Home / Romansa / Hasrat Liar Hot Duda / Pria Menyebalkan

Share

Pria Menyebalkan

Author: Rein Azahra
last update Last Updated: 2025-01-24 13:20:16

"Nona, cepatlah, jangan sampai Tuan Dave menunggu terlalu lama." Seorang lelaki yang menjemput Amber melayangkan tatapan dinginnya pada gadis yang masih memeluk tubuh ibunya itu.

"Amber pergi dulu ya Bu, secepatnya akan Amber kasih kabar ke Ibu." Amber dengan terpaksa mengurai pelukannya dan menatap sendu wajah ibunya yang menyimpan kesedihan.

"Selalu berhati-hati ya Nak. Semoga Tuhan melindungi dimanapun kamu berada." Sepasang tangan keriput itu membingkai wajah kecil Amber yang berurai air mata.

Tak ada lagi kata yang keluar dari mulut Amber. Ia hanya bisa melambaikan tangannya ke arah ibunya yang masih bediri di teras rumah untuk menyaksikan mobil mewah itu membawanya pergi.

Mobil yang membawa Amber tiba di sebuah rumah mewah bergaya Eropa yang semalam ia datangi. Ia memutuskan untuk menerima tawaran Dave untuk menjadi pelayan sekaligus kekasih gelapnya.

"Silakan masuk Nona." Seorang pelayan menyambut kedatangannya.

Dengan langkah sedikit ragu, Amber melangkahkan kaki menuju ruang tamu rumah megah itu. Amber menyapu pandangannya menelisik setiap sudut tempat yang ada di ruangan itu.

Di rumah itu tadi malam sangatlah sepi, tapi siang hari seperti ini ternyata pelayan di rumah Dave sangatlah banyak.

Tap tap tap.

Suara ketukan sepatu menghentak lantai terdengar. Sontak Amber mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara. Terlihat seorang lelaki bertubuh tegap turun dari lantai dua rumah besar itu. Tingginya sekitar 185cm, dengan memakai setelan mahal. Wajahnya sangat tampan dengan sentuhan dingin yang memikat.

Tubuhnya sungguh ideal melebihi model yang sering wara wiri di atas catwalk. Hidung mancung dengan rahang tegas serta iris abu-abu yang menawan. Secara keseluruhan, pria itu akan mampu memikat siapa pun perempuan di dunia ini.

"Selamat datang Amber." Iris abu-abu itu menatap tajam ke arah gadis berusia dua puluh tiga tahun itu.

Dengan sedikit ketakutan Amber menganggukkan kepalanya.

"Alfred, bawa Nona Amber ke kamarnya." Perintah Dave pada kepala pelayan di rumah itu.

Alfred segera mengajak Amber ke lantai dua rumah megah itu.

"Ini adalah kamar anda Nona." Alfred memberitahu Amber perihal kamarnya.

Amber memperhatikan kamar yang didominasi oleh warna putih. Kamar ini cukup besar hampir sama dengan kamarnya yang dulu sebelum rumahnya di lelang untuk membayar hutang ayahnya.

"Nona saya tinggal dulu. Jika ada apa-apa silakan panggil saya atau panggil pelayan yang lain." Alfred pamit dari hadapan Amber.

Amber merebahkan badannya di atas kasur empuk. Ia masih bertanya-tanya apa saja tugasnya di rumah ini. Apa ia harus melayani Dave seperti seorang asisten pribadi?

Saat Amber hampir terlelap Dave tiba-tiba muncul dan langsung membangunkan gadis itu dari tidurnya.

"Aku tidak membayarmu untuk tidur dan berleha-leha Amber." Suara Dave terdengar ketus. Ia melangkah masuk dan mengunci pintu kamar. Membuat Amber memasang sikap waspadanya.

"A—aku tidak tahu apa saja tugasku, Dave." Amber memberanikan diri menatap wajah Dave yang berdiri tegak di depannya.

"Tuan, panggil aku Tuan. Sesuai dengan posisimu yang kini jadi pelayanku." Dave berkata dingin.

