Share

BAB 2 MINGGU PAGI

"Papa sudah bangun?" tanya Siska saat mendapati suaminya sedang memasak nasi goreng kesukaannya. Aromanya begitu harum hingga wanita itu pun terbangun dari mimpi indahnya.

"Mama pulang jam berapa semalam?" Rudi tidak menjawab pertanyaan istrinya.

Tangannya masih sibuk dengan sutil dan wajan, membolak-balik nasi supaya tidak gosong untuk sarapan dia dan kedua buah hatinya yang juga masih terlelap dalam tidur.

Memang menjadi kebiasaan Rudi, jika pagi tiba dan mendapati Siska masih tertidur pulas maka dia akan mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Dia tidak ingin membangunkan Siska karena yang ada nanti justru keributan. Jadi, Rudi lebih memilih mengerjakan tugas rumah sendiri.

"Jam dua, mau bangunin Papa yang tidur di sofa sebenarnya. Tapi … Mama takut kalau Papa akan terganggu mimpi indah, karena saat itu Mama melihat wajah Papa sedang tersenyum manis," jawab Siska manja.

"Lain kali jangan malam-malam ya, Ma! Nggak baik," pesan Rudi yang membuat nafas Siska memburu.

Dadanya naik turun sedang matanya mendelik melihat suaminya yang masih setia mengaduk nasi goreng buatannya. Siska benar-benar kalap, ingin rasanya memaki suaminya.

Pagi-pagi seharusnya mereka saling bercanda dan tertawa, ini malah moodnya hilang seketika sebab ucapan suaminya yang menyentil sesuatu yang letaknya di balik baju tidur.

"Papa melarang Mama pergi bersama teman-teman arisan?" teriaknya dengan menggebrak meja makan, yang membuat ketakutan anak-anak mereka sehingga menangis.

Rudi memasang wajah teduh, menatap manik istrinya dengan lembut. Tidak ada kemarahan yang terpancar dari sana. Meski sang istri sudah naik ubun-ubun emosinya.

"Nggak, Ma … Papa cuma mau bilang, kalau pergi jangan pulang sampai tengah malam. Bagaimana nanti kalau ada tetangga yang lihat? Malah Mama juga yang repot, iya 'kan?" ucap Rudi kalem.

Berjalan menghampiri istrinya dengan membawa sepiring nasi goreng, di elusnya pucuk rambut Siska dan di kecup hangat.

"Sarapan dulu, nanti terus mandi. Kita pagi ini akan jalan-jalan!" titah Rudi.

"Aku nggak mau," bentak Siska dengan bersedekap dada, emosinya masih di ubun-ubun.

"Aku akan membelikanmu cincin hari ini, masih nggak mau?" bisik Rudi tepat di telinga Siska.

Mata Siska seketika membulat sempurna, berbinar dan langsung memeluk Rudi erat. Di ciumi pipi suaminya itu bertubi-tubi, hingga Rudi merasakan jika ada yang berdesir hebat di dalam dada.

Dibopongnya tubuh mungil istrinya itu menuju kamar istimewa mereka. Tanpa menutup pintu kamar, mereka menumpahkan hasrat yang tertunda semalam.

"Pa, sarapan buatku mana?" teriak si sulung.

Seketika ritual yang akan berlangsung berhenti. Tawa mengembang menghiasi pasangan tersebut.

"Yuk kita sarapan bersama lalu nanti pergi jalan-jalan!" ajak Rudi dengan mencubit pelan hidung mancung milik istrinya itu.

Siska masih bergelayut manja di lengan Rudi, membuatnya memberikan kecupan kecil di kening.

"Mama, hari ini kata Papa kita akan jalan-jalan, benar tidak?" tanya si sulung Indri saat melihat kedua orang tuanya melangkah menuju meja makan.

"Benar sayang … yuk sarapan, terus nanti mandi!" ucap Siska dengan membelai lembut punggung putrinya itu.

"Asyik, nanti aku mau beli mainan lagi ah, boleh ya, Pa?" Mata si bungsu Toni berbinar-binar mendengar kalau mereka hendak pergi keluar pagi ini.

Suasana yang sangat dirindukan Rudi, mendengar celotehan kedua anaknya. Melihat binar indah netra sang istri serta canda tawa seisi rumah yang meramaikan istana kecil miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status