Share

Cinta itu Ilusi

Author: Niamh Alora
last update Last Updated: 2025-01-22 10:09:36

Pagi itu . . .

Darren duduk di meja kantornya, memandang layar komputer dengan ekspresi dingin yang menjadi ciri khasnya. Fokusnya tidak pernah terpecah. Setiap angka yang diproses, setiap keputusan yang diambil, semua adalah bagian dari rencana besar yang telah ia susun bertahun-tahun dengan penuh perhitungan.

"Permisi Pak Darren, dokumen untuk rapat siang nanti sudah siap di meja Anda," ujar sekretarisnya, Lisa, dengan nada sopan namun canggung.

"Baik. Pastikan semua laporan sudah diperiksa ulang."

" Saya tidak mau ada kesalahan," jawab Darren tanpa mengangkat pandangannya dari layar.

Darren selalu seperti itu, tepat, tegas, dan tak kenal kompromi. Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam hidupnya, termasuk dalam urusan pribadi. Baginya, hidup adalah tentang kontrol penuh.

Ketika layar komputernya menampilkan kalender yang penuh dengan jadwal rapat, sebuah notifikasi pesan dari Papinya muncul di ponselnya:

"Kapan kamu akan membawa calon istrimu ke rumah? Jangan menunda-nunda lagi DARREN."

HUFT........

Darren mendesah panjang, meletakkan ponselnya dengan sedikit hentakan. Ia sudah tahu pesan seperti ini akan datang cepat atau lambat. Namun, seperti biasa, responsnya tetap sama: pura-pura tidak peduli.

"Kenapa mereka selalu memaksakan hal ini?"

"Aku bahkan tidak punya waktu untuk memikirkannya," gumamnya, mengusap pelipisnya yang mulai tegang.

Lisa, yang masih berdiri di ambang pintu, ragu-ragu untuk berbicara. "Maaf Pak Darren, apakah Anda butuh sesuatu lagi sebelum saya keluar?"

"Tidak. Keluar saja," jawabnya singkat.

. . . .

Ketika masih kecil, Darren sering mendengar kata-kata keras dari papinya.

"Hidup ini adalah tentang hasil, bukan tentang perasaan. Orang hanya akan menghargaimu kalau kamu berhasil," ujar papinya suatu malam, ketika Darren gagal mencapai nilai sempurna dalam ujian matematika.

Maminya, meskipun lebih lembut, tidak banyak membantu. Kasih sayang dan cinta adalah sesuatu yang langka dalam keluarga mereka. Darren belajar sejak dini bahwa emosi hanyalah kelemahan, sesuatu yang akan membuatnya terlihat lemah di mata dunia.

"Kamu tahu, Darren," kata papinya suatu kali sambil menyeruput kopi pagi.

"CINTA ITU HANYA ILUSI. Kamu tidak perlu membuang waktu untuk itu. Fokus pada kesuksesanmu. Itu yang paling penting."

Darren mengangguk patuh waktu itu.

Tapi sekarang, di usia 34 tahun, kata-kata papinya tetap terngiang di kepala. Mungkin itulah sebabnya ia tumbuh menjadi pria yang dingin, pragmatis, dan skeptis pada cinta.

. . . .

Suatu malam, saat makan malam bersama keluarganya, papinya menatapnya dengan tajam.

"Darren, usia kamu sudah cukup. Kamu harus segera menikah. Jangan tunggu sampai semua orang mulai bertanya-tanya," ujar papinya, meletakkan sendok dengan tegas.

Darren memandang papinya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kenapa semua orang begitu peduli dengan pernikahan? Aku sudah sukses. Bukankah itu cukup?" Kesal Darren

"Kesuksesan tanpa keluarga adalah kesuksesan yang hampa," jawab papinya, nadanya mengancam.

"Pernikahan itu rumit Pi. Kalian pasti memberikan kriteria yang tidak masuk akal. Aku gak mau mempersulit hidupku." sahut Darren

"Bawa siapapun itu, Darren, yang penting dia PEREMPUAN YANG BERAKHLAK." jawab papinya tegas.

Walaupun Darren dari keluarga yang cukup dingin tapi mereka tidak pernah memandang ststus sosial, mereka menghargai orang lain karena kedua orang tua Darren merintis bisnis dari kondisi ekonomi sulit.

Darren menahan napas, mencoba menenangkan diri.

"Aku akan menikah jika waktunya tepat,Maaf, Pi, Mi" ujarnya akhirnya, meskipun ia tahu itu hanya untuk menghentikan diskusi.