"Kalau begitu katakan apa saja tugasku Tuan?" tanya Amber dengan sikap hormat. Ia tahu kalau Dave sekarang adalah majikannya. Demi uang satu juta dolar sikap ini adalah sikap yang paling pantas ia lakukan di depan Dave.

"Kamu tahu rumor tentangku kan?"

"Ya Tuan Dave, Anda dikabarkan jadi seorang.... gay.... " Dengan ragu Amber menjawab.

"Aku ingin menepis rumor itu dengan berpura-pura berpacaran denganmu." Dave mulai berbicara mengenai tugas Amber yang sesungguhnya.

Amber mengedipkan matanya berulang-ulang. Hanya berpura-pura menjadi kekasih Dave agar rumor Dave sebagai gay hilang. Jadi Dave benar-benar seorang gay?

"Kenapa kamu tertawa?" Dave mendelik kesal saat melihat Amber menahan tawanya.

"Tidak Tuan. Aku tidak tertawa." Amber segera menghilangkan senyum itu dari wajahnya. Ia takut Dave marah dan tersinggung.

"Jangan-jangan kamu adalah salah satu yang meyakini kalau aku adalah seorang gay." Dave mendengkus kesal seolah tahu dengan apa yang dipikirkan Amber tentangnya.

"Ti—tidak, mana berani aku berpikir seperti itu, Tuan." Amber menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Bagus, jangan pernah mengira aku seperti itu, paham?!"

"Paham Tuan." Amber mengangguk dengan cepat.

***

Sore hari, matahari hampir tenggelam saat mobil roll royce milik Dave memasuki pekarangan rumah besarnya.

"Tuan Dave sudah pulang!" Para pelayan itu begitu sibuk menyambut kedatangan Dave. Mereka berbaris rapih untuk menyambut kedatangan pria yang baru saja pulang dari kantornya.

Sudah jadi kebiasaan di rumah itu ketika majikan mereka pulang maka semua pelayan harus menyambutnya.

Dave berjalan dengan tegap. Sebuah kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Garis wajah yang tegas memancarkan aura tersendiri baginya. Masih terlihat dingin seperti biasa.

"Selamat datang kembali, Tuan." Serempak para pelayan itu menyapa majikannya.

Dave menyapu pandangannya. Seperti mencari seseorang. Ya benar, di sana tidak ada Amber. Dave mengerutkan keningnya. Kemana gadis itu?

Seharusnya Amber juga ikut dalam barisan para pelayan, apakah Alfred tidak memberitahunya? Tatapan Dave beralih pada Alfred. Seolah tahu akan kesalahannya Alfred segera meminta maaf.

"Maaf Tuan, sepertinya Nona Amber masih di kamarnya." Alfred merasa jantungnya hampir copot. Keringat di dahinya bahkan sudah keluar sejak tadi. Ia tahu Dave sedang marah padanya saat ini. Ia lupa memberitahu Amber tentang kebiasaan di rumah ini.

Lelaki itu bergegas naik ke lantai atas. Kalau Alfred tidak memberitahunya maka dia sendiri yang akan memberitahu Amber soal kebiasaan di rumah ini.

BRAK!

Dave membuka pintu kamar Amber dengan kasar. Tapi pemandangan di dalam kamar selanjutnya membuat kedua mata Dave terbelalak.

"Aaahhh...!!! Terdengar jeritan panik dari mulut Amber yang sedang berdiri tanpa sehelai benang pun. Gadis itu baru selesai mandi dan belum berpakaian sama sekali.

Dave sontak membalik badannya. Kedua pipinya merona merah. Namun kemarahan kembali tersirat di wajah tampannya.

"Dasar murahan, apa yang kamu lakukan Amber? Apa kamu sengaja ingin menggodaku?" Suara Dave terdengar ketus.

"Kenapa Anda tidak ketuk pintu dulu? Tuan Dave pasti tahu sopan santun bukan? Tidak boleh masuk ke dalam kamar orang lain dengan sembarangan." Protes Amber dengan kesal.

"Ini rumahku, jadi aku berhak melakukan apapun di dalam rumahku."jawab Dave tak mau disalahkan.

