I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...

I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...

Oleh:  Jnxdoe  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
20Bab
45Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah ditinggalkan begitu saja oleh pria yang telah ditemaninya dari nol, Ema berusaha bangkit dan menata hidupnya lagi. Ia mencoba meninggalkan masa lalunya jauh di belakang sana.       Dalam masa pemulihannya, muncul lelaki lain yang hadir dalam hidupnya. Bos-nya sendiri, yang sudah ia kenal 3 tahun lamanya. Tidak pernah terbersit di benak Ema, kalau ia akan jatuh cinta pada pria itu. Sayangnya, ia menghadapi dilema yang sama seperti masa lalunya. Ia mencintai orang yang salah dan Ema tahu, lelaki itu akan meninggalkannya juga pada akhirnya. Apa yang akan dilakukan Ema? Beranikah ia mengambil resiko patah hati lagi, atau justru memilih pergi dan meninggalkan pria itu duluan?

Lihat lebih banyak
I Love You, Pak! Tapi Aku Takut... Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
20 Bab

Chapter 1 - Pertemuan dengannya

Suara langkah lalu-lalang dan riuh rendah dari banyak pengunjung di kafe tampak tidak mempengaruhi dua manusia yang sedang duduk saling berhadapan. Pandangan mereka tertunduk ke arah cangkir di atas meja, sampai salah satu di antaranya akhirnya memecah kesunyian itu."Bagaimana kabarmu?" Pertanyaan itu dilontarkan ragu-ragu, tapi penuh rasa ingin tahu.Mendongak, wanita yang tadinya tertunduk itu mengerjapkan matanya yang bulat dan tersenyum lembut. Perlahan, ia menyenderkan punggungnya ke kursi di belakangnya. Kedua tangan di pangkuannya."Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya. Kamu sendiri, gimana kabarnya?"Pria tampan itu sejenak terdiam, tapi kemudian senyuman mulai muncul di bibirnya."Aku juga baik-baik saja."Keduanya berpandangan dan saling memberikan senyuman, seperti teman lama. Wanita bernama Ema itu mengambil kopinya dan hampir menyesapnya saat terdengar lagi suara si pria."Kamu sudah nikah?"Ada jeda sesaat ketika Ema menatap pria di depannya. Ia kemudian mem
Baca selengkapnya

Chapter 2 - Seorang Gentleman

"Ema? Tumben ketemu di sini."Mata Ema mengerjap mendengar panggilan akrab itu. Wanita itu berusaha menampilkan senyuman simpul profesional, untuk menutupi perasaan panas yang mulai muncul di d*danya.Kenapa dari sekian banyak orang, harus ketemu orang ini lagi sih? Tadi Adit, sekarang orang ini?"Hem. Iya, pak."Enggan memperpanjang, Ema mengalihkan perhatian kembali ke layar. Hatinya masih kesal saat mengingat kejadian menjengkelkan siang tadi ketika meeting kuartal dengan pria ini. Bahu wanita itu sedikit naik saat ia menarik nafas dalam-dalam, dan mulai menyuapkan popcorn-nya.Selama beberapa saat, konsentrasi wanita itu terpusat penuh pada layar bioskop. Fokusnya terganggu saat merasakan pria di sampingnya mulai bergerak-gerak gelisah dan makin memepet ke arahnya.Jengkel, kepala Ema menoleh dan ia berbisik rendah, "Kenapa sih, pak?"Wanita itu sedikit terkejut saat Ilyas mendekatkan wajah ke arahnya. Ema dapat merasakan hembusan udara hangat dan berbau mint saat pria itu balas
Baca selengkapnya

Chapter 3 - Berhadapan dengan Masa Lalu

= Menara TJ Corp. Kota J. Hari Senin =Kejadian minggu kemarin seolah mimpi bagi Ema, saat ia menghadapi kenyataannya di awal minggu."Selamat pagi, An."Tubuh Ema menegak kaku. Wajahnya kaku. Ekspresinya kaku, tapi tampak senyuman profesional di bibirnya. Salah satu tangannya terulur ke depan dan ia menjabat tegas tangan pria itu."Selamat pagi, pak Aditya. Selamat bergabung dengan keluarga TJ Corp."Sapaan formal tapi sangat ramah itu tampak membuat Adit sedikit terkejut, dan ia tersenyum canggung."Ya. Ya. Terima kasih juga telah membantu proses rekrutmen saya hingga lancar semuanya."Melepas genggamannya, kepala Ema sedikit meneleng dan ia kembali tersenyum simpul."Saya hanya menjalankan instruksi dari manajemen."Sebelum Adit dapat menjawab, tatapan Ema terarah pada bawahannya yang berada di samping pria itu."Sudah dikenalkan ke departemen lainnya, Ayu? Ke para direksi barangkali?""Iya bu. Saya baru mau mengajak pak Adit keliling sekarang. Pak Ilyas juga sepertinya baru datang
Baca selengkapnya

