"Menikahlah denganku Amber, maka akan aku lunasi hutang-hutang keluargamu." "Tapi kamu seorang gay, mana mungkin kamu menikah denganku... " Dave dikenal dengan julukan pria gay setelah perceraiannya dengan Bella. Namun kehadiran Amber telah mencairkan gunung es yang sudah lama bercokol di hatinya yang membuatnya malas untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Namun bukan hal mudah bagi Amber untuk mendapatkan cinta Dave yang memiliki trauma pernikahan. Perlu waktu dan perjuangan sampai akhirnya Dave menyadari kalau tidak semua wanita seperti Bella. Lalu apa jadinya jika cinta telah tumbuh antara Dave dan Amber dan Bella hadir kembali dan ingin kembali pada Dave?
Lihat lebih banyakBella menatap tajam ke arah Amber yang tampak ceria berbelanja di toko seberang jalan. Rasa cemburu dan kesal menguasai pikirannya. Ia tak mampu menerima kenyataan bahwa hubungan Dave dan Amber semakin erat.Bella lantas menyeruput kopinya perlahan, seakan mencari cara untuk menenangkan diri."Apa yang kau pikirkan, Bella?" tanya Eva, temannya yang duduk di seberang meja.Wanita berkulit sedikit gelap dari Bella itu menatap ke arah Bella. Dia meletakkan cangkir tehnya dan ikut melirik ke arah tempat yang menjadi fokus Bella dari tadi. Kini Eva tahu kalau Bella sedang memperhatikan Amber."Bukankah itu Amber?" Eva mengerutkan alisnya."Iya benar, dia Amber istri baru Dave," jawab Bella dengan raut wajah murung."Dave sudah menikah dengannya? Kapan?" Eva terlihat kaget."Aku juga tidak tahu kapan tepatnya mereka menikah.""Jangan-jangan mereka bohong padamu Bella.""Tidak. Mereka mempunyai surat nikah yang sah. Ah, pokoknya aku benci dengan wanita itu." Bella mengepalkan tangannya denga
"Apa kau benar-benar akan menikahi Bella lagi?" tanya Amber setelah mereka menyelesaikan sesi percintaan mereka malam itu.Dave mengalihkan pandangannya pada wajah Amber yang tersipu malu."Amber, apa kau mencintaiku?" tanya Dave mengalihkan pertanyaan Amber saat itu.Amber terdiam. Dave mengangkat dagunya hingga tatapan mereka berdua bertemu."Katakan Amber, bagaimana perasaanmu padaku agar aku bisa menentukan keputusanku." Dave menatap dalam manik coklat terang milik Amber."Dave aku—" Amber terpaku. Sejujurnya benih cinta itu telah tumbuh subur saat merenggut kesuciannya malam itu. Amber baru menyadari kalau hatinya telah menerima Dave sepenuhnya."Katakan Amber, bagaimana perasanmu yang sesungguhnya padaku?" Dave tidak sabar menunggu jawaban dari Amber."Sejujurnya aku tidak rela jika kau kembali pada Bella. Tetapi semua keputusan ada padamu Dave, aku tidak akan menghalangi karena aku sadar posisiku sebagai apa di hatimu Dave." Amber kembali tertunduk."Dasar bodoh, aku pikir kau
Dave merasakan tubuhnya yang memanas. Bahkan bajunya terasa sudah basah oleh keringat. Wajah lelaki itu tampak gelisah. Beberapa kali ia mengusap wajah kasar. Ia yakin kalau Bella telah memasukkan sesuatu ke dalam minumannya tadi. "Kurang ajar, apa yang wanita sialan itu masukkan ke dalam minumanku barusan?" kesal Dave. Ia berjalan terhuyung berpegangan pada dinding yang dingin. Ia harus segera sampai ke kamarnya dan menemui Amber. Gairah di dalam dirinya tiba-tiba tersulut dan terbakar akibat pengaruh obat yang di berikan oleh Bella. "AAAARRRGGGHHH... sialan!" Lagi-lagi Dave mengumpat, ia tidak tahan lagi. Ia butuh kehangatan seorang wanita. Yang pasti ia tidak sudi jika Bella yang menemaninya malam ini. Tapi bukankah Amber saat ini sedang marah padanya? Dave tak bisa lagi berpikir jernih. Ia mempercepat langkahnya menuju kamar dan mendapati Amber telah tertidur lelap. "Dave?!" Amber seketika terbangun saat Dave memeluk tubuhnya. Ia mengerutkan dahinya ketika melihat wa
