?”

Itulah kalimat yang terus-menerus ia dengar. Setiap kali kata-kata itu muncul, hatinya terasa penuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sebagai seorang wanita yang independen dan realistis, Alia memilih memusatkan hidupnya pada pekerjaannya. Tempat di mana ia bisa merasa berguna dan diakui tanpa perlu memedulikan perasaan yang rumit seperti cinta.

Namun, desakan itu tidak pernah berhenti bahkan akhir-akhir ini seperti serangan bom tanpa henti. Tekanan dari orang tua, keluarga dan lingkungan sosial membuat Alia mulai merasa terpojok. Ia tidak ingin mengecewakan mereka, tetapi ia juga tidak ingin kehilangan dirinya sendiri dalam pernikahan yang tidak ia yakini.

Di sisi lain, Muhammad Darren Khalid, ia sudah lama berhenti percaya pada CINTA. Baginya, cinta hanya sebuah GANGGUAN, sesuatu yang berpotensi melemahkan fokus dan ambisinya. Hidup Darren telah ia rancang dengan begitu hati-hati: bekerja keras, mencapai kesuksesan, dan menjaga jarak dari segala hal yang berbau perasaan. Dalam kamus hidup Darren, cinta hanyalah penghalang menuju impian.

Sebagai anak tunggal dari keluarga terpandang, Darren juga tidak luput dari tekanan. Orang tuanya, terutama Maminya, terus-menerus memintanya untuk segera menikah dan memberikan penerus bagi keluarga mereka.

“Kamu harus menemukan pasangan segera, Darren. Seorang wanita yang bisa mendukungmu, merawatmu disana,” kata maminya suatu malam. Darren hanya mengangguk tanpa banyak bicara, tetapi di dalam hatinya, ia merasa muak.

Ia tidak butuh pasangan. Ia tidak butuh cinta. Ia hanya butuh kedamaian.

Namun, kedamaian itu seolah mustahil diraih ketika desakan keluarganya semakin keras. Dalam situasi yang memojokkan itu, Darren dan Alia, dua orang asing dengan pandangan serupa tentang cinta, akhirnya bertemu. Pertemuan mereka bukanlah cerita cinta klasik yang dipenuhi dengan debaran jantung atau tatapan yang penuh makna. Sebaliknya, pertemuan mereka adalah hasil dari sebuah kompromi yang membosankan, sebuah kesepakatan untuk menyelesaikan masalah mereka masing-masing.

“Pernikahan ini hanya formalitas,” kata Darren dengan nada datar saat mereka membicarakan rencana pernikahan mereka.

Alia mengangguk pelan. “Tidak ada cinta, tidak ada ekspektasi. Hanya kesepakatan sebagai dua orang manusia yang sudah dewasa saja.”

“Dan tentunya KEBEBASAN dan KEDAMAIAN,” Darren menambahkan, suaranya dingin.

Pernikahan itu terjadi dalam suasana yang hampa. Tidak ada bunga yang memenuhi ruangan, tidak ada musik romantis yang mengalun lembut. Hanya ada dua orang yang berdiri di depan penghulu, mengucap janji suci tanpa sedikit pun perasaan.

Namun, apa yang terjadi setelahnya jauh lebih rumit dari yang mereka bayangkan.

Di balik kesepakatan mereka, di balik batas-batas yang telah mereka sepakati, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Darren, yang selama ini menganggap cinta sebagai gangguan, mulai merasakan sesuatu yang berbeda setiap kali melihat Alia. Wanita itu tidak seperti wanita lain yang pernah ia temui. Ada kekuatan dalam tatapan matanya, tetapi juga kesedihan yang tersembunyi di balik senyum tipisnya.

Alia, di sisi lain, mulai memikirkan Darren lebih dari yang seharusnya. Pria itu dingin dan terkadang menyebalkan, tetapi di balik sikapnya yang kaku, Alia melihat seseorang yang pernah terluka, seseorang yang mungkin membutuhkan lebih banyak cinta daripada yang ia sadari.

Mereka tidak pernah berencana untuk saling peduli. Pernikahan ini hanyalah jalan keluar dari tekanan keluarga mereka. Tetapi, perlahan-lahan, kehadiran satu sama lain mulai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka.

“Kita menikah karena kesepakatan, bukan perasaan,” ujar Darren suatu malam, suaranya nyaris berbisik.

“Tapi kenapa aku mulai memikirkanmu lebih dari yang seharusnya?”

Alia menatapnya dengan bingung. Pertanyaan itu menggantung di udara, menyisakan keheningan yang terasa begitu berat.