Dalam hati, Darren tahu bahwa ia tidak punya pilihan. Pernikahan bukan tentang cinta, melainkan tentang memenuhi ekspektasi sosial.

. . . .

Di kantor, pikiran tentang pernikahan kembali menghantuinya. Tanpa ia sadari Lisa masuk membawa secangkir kopi.

"Lisa," panggil Darren tiba-tiba.

"Ya, Pak Darren?"

"Menurutmu, apa pernikahan itu penting?" tanyanya, suaranya datar tapi cukup membuat Lisa tertegun.

Lisa mencoba tersenyum, meskipun agak gugup.

"Maaf Pak, saya rasa... itu tergantung pada orangnya Pak. Tapi bagi saya, pernikahan itu penting. Pernikahan tentang kebahagiaan bersama."

Darren mendengus kecil.

"Kebahagiaan? Itu hanya mitos."

Lisa tidak berani menanggapi lebih jauh.

"Apakah ada yang lain yang bisa saya bantu, Pak?"

"Tidak, itu saja. Terima kasih," jawab Darren, kembali memandang layar komputernya.

. . . .

Malam itu, Darren duduk di sofa apartemennya yang luas namun terasa kosong. Ponselnya kembali berbunyi. Kali ini dari Maminya.

"Mami tahu kamu sibuk, Darren. Tapi tolong, pikirkan tentang pernikahan. Kamu tidak ingin membuat Papimu kecewa, kan?"

"Iya, Mi. Aku akan mempertimbangkannya," jawabnya singkat.

Namun, di dalam hatinya, Darren sudah tahu jawabannya. Pernikahan ini tidak akan didasarkan pada cinta. Itu hanya akan menjadi kontrak, sebuah kewajiban yang harus dipenuhi.

Menatap jendela yang menghadap ke pemandangan kota Tokyo yang gemerlap, Darren mendesah panjang.

"Cinta itu tidak ada gunanya. Aku akan menikah, tapi bukan karena cinta. Ini hanya soal kewajiban."

Namun, di sudut pikirannya, ada satu pertanyaan yang tidak bisa ia hilangkan:

"Apa jadinya jika aku salah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pertemuan

    Acara malam itu hanyalah makan malam santai di rumah Maya dan Kenji, atau setidaknya begitulah yang Alia pikirkan. Maya dan Kenji, sahabatnya sejak masa kuliah, tahu betul apa yang sedang ia alami. Tekanan keluarga yang terus-menerus menuntutnya untuk menikah membuat Alia merasa terjebak.Sebagai seorang ilustrator freelance, ia mencintai kebebasannya dan enggan melepas kariernya hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain.Sementara itu, Darren, sahabat Kenji, berada di situasi serupa meskipun latar belakangnya berbeda.Sebagai seorang manajer proyek di perusahaan multinasional, ia sibuk dengan pekerjaannya yang penuh tanggung jawab, sehingga keluarganya mulai khawatir ia akan melewatkan usia ideal untuk menikah.Tanpa sepengetahuan Alia dan Darren, malam itu Maya dan Kenji sengaja mempertemukan mereka.Jeng jeng . . .. . . .Ketika Alia sampai dirumah Maya ia disambut dengan hangat oleh Maya yang memeluknya erat.Namun, suasana hatinya berubah saat matanya bertemu dengan Darren yang

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   SEPAKAT

    Hari itu udara sore terasa berat bagi Alia, meski matahari terbenam dengan warna jingga yang indah.Duduk di sebuah kafe kopi sederhana favoritnya, ia berhadapan dengan Darren yang tengah menyeruput es kopinya tanpa ekspresi. Pertemuan ini bukan untuk berbicara tentang masa depan penuh cinta, melainkan tentang menyelesaikan masalah yang sama-sama menekan mereka.“Jadi. . . ” Darren memulai, suaranya datar.“Kita sepakat menikah. Tidak ada basa-basi, tidak ada perasaan yang perlu dilibatkan, hanya ini.” Ia menunjuk ke arah daftar poin-poin yang baru saja ia tulis di secarik kertas.Alia menatap kertas itu.Poin-poinnya rapi dan langsung ke inti, tapi terasa dingin.“Pernikahan. Tanpa cinta. Tanpa harapan. Hanya untuk menyelesaikan tekanan kehidupan masing-masing.”“Kurang lebih begitu,” jawab Alia pelan, mencoba mencerna kata-kata tersebut.“Kamu yakin bisa menjalani ini?” sambungnya lagi raguDarren mengangkat bahu. “Tentu saja. Aku lebih suka pernikahan seperti ini. Tidak ada drama,

