Alva

Alva

Oleh:  Vaness  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
5 Peringkat
15Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Alva Adiwangsa, seorang remaja yang haus akan kasih sayang. Dalam hidupnya hanya ada kesepian dan keheningan. Diam dam keras kepala itu sifat yang dimiliki Alva. Hingga akhirnya, seorang gadis polos dan bawel kembali membuat hidup Alva berwarna kembali. Dia Naisa Permatasari.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Proviciat untuk penulis. Sukses. Salam
2021-09-11 14:13:38
0
user avatar
Erse Clusiee
..................
2021-09-10 14:34:25
0
user avatar
kimmy ara
Pliss Naisa, buat Alva bahagia ya, buat dia bisa merasakan keindahan dunia lagi
2021-09-10 13:41:25
0
user avatar
Mikaya
Semangat Alva. Dunia ini ga hening kok, cuma ramai dengan kepalsuan ... Semangat ya ...
2021-09-09 20:19:29
0
default avatar
Vaness
Ceritanya menarik!
2021-10-18 11:31:29
0
15 Bab

Pertemuan

Pintu dengan kenop usang berkarat itu terbuka dengan keras hingga berbunyi keras mengenai dinding. Muncul seorang cowok tinggi sekitar 180 cm, berjaket hitam kulit dengan topi jaket yang menutupi kepalanya, kedua tangannya di dalam saku.Alva menghempaskan diri ke atas kasur,ia mendapati beberapa lembar uang dan pakaian di sana.Pasti Mang Ujang, pikirnya.Alva menduduki diri di samping kasur,menumpu kedua sikunya ke atas lutut, tangannya menutup sebagian wajahnya.Seharian ini begitu membuatnya lelah,ia harus melepaskan penat.Alv merogoh sesuatu di dalam sakunya, mengeluarkan sebuah bungkus rokok dan mengambil sebatang darinya, ia menyalakan korek lalu membakar ujung rokok tersebut, menghisap dengan kuat hingga dadanya sesak.Satu hal yang harus membuat Alva merokok. Alva harus menenangkan pikirannya dari segala emosi dan hal-hal buruk di kepalanya.                       
Baca selengkapnya

Tanya Jawab

Naisa mengambil tas pinknya dan menuruni tangga dengan tegesa-gesa, lalu memakai jaketnya.Naisa melihat bunda sedang duduk di meja makan dengan memegang kipas kesayangannya.Tak ada ayah di sana, biasanya ayah selalu menemani bunda duduk dan saat Naisa akan bepergian, ayah yang akan menjadi paling pertama yang menginterogasinya.Ayah begitu protective dan garang, segala pergaulan Naisa harus selalu terkontrol. Untung saja Naisa menolak saat ayahnya meminta bodyguard untuk mengawasi Raisa setiap saat."Bun, aku berangkat ya!!" Naisa mencium punggung tangan bunda yang terlihat sedang makan cemilan sambil menonton tv. Bunda mengerutkan dahi."Loh? Tumben sendirian?""Udah terbiasa sendiri ya??""Apaan sih bun, sebentar lagi anak bunda ini bakal..""Bakal apa?? Apa?? Ayo cepet kasi tau, bunda kepo loh." ujar bunda excited."Udah deh ntar aja,bye bun!""Diantar Pak Bobo cla???" kata bunda menyarankan."Gak usah
Baca selengkapnya

Cewek Bawel

Satu jam yang lalu Alva melakukan aktivitasnya seperti biasa, merokok sendirian di depan tangga ditemani sebuah gitar tuanya. la melihat beberapa orang sekitar lima orang yang melangkah terburu buru melewatinya.Awalnya Alva tidak peduli,tapi setelah mengingat kembali bahwa ia pernah melihat wajah-wajah orang itu beberapa kali, Alva segera membuntuti mereka diam-diam.Dan ternyata benar,mereka menghajar habis-habisan sahabatnya,  yang baru pulang membeli rokok dari sebuah warung kecit.Melihat hal itu Alva tidak tinggal diam, Alva menghajar mereka semua hingga bonyok memberi bogem-bogem mentahnya kepada orang orang brengsek adalah kebiasaan Alva  dari kecil, sejak ibubya selingkuh dan saat ayahnya."Al?" panggil Ardana menyadarkan Alva dari pikiran kosongnya.Alva tersadar, dia segera menopang Ardana berjalan dengan mengalungkan tangan Regal di lehernya."Gue udah pernah bilang ke bos bodoh lo, untuk jangan coba-coba ngirim pasukan
Baca selengkapnya

