Share

Malammm Perr,,,

Author: Niamh Alora
last update Last Updated: 2025-01-22 11:12:24

Malam pertama mereka dimulai dengan suasana yang aneh, canggung, dan penuh keheningan yang menggantung seperti kabut tipis. Kamar pengantin mereka sangat mewah, luas dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lampu gantung kristal berkilauan. Tirai beludru merah marun melambai lembut di dekat jendela besar yang menghadap ke taman luas dengan air mancur bercahaya. Tempat tidur ukuran king berdiri megah di tengah ruangan, dilapisi sprei satin putih. Lilin aromaterapi yang diletakkan di meja-meja kecil di setiap sisi tempat tidur memancarkan keharuman lembut vanila dan mawar, menciptakan nuansa intim yang bertolak belakang dengan keheningan yang melingkupi dua penghuni barunya.

Setelah mereka menyelesaikan sholat isya berjamaah. Darren duduk di sisi kanan tempat tidur, tubuhnya tegap namun kaku, seperti sedang bersiap untuk menghadapi rapat penting. Jemarinya terus memutar-mutar jam tangan, kebiasaannya saat gugup. Sementara itu, Alia duduk di sisi kiri, memainkan ujung kerudungnya dengan jari-jari yang gemetar halus. Wajahnya memerah, bukan karena bahagia, melainkan karena tak tahu harus berkata apa.

Keheningan itu akhirnya pecah.

“Jadi…” Darren memulai dengan suara serak, menatap lurus ke depan tanpa melirik Alia.

“Ini mmm ya? Malam per… tama.?” Tanya Darren dengan suara hampir berbisik

Alia meliriknya sekilas, lalu kembali menunduk.

“Iya. Malam pertama… yang tidak pernah kita bayangkan.”

Ucapan itu membuat Darren menghela napas panjang.

All right. But, kita udah sepakat, kan? Ini hanya bagian dari kesepakatan. Tanpa drama, tanpa beban.”

Alia mengangguk kecil, meskipun tidak yakin.

“Benar. Ini bagian dari tanggung jawab. Kita jalani saja sesuai rencana.”

Darren akhirnya menoleh, menatapnya dengan mata yang menyipit skeptis.

“Kamu terdengar sangat meyakinkan untuk seseorang yang jelas-jelas gugup setengah mati.”

Alia tertawa kecil, lebih seperti tawa yang dipaksakan.

“Dan kamu terlihat santai untuk seseorang yang sejak tadi tidak berhenti memutar jam tangan.”

Darren terdiam sejenak, lalu tanpa bicara, ia melepas jam tangannya dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.

“Baiklah. Kamu menang soal itu.”

Mereka tertawa kecil bersama. Hanya sebentar, namun cukup untuk mengurangi rasa tegang yang melingkupi.

. . . .

Darren berdiri, melepas jasnya dengan gerakan ragu. Alia memerhatikannya dari sudut mata, mencoba menyembunyikan rasa gugup yang semakin menjadi. Namun, Darren menangkap sorotan matanya.

“Kamu tidak perlu tegang,” ujarnya, mencoba terdengar tenang meski suaranya sedikit gemetar.

Alia menelan ludah, mengalihkan pandangan. “Aku nggak tegang kok,” bantahnya pelan.

Really good girl?” Darren mengangkat alis, tersenyum tipis. “Coba ngaca sih, wajahmu kelihatan seperti baru melihat hantu.”

“Kalau begitu, kamu juga nggak lebih baik. Kamu bahkan tidak bisa membuka kancing kemejamu tanpa menjatuhkannya,” balas Alia, menunjuk kancing kemeja yang menggelinding di lantai.

Darren mendengus kecil, lalu tertawa. “Oke, strike poin untukmu.”

Mereka tertawa lagi, kali ini lebih lepas. Suasana yang tadinya penuh tekanan mulai mencair, walau belum sepenuhnya hilang.

. . .

Setelah beberapa saat, Darren kembali duduk di tepi tempat tidur, kali ini sedikit lebih dekat. Ia menatap Alia, yang masih memegangi ujung kerudungnya seperti tameng.

“Dengar, aku tahu ini bukan situasi yang ideal,” katanya, suaranya lebih lembut. “Tapi kita sama-sama sudah memutuskan berada di sini. Aku hanya ingin memastikan kamu nyaman. Kalau kamu gak siap, kita bisa tunda.”

Alia terdiam sejenak, menatap Darren dengan mata yang mulai melembut. “Aku… aku nggak tahu harus bilang apa. Aku juga nggak mau kamu merasa terbebani.”

Darren tersenyum samar. “Aku nggak terbebani kok. Sama sekali nggak. Aku hanya nggak mau membuatmu merasa terpaksa. Jadi, kita jalani ini dengan cara yang benar.”

Tanpa berkata lagi, Darren meraih tangan Alia. Sentuhannya hangat, lembut, membuat Alia terkejut sekaligus merasa tenang.

“Aku tahu kita nggak kenal satu sama lain dengan baik,” lanjut Darren, “tapi kita bisa belajar, perlahan kan?.”

Alia mengangguk, hatinya mulai sedikit terbuka. “Ya,benar.”

. . . .

Saat malam semakin larut, mereka mulai mencoba mendekat. Darren membantu Alia melepaskan kerudungnya, melakukannya dengan hati-hati, seolah takut menyakitinya. Alia merasakan wajahnya memanas, tapi ia tidak mengelak.

“Kamu cantik,” kata Darren tiba-tiba, membuat Alia menoleh dengan mata terbelalak.

“Apa?” tanyanya, bingung.

“Kamu cantik,” ulang Darren, kali ini lebih pelan. “Aku nggak tahu kenapa aku baru menyadarinya sekarang.”

Alia tersipu, menunduk sambil tersenyum kecil. “Kamu nggak perlu memaksakan diri bilang begitu.”

“Aku serius.” Darren mengangkat tangannya, menyentuh pipi Alia dengan lembut.

“Kamu nggak perlu merasa insecure. dan akupun akan mencoba menjadi suami yang baik.”

Perlahan, Darren mendekatkan wajahnya. Alia merasakan napasnya, hangat dan menenangkan. Ketika bibir mereka akhirnya bertemu, itu bukanlah ciuman yang penuh gairah, melainkan lembut, hati-hati, dan sarat dengan keinginan untuk saling memahami.

Pelukan Darren menguat, menarik Alia ke dalam kehangatan yang asing namun menyenangkan. Dalam momen itu, mereka sama-sama tahu bahwa ini bukan hanya tentang kewajiban, melainkan awal dari sesuatu yang lebih dalam, lebih bermakna.

. . . .

Malam Itu Berakhir dengan Baik…

Ketika Alia akhirnya tertidur di sisi tempat tidur, Darren tetap terjaga, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berkecamuk. Malam ini telah mengubah segalanya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi satu hal yang pasti: pernikahan ini bukan lagi sekadar kesepakatan di atas kertas.

Sebelum ia memejamkan mata, ia mendengar Alia bergumam pelan dalam tidurnya.

“Semoga aku tidak membuatmu menyesal, Darren…”

Darren menoleh, memandangi wajah Alia yang tampak damai. Ia tidak menjawab, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa perasaannya perlahan mulai berubah.