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pernikahan yang Dingin

    Pernikahan Alia dan Darren berlangsung di taman kecil salah satu vila milik keluarga Darren. Tempatnya memang indah, tetapi atmosfernya terasa jauh dari kesan hangat. Tidak ada cinta yang bersemi di sini, hanya janji pernikahan yang dingin dan penuh formalitas.Langit sore menjadi latar belakang. Matahari hampir tenggelam, menyisakan semburat oranye di cakrawala.Di tengah taman, sebuah meja kecil dengan kain putih bersih berdiri di bawah pohon rindang. Beberapa kursi tertata rapi, dihuni oleh keluarga dekat yang datang lebih karena kewajiban daripada antusiasme.Alia berdiri di ruang ganti kecil di dalam vila, menatap bayangannya di cermin."Gaun putih sederhana membalut tubuhnya. Tidak ada renda mewah atau perhiasan yang mencolok, hanya gaun satin polos yang dipilih untuk acara ini." gumam Alia.Ibu Alia, berdiri di belakang, membantu merapikan kerudung putrinnya."Kamu cantik banget, Sayang," ujar Ibu dengan suara pelan.Alia tersenyum tipis."Makasih Bu." jawab Alia singkat"Seben

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Malammm Perr,,,

    Malam pertama mereka dimulai dengan suasana yang aneh, canggung, dan penuh keheningan yang menggantung seperti kabut tipis. Kamar pengantin mereka sangat mewah, luas dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lampu gantung kristal berkilauan. Tirai beludru merah marun melambai lembut di dekat jendela besar yang menghadap ke taman luas dengan air mancur bercahaya. Tempat tidur ukuran king berdiri megah di tengah ruangan, dilapisi sprei satin putih. Lilin aromaterapi yang diletakkan di meja-meja kecil di setiap sisi tempat tidur memancarkan keharuman lembut vanila dan mawar, menciptakan nuansa intim yang bertolak belakang dengan keheningan yang melingkupi dua penghuni barunya.Setelah mereka menyelesaikan sholat isya berjamaah. Darren duduk di sisi kanan tempat tidur, tubuhnya tegap namun kaku, seperti sedang bersiap untuk menghadapi rapat penting. Jemarinya terus memutar-mutar jam tangan, kebiasaannya saat gugup. Sementara itu, Alia duduk di sisi kiri, memainkan ujung kerudungnya dengan

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   PROLOG

    C I N T A ? ?Siti Nur Alia, ia tidak pernah benar-benar memahaminya. Baginya, cinta hanyalah DONGENG INDAH yang terlalu sering dibungkus dengan ekspektasi, tuntutan, dan janji-janji palsu. Sejak kecil, ia terbiasa melihat cinta sebagai konsep yang indah di permukaan, tetapi rapuh dan penuh luka ketika diuji oleh realita. Alia tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan. Hidupnya adalah lingkaran tuntutan tanpa jeda, terutama desakan orang tua untuk segera menikah dan membangun keluarga. Namun, bagi Alia, menikah tidak pernah menjadi prioritas, apalagi sebuah impian.“Alia, kamu ini sudah cukup umur. Apa tidak ingin membahagiakan orang tua?”Itulah kalimat yang terus-menerus ia dengar. Setiap kali kata-kata itu muncul, hatinya terasa penuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sebagai seorang wanita yang independen dan realistis, Alia memilih memusatkan hidupnya pada pekerjaannya. Tempat di mana ia bisa merasa berguna dan diakui tanpa perlu memedulikan perasaan yang rumit sepert

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Menikah. Haruskah?