Chapter 4 - Magnet

"Aditya? Ada keperluan apa di lantai ini?"Pria yang menjabat sebagai Direktur Operasional itu memandang bertanya pada Adit yang terlihat gugup."Se- Selamat siang pak Ilyas. Sa- Saya... Kebetulan kami bertemu di lift pak."Bola mata Ilyas bergantian menatap Ema dan Adit. Salah satu jarinya menunjuk kedua orang di depannya."Kalian berdua saling mengenal?"Tersenyum kikuk, Adit keluar dari lift dan menatap Ema yang mengikuti di sampingnya."Eh, ya. Kebetulan saya sudah mengenal Andie cukup lama pak. Tapi sudah lama kami tidak bertemu."Alis Ilyas yang tebal terangkat tinggi dan pria itu meletakkan satu tangan di dagunya. "Oh?"Senyuman Ema terasa kaku di bibirnya. "Kami saling mengenal saat jaman kuliah dulu pak Ilyas."Memasukkan kembali kedua tangannya ke saku celana, kepala Ilyas mengangguk kecil. Ia kembali menatap Adit masih sambil tersenyum simpul."Kalau begitu, semoga Andromeda bisa membantumu cepat adaptasi di perusahaan ini, Aditya."Senyuman Adit tampak gembira. "Ya, pak Il
Baca selengkapnya

Chapter 5 - Luka yang Tak Berdarah

Pemandangan mengejutkan itu membuat Ema refleks berdiri dari duduknya. Tampak si wanita yang baru datang itu masih bergelayutan di leher Ilyas. Pria itu menghindar saat wanita itu berusaha mencium bibirnya dengan menjauhkan tubuh mereka sepanjang lengannya."Stop, Di!"Wajah Ilyas terlihat sedikit merah dan ekspresinya jengkel. Pria itu mengusap pipinya kasar dan semakin kesal saat menemukan jejak lipstik di sana. Ia baru saja akan ke mejanya saat sadar masih ada Ema di sana. Mata mereka terkunci beberapa saat."Sebaiknya mungkin saya pergi sekarang pak."Menarik tisu dari mejanya, pria itu mengangguk sambil menyeka pipinya. Bibirnya tersenyum kecil."Saya akan memanggilmu lagi. Pembicaraan kita tadi belum selesai."Berusaha bersikap profesional, Ema mengangguk. Dan setelah tersenyum singkat pada wanita baru itu, ia pun langsung keluar dari ruangan Ilyas.Saat menekan tombol lift, kepala Ema menoleh ke ruangan Ilyas yang tertutup. Kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan, tapi akhirny
Baca selengkapnya

Chapter 6 - Luka yang Berdarah

Tampak kedua pasang mata menatap kepergian mobil sedan di depan mereka. Selama beberapa detik, tidak ada yang bicara sampai terdengar suara serak Ilyas memecah kesunyian di basement itu. "Kamu yakin sudah tidak apa-apa?" "Ya pak. Saya sudah tidak apa-apa." Rahang Ilyas mengeras, menatap wanita di depannya yang masih menunduk. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana panjangnya. Terdengar hembusan nafas yang keras dari cuping hidung pria itu. "Kenapa ya, kok rasanya aku tidak percaya ceritamu tadi? Kamu yakin tadi hanya ketakutan karena salah mengira Adit penjahat? Kamu tidak bohong?" Mata Ema mengedip cepat tapi tetap menunduk. Ia akan sulit bersilat lidah kalau menatap langsung lelaki di depannya, yang seperti sedang menginterogasinya. "Saya tidak bohong pak. Tadi saya akan ke mobil saat mendengar suara langkah orang. Saya panik. Itu saja." "Kamu yakin?"
Baca selengkapnya