Lari Lari

Sudah lima belas menit mereka berjalan, dan dari tadi Naisa mengoceh terus dengan kecepatan ngomongnya yang berhasil ngalahin Eminem.Alva terpaksa menahan penderitaannya mendengar omongan Naisa yang sama sekali gak jelas itu.Naisa mencari-cari taksi di daerah sini, tapi masih belum muncul. Yaiyalah, disini kan daerah perumahan kecil, banyak pedagang kaki lima, jarang ada taksi yg lewat dan berkeluyuran, apalagi malam."Al,""Gue capek nih,""Al.. Gue capek." rengek Naisa."Trus?" sahut Alva malas."Gendong dong..""Jangan gila lo!" tukas Alva jutek."Ihh kejam banget sih, istirahat aja dulu ya, gue capek,""Terserah." Jawab Alva ketus.Naisa duluan duduk di pinggiran jalan yang kebetulan ada tempat duduk kayu,pas buat dua orang. Sementara Alva hanya berdiri sambil terus diam."Al duduk sini!" Naisa menepuk sisa tempat duduk di sampingnya."Nggak!" kata Alva jutek masih fokus kedepan.
Baca selengkapnya

Teman Rusuh Alva

Bel tanda pang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Namun Alva dan teman-temannya belum juga meninggalkan sekolah. Mereka justru memilih untuk tetap tinggal di dalam kelas. Entah kenapa hari ini mereka melakukan hal itu. Padahal biasanya mereka selalu mendahului pulang.Alva menghela napas, kemudian menyenderkan tubuhnya ke dinding di belakang kelas seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya. Laki-laki itu memakai earphone berwarna hitam. Sepertinya warna hitam adalah warna kesukaan Alva. Karena itulah barang-barang yang dia punya hampir semuanya berwarna hitam.Alva memejamkan matanya, menikmati lagu Let it be milik The Beatles. Lagu itu adalah salah satu lagu favoritnya. Alva tidak tahu bagaimana pandangan orang lain tentang lagu itu. Hanya saja bagi Alva lagu itu sangatlah menenangkan. Setiap kali dia mendengarkan lagu dia merasa bahwa segalanya akan baik-baik saja. Dia merasa bahwa dia akan menemukan jalan keluar untuk setiap masalahnya. Ya, wa
Baca selengkapnya

Kekacauan Alva

Alva memasuki area kampus tanpa niat sedikitpun.  Yap, Alva sekolah SMA tapi juga Kuliah, karena dia diharuskan menjadi CEO di perusahaan papanya.Kini Alva harus menyelesaikan kehidupan perkuliahannya yang membosankan.Segala dosen, diktat, dan Shakespeare seakan berlomba membuatnya mabuk dan ingin muntah, Alva tak pernah suka kuliah,ia melakukannya karena terpaksa.Alvaro melangkah menuju kelasnya."Look...who 's coming?our super hero with his bad style. A worn out 7-shirt, black pants,and of course with disorader hair. How dare you come here super hero?"Terdengar semua orang di kelas tertawa mendengar ocehan memuakkan dari dosen tua berjubah yang sekarang sedang berkacak pinggang menghadangnya sebelum Alva memasuki kelas.Pak tua ini merasa dirinya paling hebat di kampus, Alva tampak santai menggendong sebelah tasnya tanpa bicara."You're late Mr.Antares, lat of thirty minutes. You c
Baca selengkapnya