"Aku akan mengadakan pesta," ucap Bella sore itu. "Pesta untuk apa?" Dave menanggapi dingin. "Besok adalah hari ulang tahun Steven yang kedua. Aku ingin merayakannya. Bukankah ini adalah momen yang bagus?" tanya Bella tersenyum. Dave terdiam. Dia baru tahu kalau besok adalah hari ulang tahun Steven. Banyak yang belum ia ketahui tentang anaknya sendiri. "Oh my God Dave, kau harus mengenal anakmu lebih dalam." Bella berdecak. Ia melipat tangan di depan dadanya dengan tatapan tertuju pada Dave. "Lakukan saja apa yang kau mau." Dave menghela napasnya. Ia tidak begitu peduli dengan apa yang ingin dilakukan oleh Bella. "Aku ingin kau mengundang semua kolegamu sekalian kau umumkan rencana pernikahan kita kembali." Bella menatap Dave dengan tajam. Dave tersentak. Ia menaruh gelas berisi minumannya kembali ke atas meja. Raut wajahnya berubah tegang dengan kedua rahang yang mengeras. "Aku tidak mau." Dave menggeleng tegas. "Kenapa? Apa ada yang salah? Kau akan menikahiku kan?
"Siapa yang bilang kalau aku akan menikahimu?" Dave membelalak. "Tapi Dave, Steven butuh kita, butuh aku dan kau sebagai ayah dan ibunya. Tolong kau pertimbangkan psikologis Steven. Jangan egois Dave." Bella mencoba membujuk Dave. "Kau yang egois Bella, ini tidak akan terjadi kalau kau tidak pergi meninggalkan aku!" Dave berdiri dan menatap Bella dengan terlihat sangat kesal. Bella terdiam. Kalau tahu ia hamil anaknya Dave, ia pun tidak akan pergi meninggalkan pria itu. "Maafkan aku Dave... tapi yang lalu biarlah berlalu, lupakan saja, sekarang saatnya kita pikirkan Stevan. Dia butuh kita Dave... " "Lupakan? Semudah itu kau menyuruhku melupakan semuanya? Apa kau sudah gila? Kau pikir memaafkan perbuatanmu itu semudah membalikkan telapak tangan? Tidak semudah itu Bella!" Dave mendengkus kesal. Bella menelan salivanya. Ia tidak menyangka kalau Dave akan semarah itu padanya padahal selama ini Dave selalu bersikap lembut padanya. "Dave aku sudah aku minta maaf. Tapi terl
"Perempuan jalang, sebaiknya kau tinggalkan Dave sebelum aku tendang kau dari rumah ini." Tiba-tiba Bella berkata seperti itu saat Amber keluar dari kamarnya. Amber mengerutkan keningnya. Ia membalas tatapan nyalang dengan berani. "Apa hakmu berkata seperti itu padaku. Bukankah sebaiknya kau yang pergi dari rumah ini?" Amber tersenyum tipis. "Jangan terlalu percaya diri Amber. Dave tidak benar-benar mencintaimu. Akulah wanita yang sejak dulu Dave cintai," ujar Bella begitu percaya diri. Amber mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang hampir meledak. Namun ia tahu melawan Bella tidak akan berguna sama sekali. "Dave yang mengundangku ke sini. Dan hanya dia yang bisa mengusirku dari rumah ini, " tegas Amber dengan wajah ketus. Dia berjalan menuruni anak tangga menuju meja makan untuk makan siang. Alfred sudah memberitahu kalau makan siang sudah siap tadi. "Siapa yang mengizinkanmu untuk makan siang di sini, hah?" Bella ingin merengkuh baju yang dikenakan oleh Amber te