Gadis cantik itu mengatupkan bibirnya. Dibalik pesona Dave yang sulit ditolak, Amber lebih fokus pada sikap kasar pria itu. Rasa takutnya lebih besar daripada pesona Dave itu sendiri.

"Ada apa Tuan?" Amber yang sudah memakai bathrobenya lahi kini berdiri di hadapan Dave. Dia tidak ingin berdebat panjang dengan Dave.

"Lain kali, ketika aku pulang kerja, kamu harus bergabung dengan pelayan lain untuk menyambutku." Dave menjelaskan maksud kedatanganya ke kamar ini.

Amber tergugu. Ia merasa peraturan di rumah ini terlalu berlebihan. Ia membayangkan berada di dalam kastil kerajaan dimana seorang raja diperlakukan dengan begitu agung oleh bawahannya.

Tanpa sadar Amber mencebik. Baru kali ini ia melihat manusia gila hormat seperti Dave.

"Kenapa ekspresimu seperti itu?" Pertanyaan Dave membuat Amber kembali ke alam nyata. Ia baru sadar kalau Dave masih ada di sana. Gadis itu pun terlihat panik melihat kemarahan di wajah Dave.

"Kamu berani mencibirku?" Dave menghampiri Amber dan mendorong tubuh gadis itu ke arah tembok di belakangnya. Tatapannya begitu tajam seperti pisau yang siap menguliti Amber.

"Ti—tidak Tuan, mana berani saya melakukan itu." Amber ketakutan. Tubuhnya menabrak dinding hingga ia tidak bisa lagi bergerak. kedua tangan Dave kini mengungkungnya.

"Jangan pernah menampakkan sikap seperti itu lagi di depanku, mengerti?" Dave menatap Amber dengan tatapan mengintimidasi.

"I—iya Tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi." Suara Amber bergetar saat mengatakan hal itu.

"Bagus." Dave menyeringai tipis.

"Ada satu hal yang ingin aku katakan padamu Amber."

"A—apa itu Tuan?"

Related chapters

  • Hasrat Liar Hot Duda   Mendadak Nikah

    Amber melongo saat Dave mengajaknya pergi ke kantor catatan sipil. "Kita akan menikah." Begitu kata Dave saat Amber bertanya. Ini gila. Apa dia kira menikah adalah hal yang bisa dilakukan dadakan seperti ini? "Tidak Tuan Dave yang terhormat, perjanjian kita hanya sebatas menjadi menjadi kekasih pura-pura. Bukan untuk menikah seperti ini." Amber menghentikan laju langkahnya. Gadis itu memasang wajah marah. "Oh, ayolah Amber,. pernikahan inipun hanya pura-pura. Kalau bukan karena terpaksa akupun tidak ingin menikah denganmu." Dave memutar bola matanya. "Tapi Tuan..." Amber kehabisan kata-kata untuk membantah Dave. "Jangan membantah Amber aku sudah membayarmu dengan sangat mahal. Satu juta dolar sudah lebih dari cukup untuk melakukan sandiwara ini." Dave kini memutar badannya menatap Amber yang masih belum terima dengan permintaan Dave tersebut. Amber mengerutkan keningnya. Dave sudah gila. Seburuk apapun, dia tidak pernah berpikir untuk menjadikan pernikahan sebagai sebuah

    Last Updated : 2025-01-24
  • Hasrat Liar Hot Duda   Apa Kamu Ingin Menggodaku?

    Amber membuka matanya. Ia terlonjak kaget saat melihat sosok pria yang baru saja ia kutuk. Gadis itu mengatupkan bibirnya. Sesekali matanya mengerjap tertimpa air hujan. "Dave?!" Amber ketakutan. Beberapa detik kemudian tubuhnya terasa ringan melayang dan hangat. Saat ini ia berada dalam dekapan Dave yang menggendongnya masuk ke dalam rumah. Amber tak sanggup berkata apa-apa lagi saat Dave membawanya masuk ke dalam kamar. "Air hangatnya sudah siap, Tuan." Seorang pelayan menunggu di depan pintu kamar mandi. "Bagus, bantu Nona Amber membersihkan diri." Dave masuk ke dalam kamar mandi dan menurunkan tubuh Amber di tepi bathtub berisi air hangat. Amber masih terdiam. Ia masih syok dengan sikap berbeda seratus delapan puluh derajat yang ditunjukkan Dave setelah dia menindasnya sebelum ini. "Bersihkan dirimu setelah itu turun dan temani aku makan malam." Dave berkata sebelum pergi. Amber hanya mengangguk dan menatap kepergian Dave dengan bingung. Tadi adalah kali pertama meli

    Last Updated : 2025-01-24
  • Hasrat Liar Hot Duda   Apa Perlu Aku Bercinta di Depan Kalian?

    Suara kicau burung membangunkan Amber dari tidurnya yang nyenyak. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali menghalau silaunya matahari yang menerobos masuk melalui celah gordeng.Amber memijat kepalanya yang terasa pening. Ia heran kenapa ia bisa berada di tempat tidur. Padahal ingatan terakhir yang berada di otaknya adalah dia sedang berendam di dalam bathtub tadi malam."Kenapa aku bisa ada di sini? Dan siapa yang memakaikan pakaian tidur ini?" Amber meraba gaun tidur berwarna peach yang ia kenakan saat itu."Selamat Pagi Nona." Suara Alfred yang baru masuk mengejutkan Amber. "Pagi Alfred!" Amber bangun dan duduk di tepian tempat tidur. "Nana apa Anda sudah merasa lebih baik?" tanya Alfred membuat Amber mengerutkan keningnya. "Memangnya aku kenapa?""Anda pingsan Nona. Beruntung Tuan Dave segera mengeluarkan Nona dari bathtub. Dan semalaman Anda demam sampai Tuan Dave merawat Anda dengan telaten," jawab Alfred. "A—apa benar begitu?" Amber terbengong. Jadi Dave merawatnya? "Iya No

    Last Updated : 2025-01-24
  • Hasrat Liar Hot Duda   Aku Bukan Pelacur

    "Dave apa benar ka—kamu tidak suka perempuan?" Dengan sangat hati-hati Amber bertanya. "Itu lagi yang kamu tanyakan? Apa kamu masih meragukanku Amber?" Kemarahan makin terlihat di wajah tampan Dave. "Bu—bukan maksudku begitu." Tubuh Amber gemetar ketakutan saat Dave kembali mendekat. Cup. Satu kecupan kasar Amber rasakan di bibirnya. Dave menjarah bibirnya dengan rakus. Tak ada kelembutan di sana. Amber terpaku. Tak berani melawan. Hanya kedua tangannya yang berusaha menahan dada bidang Dave. Bibir Amber sudah terasa kebas dan bengkak saat akhirnya Dave melepaskan tautannya. Amber tertunduk. Dave begitu mengerikan. Apakah ia akan sanggup bertahan hidup dengan pria seperti dia? "Apa itu masih membuatmu ragu, Amber? Kalau memang kamu masih ragu, aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi padamu." Dave menyeringai tipis tapi begitu mengerikan di mata Amber. "Tidak... tidak... aku percaya Dave." Amber menggeleng dengan cepat. Raut ketakutan masih tergambar jelas di ma

    Last Updated : 2025-01-30
  • Hasrat Liar Hot Duda   Penari Striptis

    "Pertunangan kita batal Amber, aku tidak sudi menikah dengan wanita miskin sepertimu," ucap Jeff dengan menyakitkan. Pria tampan di depan Amber itu nyaris tanpa beban saat mengatakan hal itu. Wajahnya terlihat datar dan tak peduli pada Amber yang kini mendapat tatapan penuh cemooh dari orang-orang yang ada di pesta ulang tahun Jeff saat itu. "Tapi Jeff..." Amber berusaha menahan jatuhnya air mata yang sudah bergelayut di pelupuk matanya. "Tidak ada kata tapi, Amber. Keputusanku sudah aku pikirkan baik-baik dan keluargaku juga sudah setuju. Memangnya hal baik apa yang bisa kamu banggakan di depanku sekarang? Perusahaan keluargamu bangkrut dan kamu sudah tidak punya apa-apa lagi. Apa berniat memanfaatkanku untuk membayar semua hutang-hutang ayahmu, hah?" Jeff menatap kesal ke arah Amber. Amber menggigit bibirnya. Jeff sudah keterlaluan. Keluarganya memang terlilit hutang tapi ia tidak pernah berpikir untuk memanfaatkan Jeff sama sekali. "Satu juta dolar itu jumlah yang sangat

