Diselingkuhi Suami Dikejar sang  Pewaris

Diselingkuhi Suami Dikejar sang Pewaris

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Oleh:  Planet Zamzan  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
456Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mendapat pria yang setia adalah harapan setiap kaum hawa. Namun bagaimana, jika pria yang selama ini dipercayai justru berkhianat? Dan justru pengkhianatan itu di dukung penuh oleh ibunya sendiri?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Pesan Mencurigakan di Ponsel Raka

Tangan Alika bergetar hebat. Hampir saja benda pipih milik Raka---suaminya---yang sedang dia pegang, terjatuh, jika saja dia tidak segera memegangnya erat. Oh, sebaris kata dalam notifikasi pesan yang muncul di layar benar-benar membuat dadanya sesak.Okay, Alika tidak ingin berprasangka buruk. Tetapi bagaimana bisa? Jelas-jelas sebaris kata itu terbaca oleh netranya. I love you, Mas. Begitu yang tertulis, dari sebuah nama, Risa. Siapa Risa ini. Dan ada hubungan apa dengan Raka. Kenapa dia mengucapkan kata-kata sakral itu pada suaminya, yang seharusnya hanya Alika yang berhak untuk mengucapkannya.Satu menit, dua menit, Alika menunggu Raka keluar dari kamar mandi kamar luas mereka. Dan saat pria itu muncul dari balik pintu sambil mengeringkan rambut dengan handuk, Alika hanya bisa berdiri mematung. Gawai milik Raka masih berada di tangannya, sehingga membuat pria itu mengerutkan kening."Kamu periksa-periksa hape-ku, Lika?" Raka merebut ponsel dari tangan Alika dengan kasar, kemudian

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab

Pesan Mencurigakan di Ponsel Raka

Tangan Alika bergetar hebat. Hampir saja benda pipih milik Raka---suaminya---yang sedang dia pegang, terjatuh, jika saja dia tidak segera memegangnya erat. Oh, sebaris kata dalam notifikasi pesan yang muncul di layar benar-benar membuat dadanya sesak.Okay, Alika tidak ingin berprasangka buruk. Tetapi bagaimana bisa? Jelas-jelas sebaris kata itu terbaca oleh netranya. I love you, Mas. Begitu yang tertulis, dari sebuah nama, Risa. Siapa Risa ini. Dan ada hubungan apa dengan Raka. Kenapa dia mengucapkan kata-kata sakral itu pada suaminya, yang seharusnya hanya Alika yang berhak untuk mengucapkannya.Satu menit, dua menit, Alika menunggu Raka keluar dari kamar mandi kamar luas mereka. Dan saat pria itu muncul dari balik pintu sambil mengeringkan rambut dengan handuk, Alika hanya bisa berdiri mematung. Gawai milik Raka masih berada di tangannya, sehingga membuat pria itu mengerutkan kening."Kamu periksa-periksa hape-ku, Lika?" Raka merebut ponsel dari tangan Alika dengan kasar, kemudian
Baca selengkapnya

Terpikat Dengan Pesona Rusa

Chat berisi kata-kata mesra di ponsel Raka memang bukan isapan jempol belaka. Raka memang memiliki hubungan dengan seorang perempuan bernama Risa, yang sudah terjalin selama dua bulan terakhir. Perempuan itu adalah sekretaris di perusahaan kolega Raka. Dan pertemuan pertama terjadi tatkala Risa ikut bosnya meeting dengan Raka untuk membicarakan proyek kerjasama antar dua perusahaan.Pembawaan Risa yang luwes dan menyenangkan membuat Raka terpesona pada pandangan pertama. Selain perempuan itu begitu cantik, tubuhnya pun seksi dengan lekuk-lekuknya yang mampu membuat mata lelaki mengerjap-ngerjap.Dan yang pasti, permainannya di atas ranjang mampu membuat Raka ampun-ampun. Hot bukan main.Dan di sebuah kamar hotel bintang tiga di tengah kota Jakarta yang sedang padat-padatnya siang itu, Raka justru menghabiskan istirahat siangnya dengan menikmati hidangan terlezat yang disajikan oleh Risa.Perempuan bertubuh sintal ini selalu membuatnya menggila. Sampai-sampai dirinya merasa hambar saat
Baca selengkapnya