    Alia duduk di meja kerjanya yang berantakan, pensil di tangan, matanya kosong menatap lembaran kertas putih yang tergeletak di depannya. Komputer di sampingnya menunjukkan layar penuh dengan pekerjaan yang belum selesai. Semua tampak begitu kabur, dan pikirannya tak bisa fokus. Ini sudah hari keempat ia terjebak dalam kebuntuan kreatif, dan ia merasa sangat lelah.Sejak kecil, ia selalu dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan perhatian, namun tidak pernah bebas dari harapan.PERNIKAHAN!!! selalu menjadi topik utama dalam setiap percakapan keluarga, terutama ibu Alia akhir-akhir ini mengingat Alia sudah masuk usia akhir 20an.Ibunya sering kali memberi nasihat tentang betapa pentingnya menikah di usia muda, sementara Alia hanya bisa mendengarkan tanpa banyak berkata."Kamu tahu kan, nak, umurmu sudah semakin matang. 28 tahun loh. Pikirkan masa depan. Tidak baik hidup melajang sampai tua" begitu kata ibu, setiap kali berbicara dengan nada penuh harapan."Iya Bu, nanti kita bicars

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Malammm Perr,,,

    Malam pertama mereka dimulai dengan suasana yang aneh, canggung, dan penuh keheningan yang menggantung seperti kabut tipis. Kamar pengantin mereka sangat mewah, luas dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lampu gantung kristal berkilauan. Tirai beludru merah marun melambai lembut di dekat jendela besar yang menghadap ke taman luas dengan air mancur bercahaya. Tempat tidur ukuran king berdiri megah di tengah ruangan, dilapisi sprei satin putih. Lilin aromaterapi yang diletakkan di meja-meja kecil di setiap sisi tempat tidur memancarkan keharuman lembut vanila dan mawar, menciptakan nuansa intim yang bertolak belakang dengan keheningan yang melingkupi dua penghuni barunya.Setelah mereka menyelesaikan sholat isya berjamaah. Darren duduk di sisi kanan tempat tidur, tubuhnya tegap namun kaku, seperti sedang bersiap untuk menghadapi rapat penting. Jemarinya terus memutar-mutar jam tangan, kebiasaannya saat gugup. Sementara itu, Alia duduk di sisi kiri, memainkan ujung kerudungnya dengan

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pernikahan yang Dingin

    Pernikahan Alia dan Darren berlangsung di taman kecil salah satu vila milik keluarga Darren. Tempatnya memang indah, tetapi atmosfernya terasa jauh dari kesan hangat. Tidak ada cinta yang bersemi di sini, hanya janji pernikahan yang dingin dan penuh formalitas.Langit sore menjadi latar belakang. Matahari hampir tenggelam, menyisakan semburat oranye di cakrawala.Di tengah taman, sebuah meja kecil dengan kain putih bersih berdiri di bawah pohon rindang. Beberapa kursi tertata rapi, dihuni oleh keluarga dekat yang datang lebih karena kewajiban daripada antusiasme.Alia berdiri di ruang ganti kecil di dalam vila, menatap bayangannya di cermin."Gaun putih sederhana membalut tubuhnya. Tidak ada renda mewah atau perhiasan yang mencolok, hanya gaun satin polos yang dipilih untuk acara ini." gumam Alia.Ibu Alia, berdiri di belakang, membantu merapikan kerudung putrinnya."Kamu cantik banget, Sayang," ujar Ibu dengan suara pelan.Alia tersenyum tipis."Makasih Bu." jawab Alia singkat"Seben

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   SEPAKAT

    Hari itu udara sore terasa berat bagi Alia, meski matahari terbenam dengan warna jingga yang indah.Duduk di sebuah kafe kopi sederhana favoritnya, ia berhadapan dengan Darren yang tengah menyeruput es kopinya tanpa ekspresi. Pertemuan ini bukan untuk berbicara tentang masa depan penuh cinta, melainkan tentang menyelesaikan masalah yang sama-sama menekan mereka.“Jadi. . . ” Darren memulai, suaranya datar.“Kita sepakat menikah. Tidak ada basa-basi, tidak ada perasaan yang perlu dilibatkan, hanya ini.” Ia menunjuk ke arah daftar poin-poin yang baru saja ia tulis di secarik kertas.Alia menatap kertas itu.Poin-poinnya rapi dan langsung ke inti, tapi terasa dingin.“Pernikahan. Tanpa cinta. Tanpa harapan. Hanya untuk menyelesaikan tekanan kehidupan masing-masing.”“Kurang lebih begitu,” jawab Alia pelan, mencoba mencerna kata-kata tersebut.“Kamu yakin bisa menjalani ini?” sambungnya lagi raguDarren mengangkat bahu. “Tentu saja. Aku lebih suka pernikahan seperti ini. Tidak ada drama,