Kadang-kadang, takdir bekerja dengan cara yang tidak dapat dipahami. Dua orang yang berusaha menghindari cinta justru dipertemukan dalam hubungan yang awalnya tanpa makna. Ketika cinta perlahan muncul di antara janji-janji yang dingin itu, mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apakah mereka akan menerima perasaan itu dan membiarkan diri mereka jatuh, atau tetap bertahan dengan batas-batas yang telah mereka sepakati?

Cinta bukanlah bagian dari rencana mereka, tetapi apa yang terjadi ketika hati berbicara lebih keras dari logika? Akankah mereka menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan formalitas, atau justru kehilangan diri mereka sendiri dalam prosesnya?

Kadang-kadang, hal terbaik dalam hidup datang di saat yang tidak terduga, dari tempat yang tidak terduga pula, dan tentu dari seseorang yang tidak pernah diduga-duga . . .

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
PROLOG
C I N T A ? ?Siti Nur Alia, ia tidak pernah benar-benar memahaminya. Baginya, cinta hanyalah DONGENG INDAH yang terlalu sering dibungkus dengan ekspektasi, tuntutan, dan janji-janji palsu. Sejak kecil, ia terbiasa melihat cinta sebagai konsep yang indah di permukaan, tetapi rapuh dan penuh luka ketika diuji oleh realita. Alia tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan. Hidupnya adalah lingkaran tuntutan tanpa jeda, terutama desakan orang tua untuk segera menikah dan membangun keluarga. Namun, bagi Alia, menikah tidak pernah menjadi prioritas, apalagi sebuah impian.“Alia, kamu ini sudah cukup umur. Apa tidak ingin membahagiakan orang tua?”Itulah kalimat yang terus-menerus ia dengar. Setiap kali kata-kata itu muncul, hatinya terasa penuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sebagai seorang wanita yang independen dan realistis, Alia memilih memusatkan hidupnya pada pekerjaannya. Tempat di mana ia bisa merasa berguna dan diakui tanpa perlu memedulikan perasaan yang rumit sepert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Menikah. Haruskah?
Alia duduk di meja kerjanya yang berantakan, pensil di tangan, matanya kosong menatap lembaran kertas putih yang tergeletak di depannya. Komputer di sampingnya menunjukkan layar penuh dengan pekerjaan yang belum selesai. Semua tampak begitu kabur, dan pikirannya tak bisa fokus. Ini sudah hari keempat ia terjebak dalam kebuntuan kreatif, dan ia merasa sangat lelah.Sejak kecil, ia selalu dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan perhatian, namun tidak pernah bebas dari harapan.PERNIKAHAN!!! selalu menjadi topik utama dalam setiap percakapan keluarga, terutama ibu Alia akhir-akhir ini mengingat Alia sudah masuk usia akhir 20an.Ibunya sering kali memberi nasihat tentang betapa pentingnya menikah di usia muda, sementara Alia hanya bisa mendengarkan tanpa banyak berkata."Kamu tahu kan, nak, umurmu sudah semakin matang. 28 tahun loh. Pikirkan masa depan. Tidak baik hidup melajang sampai tua" begitu kata ibu, setiap kali berbicara dengan nada penuh harapan."Iya Bu, nanti kita bicars
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Cinta itu Ilusi
Pagi itu . . .Darren duduk di meja kantornya, memandang layar komputer dengan ekspresi dingin yang menjadi ciri khasnya. Fokusnya tidak pernah terpecah. Setiap angka yang diproses, setiap keputusan yang diambil, semua adalah bagian dari rencana besar yang telah ia susun bertahun-tahun dengan penuh perhitungan."Permisi Pak Darren, dokumen untuk rapat siang nanti sudah siap di meja Anda," ujar sekretarisnya, Lisa, dengan nada sopan namun canggung."Baik. Pastikan semua laporan sudah diperiksa ulang."" Saya tidak mau ada kesalahan," jawab Darren tanpa mengangkat pandangannya dari layar.Darren selalu seperti itu, tepat, tegas, dan tak kenal kompromi. Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam hidupnya, termasuk dalam urusan pribadi. Baginya, hidup adalah tentang kontrol penuh.Ketika layar komputernya menampilkan kalender yang penuh dengan jadwal rapat, sebuah notifikasi pesan dari Papinya muncul di ponselnya:"Kapan kamu akan membawa calon istrimu ke rumah? Jangan menunda-nunda lagi DARRE
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Pertemuan