"Amber!" Dave mencoba memanggil Amber yang keluar dengan tergesa-gesa dari ruangan kerjanya saat itu. Ia ingin bangun tetapi Bella menekan bahunya dan kembali mencium bibirnya dengan buas. Sementara itu Amber masuk ke dalam kamarnya dengan wajah sedih. Ia berdiri di depan jendela kamar dan memegangi dadanya yang terasa sangat sesak. Seperti ada batu besar yang menimpanya. "Kenapa rasanya sakit sekali?" Amber memejamkan matanya sembari sesekali memukul pelan dadanya, berharap rasa sesak itu berkurang. Terbayang kembali adegan dimana Bella mencium Dave dengan begitu bergairah tadi. Rasanya ada ketidak relaan dalam dirinya. Ia tidak mau Dave melakukan hal seperti itu dengan perempuan lain. Amber terisak. Ia tersiksa dengan perasaannya sendiri. Ia cemburu pada Dave dan Bella. Ia juga tidak tahu sejak kapan ia mulai memiliki perasaan ini terhadap Dave. "Mungkin benar Dave dan Bella mau kembali bersatu. Sadar Amber kau hanyalah orang baru dalam hidup Dave. Sementara Bella, dia sudah
"Lihat, dia sangat mirip denganmu Dave... " ujar Bella dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Dave menatap anak kecil di pelukannya dengan ekspresi sulit ditebak. Stevan, dengan abu tajam dan rambut gelapnya, mengingatkan Dave pada dirinya sendiri di masa kecil. Anak itu tertawa kecil, jemarinya yang mungil menyentuh wajah Dave dengan polosnya. Amber yang duduk di seberang meja menggigit bibirnya. Dadanya terasa sesak melihat bagaimana Dave tampak terpikat oleh anak itu. Bella tersenyum puas. “Dia menyukaimu, Dave,” katanya dengan nada lembut. “Sepertinya dia tahu kalau kau adalah ayah kandungnya." Dave mengalihkan pandangannya pada Bella, suaranya lebih tenang dari yang dia rasakan. "Apa Stevan benar-benar anakku?" Bella menatap Dave dalam-dalam sebelum tersenyum samar. “Kenapa kau bertanya, Dave? Apa kau tidak percaya padaku?" Amber merasakan jantungnya mencelos. Tatapan Bella begitu licik, penuh dengan kesengajaan. Dave menatap Stevan lagi, lalu menarik napas
Bella baru saja keluar dari dalam kamarnya. Hari sudah beranjak siang saat itu. Kebetulan sekarang adalah weekend dan mungkin Dave masih tertidur di dalam kamarnya. Bella pun melangkahkan kakinya ke arah kamar Dave. Ia rindu sekali dengan pria itu. Kriet! Pintu kamar dibuka perlahan. Kepala Bella melongok ke dalam kamar. Sesaat ia melihat situasi di dalam sana. Tampak Dave masih tertidur lelap dengan menampakkan dadanya yang telanjang. Bibir Bella tersenyum melihatnya. Ia sudah lama tidak menyentuh dada bidang Dave dan mungkin akan sangat mengasyikkan jika ia melakukannya saat ini. Tidak ada Amber di sana. Mungkin perempuan itu sudah bangun lebih dulu. "Ini kesempatanku." Bella menyeringai tipis. Bella pun melangkah dengan perlahan menuju tempat tidur. Lalu ia berbaring di samping Dave dengan gerakan yang pelan agar tidak membangunkan pria itu. Bella merasa senang karena ia bisa tidur lagi di dekat pria itu. Ia menatap wajah Dave yang sekarang terlihat lebih tampan dan ma
"Pertunangan kita batal Amber, aku tidak sudi menikah dengan wanita miskin sepertimu," ucap Jeff dengan menyakitkan. Pria tampan di depan Amber itu nyaris tanpa beban saat mengatakan hal itu. Wajahnya terlihat datar dan tak peduli pada Amber yang kini mendapat tatapan penuh cemooh dari orang-orang yang ada di pesta ulang tahun Jeff saat itu. "Tapi Jeff..." Amber berusaha menahan jatuhnya air mata yang sudah bergelayut di pelupuk matanya. "Tidak ada kata tapi, Amber. Keputusanku sudah aku pikirkan baik-baik dan keluargaku juga sudah setuju. Memangnya hal baik apa yang bisa kamu banggakan di depanku sekarang? Perusahaan keluargamu bangkrut dan kamu sudah tidak punya apa-apa lagi. Apa berniat memanfaatkanku untuk membayar semua hutang-hutang ayahmu, hah?" Jeff menatap kesal ke arah Amber. Amber menggigit bibirnya. Jeff sudah keterlaluan. Keluarganya memang terlilit hutang tapi ia tidak pernah berpikir untuk memanfaatkan Jeff sama sekali. "Satu juta poundsterling itu jumlah yang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen