Beranda / Pernikahan / Dinikahi Mantan Sepupu / Bab 1. Pertemuan Mengesalkan

Share

Dinikahi Mantan Sepupu
Dinikahi Mantan Sepupu
Penulis: Lilintulip

Bab 1. Pertemuan Mengesalkan

Penulis: Lilintulip
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tidaaak!” Semua orang berteriak ketika melihat seorang anak menyeberang dengan ceroboh demi memeluk Rani.

“Apa kamu tidak apa-apa?” Rani terlihat pucat dan memeriksa si anak dengan teliti.

Matilah kauuu! Kalau sampai ada apa-apa dengan anak ini, bisa berabe nanti.

Lagian kenapa sih, ni anak tidak ada yang mengawas!

Rani menggerutu di dalam hati sembari celingak-celinguk mencari orang tua anak tersebut.

“Mamaaah, huhuhu ...” Si anak menangis dengan memeluk erat Rani.

“Tidak-tidak, Saya bukan_”

“Fania Albarani! Apa yang kamu lakukan!” Doni berdiri dengan nafas ngos-ngosan.

Dia berteriak dan menatap tajam pada sang anak yang bernama Fania

“Kamu membuat semua orang kawatir! Apa kamu ingin membuat Papah mati mendadak!” Dia pun menarik Fania dengan paksa.

“Tidak! Fania ingin dengan Mamah, Papah jahat! Pokonya Fania ingin dengan Mamah!” Fania memeluk erat Rani yang dia panggil Mamah.

“Fania! Apa kamu ingin Papah_”

“Maaf, Pak. Bisa bicara dengan lembut, kasihan anaknya kesakitan.” Rani yang sejak tadi terdiam, mencoba mengingatkan.

“Apa urusannya denganmu! Dia itu anak Saya, jadi ini tanggung jawab Saya!” Doni membentak tanpa tahu situasi.

Mimpi apa aku semalam, sampai di bentak orang tidak dikenal, karena menyelamatkan bocah yang hampir tertabrak!

Dikira mamahnya, lagi! Apes banget aku hari ini.

Rani kembali menggerutu di dalam hati sembari terus menatap Doni yang ngeyel.

“Fania! Cepat lepaskan, ikut Papah, sekarang!”

“Tidak mau, Fania ingin bersama Mamah. Fania tidak mau bersama Tante jahat!” Fania semakin erat memeluk.

“Fania! Mamah kamu itu sudah_”

Akhirnya Rani merasa kesal dan semakin kesal lagi ketika dengan tidak hormatnya, Doni malah memeluk dan meminta melepaskan anaknya.

“STOP!” Rani berteriak dan menendang kaki Doni dengan penuh kemarahan.

“Kamu!” Doni tersulut emosi dan hendak menampar.

“Apa! Anda ingin menampar Saya karena kesalahan Anda sendiri!” Rani menatapnya garang dengan tangan memeluk si anak yang mulai gemetaran karena ketakutan.

“Aduuuh, maafkan Tante, ya, Nak. Bukannya Tante ingin membentakmu.” Rani memenangkan Fania dengan mengusap kepala.

“Lihat, nih! Anaknya sampai gemetaran ketakutan! Dasar orang tidak becus!”

Doni terkejut, karena baru pertama kali ada orang yang berani mengomelinya dengan tajam terkecuali istri dan Mamihnya.

Dia ingin marah kembali, tapi ketika melihat interaksi Rani pada Fania anaknya, akhirnya dia terdiam.

“Fania anak baik, kan?”

Fania mengangguk dan tetap memeluk Rani dengan erat.

“Kalau begitu, Fania bisa lepaskan Tante? Tante sakit lehernya, tidak bisa bernafas. Apa Fania ingin_”

“Tidak! Fania ingin terus seperti ini, Fania takut, nanti Mamah pergi lagi!” Fania memeluk semakin erat.

Rani menghembuskan nafas perlahan dan kembali membujuk.

“Tidak sayang, Tante tidak akan pergi, coba tanyakan pada Papahmu?” Rani melihat Doni untuk meminta bekerja sama, tapi ...

“Fani!” Doni malah memeluk dengan cepat ketika mata mereka saling beradu pandang.