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • Hasrat Liar Hot Duda   Aku Bukan Pelacur

    "Dave apa benar ka—kamu tidak suka perempuan?" Dengan sangat hati-hati Amber bertanya. "Itu lagi yang kamu tanyakan? Apa kamu masih meragukanku Amber?" Kemarahan makin terlihat di wajah tampan Dave. "Bu—bukan maksudku begitu." Tubuh Amber gemetar ketakutan saat Dave kembali mendekat. Cup. Satu kecupan kasar Amber rasakan di bibirnya. Dave menjarah bibirnya dengan rakus. Tak ada kelembutan di sana. Amber terpaku. Tak berani melawan. Hanya kedua tangannya yang berusaha menahan dada bidang Dave. Bibir Amber sudah terasa kebas dan bengkak saat akhirnya Dave melepaskan tautannya. Amber tertunduk. Dave begitu mengerikan. Apakah ia akan sanggup bertahan hidup dengan pria seperti dia? "Apa itu masih membuatmu ragu, Amber? Kalau memang kamu masih ragu, aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi padamu." Dave menyeringai tipis tapi begitu mengerikan di mata Amber. "Tidak... tidak... aku percaya Dave." Amber menggeleng dengan cepat. Raut ketakutan masih tergambar jelas di ma

  • Hasrat Liar Hot Duda   Apa Perlu Aku Bercinta di Depan Kalian?

    Suara kicau burung membangunkan Amber dari tidurnya yang nyenyak. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali menghalau silaunya matahari yang menerobos masuk melalui celah gordeng.Amber memijat kepalanya yang terasa pening. Ia heran kenapa ia bisa berada di tempat tidur. Padahal ingatan terakhir yang berada di otaknya adalah dia sedang berendam di dalam bathtub tadi malam."Kenapa aku bisa ada di sini? Dan siapa yang memakaikan pakaian tidur ini?" Amber meraba gaun tidur berwarna peach yang ia kenakan saat itu."Selamat Pagi Nona." Suara Alfred yang baru masuk mengejutkan Amber. "Pagi Alfred!" Amber bangun dan duduk di tepian tempat tidur. "Nana apa Anda sudah merasa lebih baik?" tanya Alfred membuat Amber mengerutkan keningnya. "Memangnya aku kenapa?""Anda pingsan Nona. Beruntung Tuan Dave segera mengeluarkan Nona dari bathtub. Dan semalaman Anda demam sampai Tuan Dave merawat Anda dengan telaten," jawab Alfred. "A—apa benar begitu?" Amber terbengong. Jadi Dave merawatnya? "Iya No

  • Hasrat Liar Hot Duda   Apa Kamu Ingin Menggodaku?

    Amber membuka matanya. Ia terlonjak kaget saat melihat sosok pria yang baru saja ia kutuk. Gadis itu mengatupkan bibirnya. Sesekali matanya mengerjap tertimpa air hujan. "Dave?!" Amber ketakutan. Beberapa detik kemudian tubuhnya terasa ringan melayang dan hangat. Saat ini ia berada dalam dekapan Dave yang menggendongnya masuk ke dalam rumah. Amber tak sanggup berkata apa-apa lagi saat Dave membawanya masuk ke dalam kamar. "Air hangatnya sudah siap, Tuan." Seorang pelayan menunggu di depan pintu kamar mandi. "Bagus, bantu Nona Amber membersihkan diri." Dave masuk ke dalam kamar mandi dan menurunkan tubuh Amber di tepi bathtub berisi air hangat. Amber masih terdiam. Ia masih syok dengan sikap berbeda seratus delapan puluh derajat yang ditunjukkan Dave setelah dia menindasnya sebelum ini. "Bersihkan dirimu setelah itu turun dan temani aku makan malam." Dave berkata sebelum pergi. Amber hanya mengangguk dan menatap kepergian Dave dengan bingung. Tadi adalah kali pertama meli