Papa

Alva meremas rambut ikalnya yang basah karena peluh hingga menetes ke bawah dagunya, bajunya sedikit basah, karena kebetulan baju yang dipakainya berbahan tipis jadi tubuhnya tampak transparan.Setelah kepulangan Bara dan Regal dari rumahnya, Alva hanya menghabiskan waktunya seharian untuk tidur.Alva sangat capek setengah hari ini, mengingat tadi di kampus sudah melakukan aktivitas rutinnya.Merokok, Berkelahi, Dan diusir dari kelas.Pukul 17.31 WIB.Alva mendudukkan diri di tepi ranjang, ekor matanya tidak sengaja menangkap foto keluarga yang ada di atas lemari pakaiannya.Alva merasakan nafaasnya yang ketika itu juga menderu sangat cepat,tangannya mengepal keras seakan sedang meremukkan ribuan kerikil di sana.Alva berdiri dengan tatapan ganas lalu meraih foto itu dan memandangnya lama. Alva membenci pria yang tersenyum dengan wajah tak bersalah.Alva membenci perempuan berkebaya merah yang juga tersenyum sok tulus di sana.
Baca selengkapnya

Pangeran Dingin

"Lo yakin nih, gak mau gue anterin? Rugi loh." Kila mengedipkan mata sipitnya sambil terus menarik ingus di hidungnya.Belakangan ini memang sedang viral yang namanya penyakit pilek, tapi menurut Naisa, Kila tidak sedang pilek. Kila ingusan."Gak. Gue ada urusan, biasalah orang penting,"Naisa menggesek hidungnya dengan telunjuk.Belakangan ini Naisa juga mengidap penyakit aneh dan gaje suka menggaruk hidung."Sebahagia lo aja deh,gak kepo gue dengan urusan gak penting lo," kata Kila lagi."Ya udah diem aja," Naisa mengisap es sanghai cincai jablainya sampai habis, sampai sedotannya juga bisa kehisap kalau aja bisa, lalu bersendawa selama mungkin."Bayarin ya raa..." dan Kila mulai memasang muka sok imutnya yang menurut Naisa malah keliatan mirip muka pocong kelaparan. Kila memutar bola mata malas."Gue muluk. Sekali-sekali kek elu," Naisa menoyor kepala Kila yang bersandar di pundaknya."Dasar pelit!" ujar Kila malas, h
Baca selengkapnya

Rumah Naisa

"Maksud dia itu..." kata Bara melirik Alva yang kini sudah melangkah keluar meninggal kan pembicaraan Bara dengan Naisa yang sama sekali tidaak penting."Ntar lo kena asap rokok kalo lo disini terus," lanjut Bara.Naisa ngerti? Boro-boro."Bodo ah!" kata Naisa yang makin gak ngerti dengan perkataan Bara barusan.Dasar bodoh, Naisa.Naisa melangkan keluar menyusul Alva dengan senyum sok imutnya yang menjijikan--menurut sahabatnya sih.Alva duduk di kaki tangga sedang menikmati rokoknya, kakinya ditekuk sebelah, tanganKanannya yang memegang rokok menumpu disana, sebelah tangannya menahan sandarannya di samping.Naisa langsung duduk di sampingnya dengan santai tanpa peduli asap rokok."Al," panggi Naisa selembut mungkin."Gue temenin ya??""Nggak perlu,""Tapi gue pengen temanin loo, gimana dongg???"Naisa  menduduki diri dengan posisi nyaman.
Baca selengkapnya

Kemarahan Naisa

"Ooh...di Jl.Imam Bonjol. No 5.Blok M. Kenapa? Lo mau---""Nggak!" potong Alva singkat.Alva merasa pernah mendengar alamat itu. tapi kapan?Naisa sampai di daerah kawasan perumahan elitnya, rumahnya masih agak jauh, tapi Alva bilang dia cuma mau antar sampai sini.Setelah 7 menit berjalan Naisa sampai di depan rumahnya. Ada mobil ayah di sana.Astaga! Gawat!Naisa segera berlari masuk. Mereka sudah berkumpul di ruang tamu,ayah yang masihberjas, bunda yang berbaju biasa dengan sanggulan rambut yang cetar dan Ray adiknya sanggulan rambut yang cetar,dan Ray adiknya Raisa yang Sibuk main game di samping ayah."Ck, geser dikit sana!" Naisa berusaha duduk di tengah-tengah Ray dan ayah.Ray memukul pundak Naisa kesal,dibalas toyoran keras dari Naisa di keningnya."Kata Ray, dia liat kamu waktu itu makan di warung kaki lima itu dengan cowok," kata ayah sebaga pembukaan.Naisa menoleh ke Ray yang udah duluan kabur
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status