“Ternyata kamu benar-benar masih hidup. Ke mana kamu selama ini, Sayang. Aku dan Fania terus merindukan kamu.” Pelukannya semakin erat.

“Heeey! Apa yang Anda lakukan!” Rani meronta dan akhirnya bisa terlepas setelah menggigit tangan Doni.

“Hey, Tuan jelek! Apa Anda kesurupan? Mencari kesempatan dalam kesempitan! Nama Saya Rani, bukan Fani!”

“Kalian!” Rani menatap 3 orang berbaju hitam, “ini, Bos kalian, bukan?”

“Iya, Nyonya.”

“Seret dia ke mobil dan bawa anak_”

“Fania ingin bersama Mamah!” Fania kembali memeluk Rani dengan kuat.

“Nyonya, eh, Nona ...”

“Panggil saja Saya Rani.”

“Baik, Nona Rani, bisakah Anda ikut saja bersama kami?”

Rani menggaruk pelipis, sebenarnya dia tidak ingin mempunyai masalah, tapi ketika melihat tatapan orang-orang dan kesedihan Fania, akhirnya dia ikut pergi.

Untung hari ini aku libur. Jadi tidak meresahkan!

Hati Rani kembali berbicara sembari naik mobil dengan susah payah karena Fania tidak mau lepas.

Sesampainya di rumah Fania, Rani menatap tidak percaya karena ternyata Fania bukan anak orang sembarangan.

“Fania! Apa kamu tidak apa-apa, Sayang?” Mawar menghampiri dan hendak memeluk.

“Jangan mendekat, wanita ular! Kamu hanya ingin Papah dan tidak_”

“Fania!” Suara menggelegar itu kembali terdengar, membuat Fania merapat ke arah Rani.

“Jaga bicaramu! Jangan sampai Papah_”

Rani yang sudah kesal, karena dari tadi Doni terus membentak anaknya, langsung menatap dengan permusuhan dan berkacak pinggang.

“Anda itu laki-laki apa perempuan! Cerewet banget! Dari tadi teruuus, saja mengomel!”

“Hey, dia anak Saya, jadi_”

“Memangnya siapa yang bilang Fania anak Saya! Dasar lambe beo! Pantas saja anaknya ingin kabur!”

“Apa kamu bilang!”

“Apa, membentak lagi! Mau tampar, nih!” Rani menyodorkan pipi dengan ujung mata menatap tajam.

Semua orang terkejut karena melihat Tuan yang selama ini jarang bicara, malah saling adu mulut dengan wanita yang baru mereka lihat.

Kembali semua orang terkejut ketika melihat wajah Rani yang sama persis dengan Nyonya muda mereka.

“Minggir!” Rani menyenggol tubuh tinggi Doni, “Fania sayang, Tante minta minum, ya. Seret nih, haus.” Rani mengusap tenggorokan dengan satu tangan menggenggam tangan Fania.

“Ini semua gara-gara si lambe beo!” Rani menatap Doni dengan ujung matanya.

“Mamah mau minum? Ayo masuk, di lemari pendingin banyak minuman. Nanti Fania pilihkan kesukaan Fania dan Papah.” Fania menarik Rani, melewati Mawar, wanita yang hendak memeluknya tadi.

“Siapa yang mengizinkan kamu membawa orang asing masuk rumah?” suara itu kembali terdengar, membuat Rani terdiam.

“Bagaimana kalau dia komplotan pencuri penggasak rumah, apa kamu tidak takut, Fania?”

Rani mengepalkan tangan dan bergumam, “Dasar Tua bangka jelek!” dia melepaskan tangan Fania dan berbalik menatap Doni dengan permusuhan.

“Hey, Tuan Jelek! Kalau Saya perampok, ngapai Saya ikut kesini! Cari cara yang elegan dong, buat cari duit! Contohnya, Saya bawa saja Fania, dan minta tebusan. Toh Fania sendiri yang mendekat, atau ... bisa saja Saya jual dia, enakkan!” Rani menyeringai.

Doni terkejut ketika mendengar penuturan Rani.

“Kamu!”

“Kenapa, takut! Kalau tetap tidak percaya, perintahkan bawahanmu membawa minum! Saya benar-benar haus. Atau, jangan-jangan di sini minum harus bayar!”

“Mamah, ini minumnya.” Fania menyodorkan sebotol air yang bertabur bulir jeruk yang menyegarkan, membuat Rani semakin kehausan.