“Selamat datang di babak baru hidup. Muhammad Khalid Darren,” gumamnya pelan sebelum akhirnya tenggelam dalam lelap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   PROLOG

    C I N T A ? ?Siti Nur Alia, ia tidak pernah benar-benar memahaminya. Baginya, cinta hanyalah DONGENG INDAH yang terlalu sering dibungkus dengan ekspektasi, tuntutan, dan janji-janji palsu. Sejak kecil, ia terbiasa melihat cinta sebagai konsep yang indah di permukaan, tetapi rapuh dan penuh luka ketika diuji oleh realita. Alia tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan. Hidupnya adalah lingkaran tuntutan tanpa jeda, terutama desakan orang tua untuk segera menikah dan membangun keluarga. Namun, bagi Alia, menikah tidak pernah menjadi prioritas, apalagi sebuah impian.“Alia, kamu ini sudah cukup umur. Apa tidak ingin membahagiakan orang tua?”Itulah kalimat yang terus-menerus ia dengar. Setiap kali kata-kata itu muncul, hatinya terasa penuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sebagai seorang wanita yang independen dan realistis, Alia memilih memusatkan hidupnya pada pekerjaannya. Tempat di mana ia bisa merasa berguna dan diakui tanpa perlu memedulikan perasaan yang rumit sepert

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Menikah. Haruskah?

    Alia duduk di meja kerjanya yang berantakan, pensil di tangan, matanya kosong menatap lembaran kertas putih yang tergeletak di depannya. Komputer di sampingnya menunjukkan layar penuh dengan pekerjaan yang belum selesai. Semua tampak begitu kabur, dan pikirannya tak bisa fokus. Ini sudah hari keempat ia terjebak dalam kebuntuan kreatif, dan ia merasa sangat lelah.Sejak kecil, ia selalu dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan perhatian, namun tidak pernah bebas dari harapan.PERNIKAHAN!!! selalu menjadi topik utama dalam setiap percakapan keluarga, terutama ibu Alia akhir-akhir ini mengingat Alia sudah masuk usia akhir 20an.Ibunya sering kali memberi nasihat tentang betapa pentingnya menikah di usia muda, sementara Alia hanya bisa mendengarkan tanpa banyak berkata."Kamu tahu kan, nak, umurmu sudah semakin matang. 28 tahun loh. Pikirkan masa depan. Tidak baik hidup melajang sampai tua" begitu kata ibu, setiap kali berbicara dengan nada penuh harapan."Iya Bu, nanti kita bicars

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Cinta itu Ilusi

    Pagi itu . . .Darren duduk di meja kantornya, memandang layar komputer dengan ekspresi dingin yang menjadi ciri khasnya. Fokusnya tidak pernah terpecah. Setiap angka yang diproses, setiap keputusan yang diambil, semua adalah bagian dari rencana besar yang telah ia susun bertahun-tahun dengan penuh perhitungan."Permisi Pak Darren, dokumen untuk rapat siang nanti sudah siap di meja Anda," ujar sekretarisnya, Lisa, dengan nada sopan namun canggung."Baik. Pastikan semua laporan sudah diperiksa ulang."" Saya tidak mau ada kesalahan," jawab Darren tanpa mengangkat pandangannya dari layar.Darren selalu seperti itu, tepat, tegas, dan tak kenal kompromi. Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam hidupnya, termasuk dalam urusan pribadi. Baginya, hidup adalah tentang kontrol penuh.Ketika layar komputernya menampilkan kalender yang penuh dengan jadwal rapat, sebuah notifikasi pesan dari Papinya muncul di ponselnya:"Kapan kamu akan membawa calon istrimu ke rumah? Jangan menunda-nunda lagi DARRE

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pertemuan

    Acara malam itu hanyalah makan malam santai di rumah Maya dan Kenji, atau setidaknya begitulah yang Alia pikirkan. Maya dan Kenji, sahabatnya sejak masa kuliah, tahu betul apa yang sedang ia alami. Tekanan keluarga yang terus-menerus menuntutnya untuk menikah membuat Alia merasa terjebak.Sebagai seorang ilustrator freelance, ia mencintai kebebasannya dan enggan melepas kariernya hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain.Sementara itu, Darren, sahabat Kenji, berada di situasi serupa meskipun latar belakangnya berbeda.Sebagai seorang manajer proyek di perusahaan multinasional, ia sibuk dengan pekerjaannya yang penuh tanggung jawab, sehingga keluarganya mulai khawatir ia akan melewatkan usia ideal untuk menikah.Tanpa sepengetahuan Alia dan Darren, malam itu Maya dan Kenji sengaja mempertemukan mereka.Jeng jeng . . .. . . .Ketika Alia sampai dirumah Maya ia disambut dengan hangat oleh Maya yang memeluknya erat.Namun, suasana hatinya berubah saat matanya bertemu dengan Darren yang