Diterima di Tempat Kerja

"Mau ke mana kamu?" Marini menatap sinis Alika yang baru saja menuruni tangga. Melihat sang menantu yang dibencinya itu berpakaian rapi mirip orang kantoran, membuatnya penasaran."Aku mau melamar kerja, Ma.""Kerja? Kerja apa?" Marini bersidekap sambil memandang remeh pada Alika. "Biasa apa kamu memangnya? Paling-paling melamar kerja jadi babu," ejeknya.Alika menghela napas dalam-dalam menahan gemuruh di dada. "Ada lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan pengembang, Bu."Marini mencebik. "Memangnya jatah dari Raka kurang? Sampai-sampai mau melamar kerja."Maunya perempuan ini apa sebenarnya. Berdiam diri di rumah saja, dibilangnya ongkang-ongkang. Giliran ingin bekerja, dibilangnya jatah suami kurang. Susah memang kalau orang sudah benci, semua akan terlihat salah di matanya."Aku pamit dulu, Bu," ucap Alika sambil meraih tangan sang mertua, namun dia tidak diizinkan untuk menyentuhnya."Naik taksi saja, atau ngojek sekalian. Nggak usah pake mobil apalagi minta diantar sopir!"Alika
Baca selengkapnya

Hari Pertama

Alika pulang dengan hati riang. Akhirnya dirinya memiliki pekerjaan. Memang tidak disangka akan semudah ini. Sedikit aneh juga karena mengingat dirinya belum pernah punya pengalaman kerja sama sekali.Tetapi, untuk apa dipikirkan. Yang penting, dirinya sudah memiliki pekerjaan sekarang dan tidak harus berdiam diri saja di rumah meratapi nasib. Dan, yang membuat Alika senang adalah, dia tidak harus meminta uang bulanan pada Raka untuk dikirim pada ibu dan adiknya.Alika tidak sabar ingin memberitahu kabar gembira ini pada Raka. Maka, sore hari saat suaminya itu pulang, dia segera memberitahukan padanya."Apa?!" seru Raka. Matanya nanar menahan kesal. Reaksi Raka di luar dugaan Alika."Kenapa kamu kerja di perusahaan Darmawangsa? Kamu sengaja pingin bikin aku kesel, ya?"Alika melongo. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Raka. "M-memangnya kenapa, Mas?""Kenapa, kenapa. Kamu tahu Darmawangsa itu kompetitor besar perusahaan Goenarto!"Alika terperangah. Tentu saja dirinya tidak ta
Baca selengkapnya

Raka Marah

Saking banyaknya pekerjaan pertama Alika hari ini, dia harus lembur hingga jam tujuh malam. Raka tidak menelepon sama sekali. Hal itu sedikit membuatnya kecewa. Tetapi, Alika sudah menduga sebelumnya. Mungkin, jika dirinya tidak pulang ke rumah, Raka tidak akan mempermasalahkannya."Loh, Lika, masih di sini?" tanya Dave saat melintas di depan ruangannya dengan pintu terbuka."Aku baru aja selesai." Alika sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas selempangnya. "Kamu juga masih di sini, Dave?" tanyanya heran."Iya, baru selesai juga," kekehnya. "Pulang bareng, yuk?""Aku naik ojek aja," sahut Alika seraya berjalan ke arah Dave yang berdiri di ambang pintu. Keduanya pun berjalan bersama menuju lift yang akan membawa mereka turun ke lobi."Jangan, dong. Aku anter aja, ya, rumahnya searah, kok.""Beneran nggak usah." Alika menggulir layar ponsel untuk memesan ojek."Takut suamimu marah, ya?" tanya Dave."Nggak, sih, cuma nggak mau ngerepotin aja.""Nggak repot, dong. Udah, ya, aku an
Baca selengkapnya

Pendekatan Dave

Alika masih meratapi kesedihannya di tepi ranjang. Berkali-kali menyusut air mata tetapi buliran bening itu susul menyusul jatuh di pipi tak berkesudahan.Ini pertama kalinya Raka berbuat kasar padanya secara fisik. Sebelum-sebelumnya, dia hanya melontarkan kata-kata menyedihkan, namun tidak sampai mengangkat tangan. Kenapa begini. Bukankah seharusnya dirinya yang marah karena melihat dengan mata kepala sendiri, Raka bermesraan dengan perempuan lain. Kenapa malah sekarang dibalik, dirinya yang dituduh oleh suaminya itu, dekat dengan lelaki lain.Dan yang membuatnya heran, kenapa Raka bisa tahu dirinya tadi siang pergi makan ke kantin dengan Dave. Apakah ada salah satu karyawan yang mengenal Raka dan melaporkan hal itu padanya.Raka marah bukan karena cemburu dirinya berinteraksi dengan lelaki lain. Dia hanya menjaga nama baik keluarga Goenarto. Dan itu membuat hatinya bertambah perih.Malam ini, Raka pergi entah ke mana. Sungguh sesak dada Alika membayangkan suaminya menghabiskan wakt
Baca selengkapnya