Chapter 7 - Alasan & Kesimpulan

Dalam ruangan Herman, tampak Ilyas duduk nyaman di kursi di depan rekan kerjanya itu. Dengan santai, pria itu melemparkan sebuah map berisi beberapa berkas ke atas meja."Apa ini?""Kau lihat saja sendiri."Kening Herman berkerut saat ia menelusuri cepat berkas di tangannya. Setelahnya, ia menatap Ilyas."P*lecehan? Salah satu karyawan kita?"Kepala Ilyas meneleng dan ia menyangga dagunya dengan satu tangan. Tatapannya mengarah ke arah lain."Anak baru join kemarin. Aditya Prabukusuma. Kau pasti mengenal yang satunya. Andromeda. Bawahanmu."Tampak Herman sulit menelan. Ia kembali menatap berkas di tangannya."Kau yakin? Sepertinya, wajahnya tidak mirip Aditya."Mata Ilyas menatap tajam Herman. "Aku saksinya."Dua rekan kerja itu bertatapan sebentar, sampai Herman menghela nafasnya berat. Pria itu menutup berkas."Ilyas. Masalah Aditya ini-""Dia punya backing siapa? Kenapa kau
Baca selengkapnya

Chapter 8 - Suka atau Tidak Suka?

= Kantor TJ Corp. Di salah satu ruangan meeting. Hari Jumat =Pertemuan itu sudah berlangsung selama 20 menit, tapi pikiran Ilyas melayang ke mana-mana.Pria itu menatap lelaki di depannya yang sedang mempresentasikan rencana kerjanya 2 tahun ke dapan. Beberapa orang menunjukkan tampang puas dan menganggukkan kepala. Tanya jawab pun berlangsung lancar dan tidak ada kendala, sampai tatapan Adit berserobok dengan matanya sendiri."Pak Ilyas. Untuk menunjang kelancaran rencana kerja ini, dukungan dari tim Anda sangat kami perlukan. Dengan adanya aplikasi mobile yang lebih representatif, tentunya user akan mendapatkan experience yang berbeda. Mereka bisa langsung melakukan pembelian aset investasi tanpa harus mengunduh aplikasi lain. Dalam satu aplikasi, semua kebutuhan mereka sudah terpenuhi dengan sempurna."Perkataan itu belum direspon Ilyas. Pria itu malah menatap Adit lebih intens dan tanpa sadar, tangannya mengepal kencang di atas meja sampai bu
Baca selengkapnya

Chapter 9 - Aku Butuh Bantuanmu

= Bioskop A. Jam 07.00 malam =Kaki bersepatu pantofel itu mengetuk-ngetuk lantai tidak sabar. Beberapa kali pria itu menatap ke pintu kaca yang terdengar membuka, dan harus merasa kecewa setiap kalinya.Menatap ke arah jam tangannya, Ilyas mend*sah pelan. Sepertinya tiket ini harus dia buang.Kepalanya masih menunduk saat matanya menangkap sepasang sepatu kets yang berhenti di depannya. Pria itu menengadahkan kepalanya dengan gembira."Ema. Kamu datang?"Raut pria itu yang ceria membuat Ema tertegun sebentar. Wanita itu akhirnya mengangguk."Saya sudah janji akan datang."Pria itu berdiri. Tubuhnya yang tinggi menjulang di depan Ema yang hanya sebatas dagunya."Kamu tidak bawa mobil, kan?"Kening wanita itu sedikit berkerut, tapi ia lagi-lagi mengangguk."Ya. Kebetulan mobil saya di bengkel. Saya pakai taksi ke sini."Salah satu tangan Ilyas terangkat dan menunjukkan dua lembar tiket
Baca selengkapnya

Chapter 10 - Pertengkaran Pertama

= Beberapa hari kemudian. Kantor TJ Corp. Ruangan Ilyas. Sore hari ="Ini sudah beberapa hari, Em. Kamu sudah ambil keputusan?"Wanita yang duduk di sofa itu perlahan menggeleng. Kepalanya menunduk, tidak berani menatap pria yang duduk di sebelahnya."Maaf, pak. Tapi sepertinya saya tidak bisa membantu.""Kalau ini masalah kompensasi...""Ini tidak ada hubungannya pak. Saya hanya tidak bisa memenuhi permintaan bapak kemarin."Selama beberapa menit tidak ada yang bicara. Ruangan kerja itu hening sekali.Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ema hampir berdiri saat tangannya ditarik kembali."Tunggu dulu, Em. Tunggu sebentar."Ema ingin menarik tangannya tapi ditahan Ilyas yang sedikit mencengkeramnya. Tampang pria itu gusar."Pak...""Tunggu sebentar, Em! Tunggu. Biarkan aku berfikir."Nada Ilyas yang sedikit tajam membuat Ema terdiam. Pria itu terlihat berfik
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status