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pertemuan

    Acara malam itu hanyalah makan malam santai di rumah Maya dan Kenji, atau setidaknya begitulah yang Alia pikirkan. Maya dan Kenji, sahabatnya sejak masa kuliah, tahu betul apa yang sedang ia alami. Tekanan keluarga yang terus-menerus menuntutnya untuk menikah membuat Alia merasa terjebak.Sebagai seorang ilustrator freelance, ia mencintai kebebasannya dan enggan melepas kariernya hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain.Sementara itu, Darren, sahabat Kenji, berada di situasi serupa meskipun latar belakangnya berbeda.Sebagai seorang manajer proyek di perusahaan multinasional, ia sibuk dengan pekerjaannya yang penuh tanggung jawab, sehingga keluarganya mulai khawatir ia akan melewatkan usia ideal untuk menikah.Tanpa sepengetahuan Alia dan Darren, malam itu Maya dan Kenji sengaja mempertemukan mereka.Jeng jeng . . .. . . .Ketika Alia sampai dirumah Maya ia disambut dengan hangat oleh Maya yang memeluknya erat.Namun, suasana hatinya berubah saat matanya bertemu dengan Darren yang

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Cinta itu Ilusi

    Pagi itu . . .Darren duduk di meja kantornya, memandang layar komputer dengan ekspresi dingin yang menjadi ciri khasnya. Fokusnya tidak pernah terpecah. Setiap angka yang diproses, setiap keputusan yang diambil, semua adalah bagian dari rencana besar yang telah ia susun bertahun-tahun dengan penuh perhitungan."Permisi Pak Darren, dokumen untuk rapat siang nanti sudah siap di meja Anda," ujar sekretarisnya, Lisa, dengan nada sopan namun canggung."Baik. Pastikan semua laporan sudah diperiksa ulang."" Saya tidak mau ada kesalahan," jawab Darren tanpa mengangkat pandangannya dari layar.Darren selalu seperti itu, tepat, tegas, dan tak kenal kompromi. Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam hidupnya, termasuk dalam urusan pribadi. Baginya, hidup adalah tentang kontrol penuh.Ketika layar komputernya menampilkan kalender yang penuh dengan jadwal rapat, sebuah notifikasi pesan dari Papinya muncul di ponselnya:"Kapan kamu akan membawa calon istrimu ke rumah? Jangan menunda-nunda lagi DARRE

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Menikah. Haruskah?

    Alia duduk di meja kerjanya yang berantakan, pensil di tangan, matanya kosong menatap lembaran kertas putih yang tergeletak di depannya. Komputer di sampingnya menunjukkan layar penuh dengan pekerjaan yang belum selesai. Semua tampak begitu kabur, dan pikirannya tak bisa fokus. Ini sudah hari keempat ia terjebak dalam kebuntuan kreatif, dan ia merasa sangat lelah.Sejak kecil, ia selalu dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan perhatian, namun tidak pernah bebas dari harapan.PERNIKAHAN!!! selalu menjadi topik utama dalam setiap percakapan keluarga, terutama ibu Alia akhir-akhir ini mengingat Alia sudah masuk usia akhir 20an.Ibunya sering kali memberi nasihat tentang betapa pentingnya menikah di usia muda, sementara Alia hanya bisa mendengarkan tanpa banyak berkata."Kamu tahu kan, nak, umurmu sudah semakin matang. 28 tahun loh. Pikirkan masa depan. Tidak baik hidup melajang sampai tua" begitu kata ibu, setiap kali berbicara dengan nada penuh harapan."Iya Bu, nanti kita bicars

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   PROLOG

    C I N T A ? ?Siti Nur Alia, ia tidak pernah benar-benar memahaminya. Baginya, cinta hanyalah DONGENG INDAH yang terlalu sering dibungkus dengan ekspektasi, tuntutan, dan janji-janji palsu. Sejak kecil, ia terbiasa melihat cinta sebagai konsep yang indah di permukaan, tetapi rapuh dan penuh luka ketika diuji oleh realita. Alia tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan. Hidupnya adalah lingkaran tuntutan tanpa jeda, terutama desakan orang tua untuk segera menikah dan membangun keluarga. Namun, bagi Alia, menikah tidak pernah menjadi prioritas, apalagi sebuah impian.“Alia, kamu ini sudah cukup umur. Apa tidak ingin membahagiakan orang tua?”Itulah kalimat yang terus-menerus ia dengar. Setiap kali kata-kata itu muncul, hatinya terasa penuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sebagai seorang wanita yang independen dan realistis, Alia memilih memusatkan hidupnya pada pekerjaannya. Tempat di mana ia bisa merasa berguna dan diakui tanpa perlu memedulikan perasaan yang rumit sepert

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status