Kehadiran Risa

Dave melahap sepiring gado-gado yang tadi diantar office boy ke ruangan Bu Kayla, di mana dirinya dan Alika berada saat ini. Tampaknya pemuda itu memang sedang sangat lapar. Sampai-sampai Alika hanya bengong menyaksikan Dave begitu menikmati makanannya."Loh, nggak makan kamu, Lika?" tanya Dave tatkala melihat Alika hanya bengong memandanginya."Aku kayaknya udah kenyang duluan lihat kamu makan, Dave," kekeh Alika. Tetapi perempuan itu mulai menyuapi dirinya sendiri."Wah, aku bikin kenyang, ya?"Alika terbahak. "Kamu makannya lahap banget. Kelaparan, ya?" selorohnya."Seminggu nggak makan aku, Lika."Kembali Alika terbahak. Dave ini ada-ada saja. Pemuda itu lucu dan menyenangkan. Dia selalu bisa menghidupkan suasana. Sejujurnya, tingkah Dave yang jenaka sedikit banyak membuatnya terhibur."Kamu habis nangis, ya, semalam?" tanya Dave membuat Alika terkesiap."Enggak, kenapa emangnya?" Alika berusaha menyembunyikan wajahnya. Dia tahu, matanya pasti terlihat sembab sekarang. Hampir sema
Baca selengkapnya

Memergoki Risa Dan Raka.

Bu Kayla menugaskan Alika untuk mempersiapkan rapat hari itu. Maka sedari pagi, Alika begitu sibuk melakukan koordinasi dengan tempat yang akan dipakai untuk menyelenggarakan rapat. Sebuah hotel bintang empat yang ada di pinggir kota.Pokoknya, Alika hari itu harus bolak-balik hotel-kantor untuk menyiapkan dokumen, transportasi dan juga memastikan semua peserta rapat hadir. Dia cukup kerepotan kalau saja Dave tidak membantunya. Pemuda itu yang mengantarnya ke mana-mana.Tetapi, yang membuatnya heran adalah, saat mengantar dokumen untuk bahan rapat ke ruangan Pak Bagas, Alika mendapati Dave sudah ada di sana. Dan yang membuatnya semakin heran adalah, yang akan memimpin rapat adalah pemuda itu.Lalu, siangnya, Alika pun berangkat ke hotel bersama Dave dengan berbagai pertanyaan yang memenuhi benaknya."Dave, kok bisa kamu yang mimpin rapat? Kenapa bukan Pak Bagas?" tanya Alika saat berada di dalam mobil Dave."Ya, nggak tahu," kekeh Dave."Serius kamu cuma karyawan biasa?" tanya Alika k
Baca selengkapnya

Raka Semakin Berani

"Pernikahan itu bukan untuk main-main, Dave. Kalau aku udah mutusin menikah dengan seseorang, artinya, seburuk apapun dia, aku harus terima.""Tapi, suami kamu itu udah jelas-jelas main serong. Nyakitin kamu, ngasarin kamu, bikin kamu nangis. Ngapain dipertahankan? Lagian kalian belum ada anak, kan?"Dave semakin berani mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sejak dia melihat suami Alika bersama perempuan lain dan bersikap kasar padanya, rasanya dia tidak ingin diam saja."Dave!" Suara Alika sedikit meninggi. "Aku baik-baik aja, okay?"Dave mendecak. Baik-baik saja katanya. Dari ekspresi wajahnya saja memperlihatkan kalau Alika sedang menanggung beban berat dalam hidupnya."Mau sampai kapan pura-pura, Lika?""Dave, kamu nggak tahu apa-apa. Mendingan kamu nggak usah ikut campur!" seru Alika seraya beranjak dari duduknya. Selera makannya sudah hilang dan dia kini berjalan keluar restauran, diikuti oleh Dave."Lika, tunggu!" Dave meraih lengan Alika dan memaksa perempuan itu berhenti. Alik
Baca selengkapnya

Jari Diri Dave

Entah kenapa Alika begitu kesal dengan ucapan Dave tadi siang di mal, meskipun hati kecilnya membenarkan. Dia tahu, dirinya bodoh menerima semua perlakuan Raka. Tetapi apa mau dikata? Dia masih sangat mencintai suaminya.Alika masih memiliki harapan, suaminya akan kembali seperti dulu. Tapi, apa mungkin? Sedang Raka memang harus menikahi Risa, karena perempuan itu sedang hamil.Dan hari di mana Raka menikahi Risa pun tiba. Alika mencoba untuk tegar. Meskipun hatinya sakit bukan main.Dia memilih untuk mengurung diri di kamar sementara Raka dan Risa---ditemani oleh Marini---pergi ke kantor urusan agama, atau ke masjid, atau ke manapun untuk melangsungkan pernikahan.Mbok Narti yang prihatin dengan keadaan Alika, membuatkan perempuan itu teh hangat. Lalu menawarkan diri untuk memijit badan Alika agar lebih rileks.Sambil berbaring menelungkup, air mata Alika tidak henti-hentinya mengalir hingga sprei kasurnya basah kuyub."Sabar, ya, Non. Mbok cuma bisa bilang itu.""Apa aku bisa ya, Mb
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status