Acara malam itu hanyalah makan malam santai di rumah Maya dan Kenji, atau setidaknya begitulah yang Alia pikirkan. Maya dan Kenji, sahabatnya sejak masa kuliah, tahu betul apa yang sedang ia alami. Tekanan keluarga yang terus-menerus menuntutnya untuk menikah membuat Alia merasa terjebak.Sebagai seorang ilustrator freelance, ia mencintai kebebasannya dan enggan melepas kariernya hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain.Sementara itu, Darren, sahabat Kenji, berada di situasi serupa meskipun latar belakangnya berbeda.Sebagai seorang manajer proyek di perusahaan multinasional, ia sibuk dengan pekerjaannya yang penuh tanggung jawab, sehingga keluarganya mulai khawatir ia akan melewatkan usia ideal untuk menikah.Tanpa sepengetahuan Alia dan Darren, malam itu Maya dan Kenji sengaja mempertemukan mereka.Jeng jeng . . .. . . .Ketika Alia sampai dirumah Maya ia disambut dengan hangat oleh Maya yang memeluknya erat.Namun, suasana hatinya berubah saat matanya bertemu dengan Darren yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
SEPAKAT
Hari itu udara sore terasa berat bagi Alia, meski matahari terbenam dengan warna jingga yang indah.Duduk di sebuah kafe kopi sederhana favoritnya, ia berhadapan dengan Darren yang tengah menyeruput es kopinya tanpa ekspresi. Pertemuan ini bukan untuk berbicara tentang masa depan penuh cinta, melainkan tentang menyelesaikan masalah yang sama-sama menekan mereka.“Jadi. . . ” Darren memulai, suaranya datar.“Kita sepakat menikah. Tidak ada basa-basi, tidak ada perasaan yang perlu dilibatkan, hanya ini.” Ia menunjuk ke arah daftar poin-poin yang baru saja ia tulis di secarik kertas.Alia menatap kertas itu.Poin-poinnya rapi dan langsung ke inti, tapi terasa dingin.“Pernikahan. Tanpa cinta. Tanpa harapan. Hanya untuk menyelesaikan tekanan kehidupan masing-masing.”“Kurang lebih begitu,” jawab Alia pelan, mencoba mencerna kata-kata tersebut.“Kamu yakin bisa menjalani ini?” sambungnya lagi raguDarren mengangkat bahu. “Tentu saja. Aku lebih suka pernikahan seperti ini. Tidak ada drama,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Pernikahan yang Dingin
Pernikahan Alia dan Darren berlangsung di taman kecil salah satu vila milik keluarga Darren. Tempatnya memang indah, tetapi atmosfernya terasa jauh dari kesan hangat. Tidak ada cinta yang bersemi di sini, hanya janji pernikahan yang dingin dan penuh formalitas.Langit sore menjadi latar belakang. Matahari hampir tenggelam, menyisakan semburat oranye di cakrawala.Di tengah taman, sebuah meja kecil dengan kain putih bersih berdiri di bawah pohon rindang. Beberapa kursi tertata rapi, dihuni oleh keluarga dekat yang datang lebih karena kewajiban daripada antusiasme.Alia berdiri di ruang ganti kecil di dalam vila, menatap bayangannya di cermin."Gaun putih sederhana membalut tubuhnya. Tidak ada renda mewah atau perhiasan yang mencolok, hanya gaun satin polos yang dipilih untuk acara ini." gumam Alia.Ibu Alia, berdiri di belakang, membantu merapikan kerudung putrinnya."Kamu cantik banget, Sayang," ujar Ibu dengan suara pelan.Alia tersenyum tipis."Makasih Bu." jawab Alia singkat"Seben
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Malammm Perr,,,
Malam pertama mereka dimulai dengan suasana yang aneh, canggung, dan penuh keheningan yang menggantung seperti kabut tipis. Kamar pengantin mereka sangat mewah, luas dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lampu gantung kristal berkilauan. Tirai beludru merah marun melambai lembut di dekat jendela besar yang menghadap ke taman luas dengan air mancur bercahaya. Tempat tidur ukuran king berdiri megah di tengah ruangan, dilapisi sprei satin putih. Lilin aromaterapi yang diletakkan di meja-meja kecil di setiap sisi tempat tidur memancarkan keharuman lembut vanila dan mawar, menciptakan nuansa intim yang bertolak belakang dengan keheningan yang melingkupi dua penghuni barunya.Setelah mereka menyelesaikan sholat isya berjamaah. Darren duduk di sisi kanan tempat tidur, tubuhnya tegap namun kaku, seperti sedang bersiap untuk menghadapi rapat penting. Jemarinya terus memutar-mutar jam tangan, kebiasaannya saat gugup. Sementara itu, Alia duduk di sisi kiri, memainkan ujung kerudungnya dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status