Share

BAB 8 USAHA BARU

"Tidak apa, kamu bisa mencari pekerjaan lain kok, Rin. Rezeki, jodoh dan maut sudah ditentukan sama yang diatas," hibur Bu Rukmini ketika Rini menceritakan semua yang terjadi saat di rumah Kakaknya.

Rini memang sedikit luruh hatinya, cita-citanya ingin bekerja di kantor telah kandas. Bagaimana mungkin lagi dia bisa mencari pekerjaan dengan hanya seorang tamatan SMA?

Bu Rukmini yang melihat kesedihan di raut wajah putrinya itu turut sedih, namun, ditutupi nya dengan berbagai nasehat supaya terlihat tegar.

"Bagaimana kalau kita jualan bakso saja? Kita bisa memulainya dari rumah, karena untuk memyewa kios itu perlu modal banyak. Sedang, uang bapak belum cukup, setuju?" Ide Bapak membuat Rini sedikit terhenyak.

Di saat dirinya sedang dalam hati yang tidak karuan, orang tuanya justru menyemangati dengan sepenuh hati. Meski raga mereka tidaklah sekuat dulu, namun, semangatnya membuat Rini menitikkan buliran bening.

"Ibu 'kan dulu jualan bakso, tetapi karena belum rejekinya makanya berhenti. Iya, 'kan, Bu?" Pak Rosadi mengerlingkan sebelah matanya kepada sang istri agar mengiyakan usulnya.

Memang saat anak-anak Pak Rosadi masih sekolah, kedua orang tua itu berjualan bakso di pinggir jalan. Terkadang Rudi pun ikut membantu jika sekolah telah usai.

Jualannya lumayan laris karena masakan Bu Rukmini memang terkenal enak. Disamping itu mereka juga sangat ramah, sehingga siapapun yang membeli akan merasa bahagia.

Di sekanya air mata yang sudah menganak sungai itu dengan lembut oleh Bu Rukmini. Sebenarnya hatinya pun terluka, namun apa mau di kata kalau Rudi sudah menuruti kemauan sang istri?

"Kerja di kantor dengan kita usaha sendiri lebih enak kita usaha sendiri, Rin. Andai kita mau libur karena capek bisa sepuasnya tanpa harus ketakutan nanti di marahin sama bos kita, betul 'kan, Bu?"

"Nanti kita bisa bekerja sama supaya cepat maju dan semoga sukses. Lalu … kita semua naik haji bareng, iya 'kan?" hibur Pak Rosadi dengan menoel dagu anak gadisnya tersebut.

Senyum kembali merekah di bibir Rini, kedua orang tuanya pun turut tersenyum.

"Kita mulai kapan, Pak?" Rini bertanya setelah mengganti pakaiannya.

Duduk dengan menaruh harap terhadap Bapaknya supaya dia benar-benar bisa melupakan sakit hatinya saat ini. Reni yakin bisa bahagia tanpa harus bekerja di kantoran seperti mimpinya saat masih sekolah SMA dulu.

Berpakaian rapi dengan setiap hari bertemu kawan-kawan kerjanya, mendapatkan gaji setiap bulan. Serta bisa merenovasi rumahnya supaya lebih baik.

Ah, mimpi yang sia-sia, batin Rini.

"Besok sudah bisa memulainya," jawab Pak Rosadi mantap.

"Yakin, Pak?" Bu Rukmini bertanya dengan hati berdebar, takut jikalau akan menyakiti hati sang suami.

"Kenapa tidak? Bapak sudah tidak bekerja lagi di sawah, Bu. Ibu juga kebanyakan melamun di rumah, hehehe …."

"Bismillah, kita niatkan. Sekarang kita siap-siap untuk semua yang akan kita perlukan!" ujar Pak Rosadi membara.

Bertiga mereka saling bahu-membahu menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Reni yang melihat semangat kedua orang tuanya, sekali lagi menitikkan buliran bening di pipi mulusnya.

"Sebenarnya … bapak sudah merencanakan ini sedari awal sebelum kamu mau melamar kerja di kantor, Rin. Bapak ingin mengulang kembali kesuksesan yang telah meningkatkan hidup kita waktu itu. Namun, Bapak masih takut jika Ibu menolaknya," cerita Pak Rosadi dengan wajah lesu.

"Bapak … kita akan bekerja sama bareng-bareng, ya, Bu," ucap Rini memeluk kedua orang tuanya itu.

☀️☀️

"Lho, Rin. Kok, belanja banyak, mau apa?" tanya Yu Sri saat melihat Rini berbelanja di pasar dengan banyaknya.

"Mau jualan bakso, Yu, nanti beli, ya!"

"Kamu itu kok jualan sih, Rin. Kakak kamu saja kuliah dan bekerja di kantoran. Apa istrinya itu jahat, ya, kok nggak pernah main ke rumah kamu?" tanya Yu Sri lagi yang membuat Rini terdiam.

Sudah menjadi rahasia umum jika Siska jarang sekali terlihat menemani Rudi berkunjung ke rumah Pak Rosadi. Meski hanya sebulan sekali itupun tidak menentu. Tetangga kiri kanan yang hanya berjarak dua meter pun mendengar kasak kusuk yang terjadi.

Jika Siska memang enggan menjenguk sang mertua meski dia tahu kalau dari kedua orang tua yang renta itulah, Rudi bisa menjelma menjadi lelaki yang gagah serta rupawan itu terjadi.

"Belum rezeki, Yu, permisi," Rini tidak mau memperpanjang berita yang tersebar begitu saja.

Lebih baik diam dan berpura-pura tidak tahu saja biar jauh lebih baik dari yang sekarang. Memang, jauh di lubuk hati Rini juga tahu akan tabiat sang kakak ipar. Namun, Rini memilih tidak mau tahu agar orang tuanya tidak sakit hati jikalau mendengarnya.

"Lha, kamu mau jualan dimana?" teriak Yu Sri karena Rini sudah berjalan jauh darinya.

"Di rumah saja dulu, online, Yu. Nanti beli, ya," ujar Rini.

❤️❤️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status