  • Hasrat Liar Hot Duda   Mendadak Nikah

    Amber melongo saat Dave mengajaknya pergi ke kantor catatan sipil. "Kita akan menikah." Begitu kata Dave saat Amber bertanya. Ini gila. Apa dia kira menikah adalah hal yang bisa dilakukan dadakan seperti ini? "Tidak Tuan Dave yang terhormat, perjanjian kita hanya sebatas menjadi menjadi kekasih pura-pura. Bukan untuk menikah seperti ini." Amber menghentikan laju langkahnya. Gadis itu memasang wajah marah. "Oh, ayolah Amber,. pernikahan inipun hanya pura-pura. Kalau bukan karena terpaksa akupun tidak ingin menikah denganmu." Dave memutar bola matanya. "Tapi Tuan..." Amber kehabisan kata-kata untuk membantah Dave. "Jangan membantah Amber aku sudah membayarmu dengan sangat mahal. Satu juta dolar sudah lebih dari cukup untuk melakukan sandiwara ini." Dave kini memutar badannya menatap Amber yang masih belum terima dengan permintaan Dave tersebut. Amber mengerutkan keningnya. Dave sudah gila. Seburuk apapun, dia tidak pernah berpikir untuk menjadikan pernikahan sebagai sebuah

  • Hasrat Liar Hot Duda   Pria Menyebalkan

    "Nona, cepatlah, jangan sampai Tuan Dave menunggu terlalu lama." Seorang lelaki yang menjemput Amber melayangkan tatapan dinginnya pada gadis yang masih memeluk tubuh ibunya itu. "Amber pergi dulu ya Bu, secepatnya akan Amber kasih kabar ke Ibu." Amber dengan terpaksa mengurai pelukannya dan menatap sendu wajah ibunya yang menyimpan kesedihan. "Selalu berhati-hati ya Nak. Semoga Tuhan melindungi dimanapun kamu berada." Sepasang tangan keriput itu membingkai wajah kecil Amber yang berurai air mata. Tak ada lagi kata yang keluar dari mulut Amber. Ia hanya bisa melambaikan tangannya ke arah ibunya yang masih bediri di teras rumah untuk menyaksikan mobil mewah itu membawanya pergi. Mobil yang membawa Amber tiba di sebuah rumah mewah bergaya Eropa yang semalam ia datangi. Ia memutuskan untuk menerima tawaran Dave untuk menjadi pelayan sekaligus kekasih gelapnya. "Silakan masuk Nona." Seorang pelayan menyambut kedatangannya. Dengan langkah sedikit ragu, Amber melangkahkan kaki m

  • Hasrat Liar Hot Duda   Penari Striptis

    "Pertunangan kita batal Amber, aku tidak sudi menikah dengan wanita miskin sepertimu," ucap Jeff dengan menyakitkan. Pria tampan di depan Amber itu nyaris tanpa beban saat mengatakan hal itu. Wajahnya terlihat datar dan tak peduli pada Amber yang kini mendapat tatapan penuh cemooh dari orang-orang yang ada di pesta ulang tahun Jeff saat itu. "Tapi Jeff..." Amber berusaha menahan jatuhnya air mata yang sudah bergelayut di pelupuk matanya. "Tidak ada kata tapi, Amber. Keputusanku sudah aku pikirkan baik-baik dan keluargaku juga sudah setuju. Memangnya hal baik apa yang bisa kamu banggakan di depanku sekarang? Perusahaan keluargamu bangkrut dan kamu sudah tidak punya apa-apa lagi. Apa berniat memanfaatkanku untuk membayar semua hutang-hutang ayahmu, hah?" Jeff menatap kesal ke arah Amber. Amber menggigit bibirnya. Jeff sudah keterlaluan. Keluarganya memang terlilit hutang tapi ia tidak pernah berpikir untuk memanfaatkan Jeff sama sekali. "Satu juta dolar itu jumlah yang sangat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status