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   SEPAKAT

    Hari itu udara sore terasa berat bagi Alia, meski matahari terbenam dengan warna jingga yang indah.Duduk di sebuah kafe kopi sederhana favoritnya, ia berhadapan dengan Darren yang tengah menyeruput es kopinya tanpa ekspresi. Pertemuan ini bukan untuk berbicara tentang masa depan penuh cinta, melainkan tentang menyelesaikan masalah yang sama-sama menekan mereka.“Jadi. . . ” Darren memulai, suaranya datar.“Kita sepakat menikah. Tidak ada basa-basi, tidak ada perasaan yang perlu dilibatkan, hanya ini.” Ia menunjuk ke arah daftar poin-poin yang baru saja ia tulis di secarik kertas.Alia menatap kertas itu.Poin-poinnya rapi dan langsung ke inti, tapi terasa dingin.“Pernikahan. Tanpa cinta. Tanpa harapan. Hanya untuk menyelesaikan tekanan kehidupan masing-masing.”“Kurang lebih begitu,” jawab Alia pelan, mencoba mencerna kata-kata tersebut.“Kamu yakin bisa menjalani ini?” sambungnya lagi raguDarren mengangkat bahu. “Tentu saja. Aku lebih suka pernikahan seperti ini. Tidak ada drama,

    Last Updated : 2025-01-22
  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pernikahan yang Dingin

    Pernikahan Alia dan Darren berlangsung di taman kecil salah satu vila milik keluarga Darren. Tempatnya memang indah, tetapi atmosfernya terasa jauh dari kesan hangat. Tidak ada cinta yang bersemi di sini, hanya janji pernikahan yang dingin dan penuh formalitas.Langit sore menjadi latar belakang. Matahari hampir tenggelam, menyisakan semburat oranye di cakrawala.Di tengah taman, sebuah meja kecil dengan kain putih bersih berdiri di bawah pohon rindang. Beberapa kursi tertata rapi, dihuni oleh keluarga dekat yang datang lebih karena kewajiban daripada antusiasme.Alia berdiri di ruang ganti kecil di dalam vila, menatap bayangannya di cermin."Gaun putih sederhana membalut tubuhnya. Tidak ada renda mewah atau perhiasan yang mencolok, hanya gaun satin polos yang dipilih untuk acara ini." gumam Alia.Ibu Alia, berdiri di belakang, membantu merapikan kerudung putrinnya."Kamu cantik banget, Sayang," ujar Ibu dengan suara pelan.Alia tersenyum tipis."Makasih Bu." jawab Alia singkat"Seben

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Malammm Perr,,,

    Malam pertama mereka dimulai dengan suasana yang aneh, canggung, dan penuh keheningan yang menggantung seperti kabut tipis. Kamar pengantin mereka sangat mewah, luas dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lampu gantung kristal berkilauan. Tirai beludru merah marun melambai lembut di dekat jendela besar yang menghadap ke taman luas dengan air mancur bercahaya. Tempat tidur ukuran king berdiri megah di tengah ruangan, dilapisi sprei satin putih. Lilin aromaterapi yang diletakkan di meja-meja kecil di setiap sisi tempat tidur memancarkan keharuman lembut vanila dan mawar, menciptakan nuansa intim yang bertolak belakang dengan keheningan yang melingkupi dua penghuni barunya.Setelah mereka menyelesaikan sholat isya berjamaah. Darren duduk di sisi kanan tempat tidur, tubuhnya tegap namun kaku, seperti sedang bersiap untuk menghadapi rapat penting. Jemarinya terus memutar-mutar jam tangan, kebiasaannya saat gugup. Sementara itu, Alia duduk di sisi kiri, memainkan ujung kerudungnya dengan

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pernikahan yang Dingin

    Pernikahan Alia dan Darren berlangsung di taman kecil salah satu vila milik keluarga Darren. Tempatnya memang indah, tetapi atmosfernya terasa jauh dari kesan hangat. Tidak ada cinta yang bersemi di sini, hanya janji pernikahan yang dingin dan penuh formalitas.Langit sore menjadi latar belakang. Matahari hampir tenggelam, menyisakan semburat oranye di cakrawala.Di tengah taman, sebuah meja kecil dengan kain putih bersih berdiri di bawah pohon rindang. Beberapa kursi tertata rapi, dihuni oleh keluarga dekat yang datang lebih karena kewajiban daripada antusiasme.Alia berdiri di ruang ganti kecil di dalam vila, menatap bayangannya di cermin."Gaun putih sederhana membalut tubuhnya. Tidak ada renda mewah atau perhiasan yang mencolok, hanya gaun satin polos yang dipilih untuk acara ini." gumam Alia.Ibu Alia, berdiri di belakang, membantu merapikan kerudung putrinnya."Kamu cantik banget, Sayang," ujar Ibu dengan suara pelan.Alia tersenyum tipis."Makasih Bu." jawab Alia singkat"Seben

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   SEPAKAT

    Hari itu udara sore terasa berat bagi Alia, meski matahari terbenam dengan warna jingga yang indah.Duduk di sebuah kafe kopi sederhana favoritnya, ia berhadapan dengan Darren yang tengah menyeruput es kopinya tanpa ekspresi. Pertemuan ini bukan untuk berbicara tentang masa depan penuh cinta, melainkan tentang menyelesaikan masalah yang sama-sama menekan mereka.“Jadi. . . ” Darren memulai, suaranya datar.“Kita sepakat menikah. Tidak ada basa-basi, tidak ada perasaan yang perlu dilibatkan, hanya ini.” Ia menunjuk ke arah daftar poin-poin yang baru saja ia tulis di secarik kertas.Alia menatap kertas itu.Poin-poinnya rapi dan langsung ke inti, tapi terasa dingin.“Pernikahan. Tanpa cinta. Tanpa harapan. Hanya untuk menyelesaikan tekanan kehidupan masing-masing.”“Kurang lebih begitu,” jawab Alia pelan, mencoba mencerna kata-kata tersebut.“Kamu yakin bisa menjalani ini?” sambungnya lagi raguDarren mengangkat bahu. “Tentu saja. Aku lebih suka pernikahan seperti ini. Tidak ada drama,

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Pertemuan

    Acara malam itu hanyalah makan malam santai di rumah Maya dan Kenji, atau setidaknya begitulah yang Alia pikirkan. Maya dan Kenji, sahabatnya sejak masa kuliah, tahu betul apa yang sedang ia alami. Tekanan keluarga yang terus-menerus menuntutnya untuk menikah membuat Alia merasa terjebak.Sebagai seorang ilustrator freelance, ia mencintai kebebasannya dan enggan melepas kariernya hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain.Sementara itu, Darren, sahabat Kenji, berada di situasi serupa meskipun latar belakangnya berbeda.Sebagai seorang manajer proyek di perusahaan multinasional, ia sibuk dengan pekerjaannya yang penuh tanggung jawab, sehingga keluarganya mulai khawatir ia akan melewatkan usia ideal untuk menikah.Tanpa sepengetahuan Alia dan Darren, malam itu Maya dan Kenji sengaja mempertemukan mereka.Jeng jeng . . .. . . .Ketika Alia sampai dirumah Maya ia disambut dengan hangat oleh Maya yang memeluknya erat.Namun, suasana hatinya berubah saat matanya bertemu dengan Darren yang

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Cinta itu Ilusi

    Pagi itu . . .Darren duduk di meja kantornya, memandang layar komputer dengan ekspresi dingin yang menjadi ciri khasnya. Fokusnya tidak pernah terpecah. Setiap angka yang diproses, setiap keputusan yang diambil, semua adalah bagian dari rencana besar yang telah ia susun bertahun-tahun dengan penuh perhitungan."Permisi Pak Darren, dokumen untuk rapat siang nanti sudah siap di meja Anda," ujar sekretarisnya, Lisa, dengan nada sopan namun canggung."Baik. Pastikan semua laporan sudah diperiksa ulang."" Saya tidak mau ada kesalahan," jawab Darren tanpa mengangkat pandangannya dari layar.Darren selalu seperti itu, tepat, tegas, dan tak kenal kompromi. Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam hidupnya, termasuk dalam urusan pribadi. Baginya, hidup adalah tentang kontrol penuh.Ketika layar komputernya menampilkan kalender yang penuh dengan jadwal rapat, sebuah notifikasi pesan dari Papinya muncul di ponselnya:"Kapan kamu akan membawa calon istrimu ke rumah? Jangan menunda-nunda lagi DARRE

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   Menikah. Haruskah?

    Alia duduk di meja kerjanya yang berantakan, pensil di tangan, matanya kosong menatap lembaran kertas putih yang tergeletak di depannya. Komputer di sampingnya menunjukkan layar penuh dengan pekerjaan yang belum selesai. Semua tampak begitu kabur, dan pikirannya tak bisa fokus. Ini sudah hari keempat ia terjebak dalam kebuntuan kreatif, dan ia merasa sangat lelah.Sejak kecil, ia selalu dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan perhatian, namun tidak pernah bebas dari harapan.PERNIKAHAN!!! selalu menjadi topik utama dalam setiap percakapan keluarga, terutama ibu Alia akhir-akhir ini mengingat Alia sudah masuk usia akhir 20an.Ibunya sering kali memberi nasihat tentang betapa pentingnya menikah di usia muda, sementara Alia hanya bisa mendengarkan tanpa banyak berkata."Kamu tahu kan, nak, umurmu sudah semakin matang. 28 tahun loh. Pikirkan masa depan. Tidak baik hidup melajang sampai tua" begitu kata ibu, setiap kali berbicara dengan nada penuh harapan."Iya Bu, nanti kita bicars

  • Istri Kontrak CEO Blasteran Jepang   PROLOG

    C I N T A ? ?Siti Nur Alia, ia tidak pernah benar-benar memahaminya. Baginya, cinta hanyalah DONGENG INDAH yang terlalu sering dibungkus dengan ekspektasi, tuntutan, dan janji-janji palsu. Sejak kecil, ia terbiasa melihat cinta sebagai konsep yang indah di permukaan, tetapi rapuh dan penuh luka ketika diuji oleh realita. Alia tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan. Hidupnya adalah lingkaran tuntutan tanpa jeda, terutama desakan orang tua untuk segera menikah dan membangun keluarga. Namun, bagi Alia, menikah tidak pernah menjadi prioritas, apalagi sebuah impian.“Alia, kamu ini sudah cukup umur. Apa tidak ingin membahagiakan orang tua?”Itulah kalimat yang terus-menerus ia dengar. Setiap kali kata-kata itu muncul, hatinya terasa penuh, tetapi ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sebagai seorang wanita yang independen dan realistis, Alia memilih memusatkan hidupnya pada pekerjaannya. Tempat di mana ia bisa merasa berguna dan diakui tanpa perlu memedulikan perasaan yang rumit sepert

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status