“Aduuuh, Fania memang baik. Tidak seperti_ eeeh, apa yang Anda lakukan!” Rani terkejut ketika botol itu berpindah tangan dan airnya habis tidak tersisa.

Rani menelan ludah dan terlihat sedih, dia benar-benar haus.

“Anda menghabiskan minum Saya?”

“Siapa bilang itu minum kamu?”

“Tapi Fania mengambilkannya itu untuk Saya. Apa Anda tidak melihat, tadi Fania memberikannya pada Saya?”

“Mungkin.”

Rani mengepalkan tangan kesal, “Kembalikan minuman Saya! Karena itu Fania yang memberikannya!”

Doni malah menaikkan alis, “Tetap saja itu punya Saya, karena Sayalah yang berkuasa di sini, jadi, tanpa persetujuan Saya tidak boleh ada yang minum!”

“Apa! Dasar orang tua aneh! Minta minum saja harus pake acara drama, bilang inilah, itulah. Bilang saja, TIDAK BOLEH Dari tadi! Minggir!” Karena kesal, Rani mendorongnya kuat dan melangkah pergi.

Rani memutuskan untuk mencari minum di warung terdekat saja. Dia hendak pergi,

“Mamah mau ke mana?” Fania memeluk Rani.

“Mau beli minum, Fania mau ikut?”

“Tidak boleh!” sebelum Fania menjawab, Doni sudah terlebih dahulu menentang.

“Kalau begitu, Tante pergi_”

“Tidak, Fania ingin bersama Mamah!”

Ya ampuuun, sebenarnya ini kenapa, aku hanya ingin minum.

Rani menggerutu di dalam hati.

“Kamu harus tetap di sini, Fania. Bagaimana kalau dia menculik_”

“Hey, kalau begitu, cepat Saya minta minum! Anda ini kenapa sih, Saya membawa Fania karena ingin membeli minum, tidak boleh. Minta minum pun malah di habiskan sendiri.”

“Saya tidak kenaapa-apa dan memang Saya tidak mengizinkan siapa pun mengambil milik Saya! Kecuali_”

“Kecuali_” Rani mengerutkan kening. Baru kali ini dia menghadapi orang macam ini, benar-benar merepotkan.

Bab terkait

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 2. Merasa Bersalah

    “Cepat, kecuali apa!” Rani menatap tajam.Doni tersenyum menatap Rani yang kebingungan.Melihat ke arah mana mata Doni, Rani langsung menyilangkan tangan. Andai Rani tahu akan seperti ini akhirnya, lebih baik tadi dia bawa saja anak itu dengan alasan pergi ke dokter.“Hey, cepat katakan!”Rani menarik nafas, mencoba tenang dan menunggu apa seterusnya yang akan Doni katakan.“Kecuali kalau kamu jadi istri saya.”“APA!” Rani terkejut.Begitu pun dengan semua orang yang ada, karena kata-kata itu bermakna kan “Ayo kita menikah.”Mereka tidak percaya dengan apa yang Doni si Tuan mereka katakan, karena selama ini Doni tidak pernah menyinggung tentang pernikahan. Bicara pun seperlunya.Rani mencoba menormalkan detak jantung dan kembali menatap tajam Doni.Dasar Orang Tua aneh!Itulah ungkapan hati Rani dan kalutnya. Dia mencoba menarik nafas perlahan.“Apa Anda bilang? Kalau Saya jadi Istri Anda! Untungnya untuk Saya apa? Lagian, ya, masa mau minta minum saja harus jadi istri!” Rani menggele

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 3. Pilihan yang Sulit

    Semua yang ada di sana, terutama orang tua Doni pun Doni sendiri terkejut dengan apa yang terjadi pada wanita yang bernama Rani itu.“Apakah benar, Fania baru bertemu dengan wanita itu, Don?” Wanita paruh baya berbisik.“Yang Doni tahu, itu memang benar. Karena setiap saat Fania di jaga oleh pengasuhnya dan dia terus mengabari semua yang Fania lakukan.”“Tapi sepertinya_”“Mamah ...,” Terdengar Fania siuman.Rani yang mendengar itu langsung mendekat, menggenggam tangannya.“Ya Sayang, Mamah di sini. Apa ada yang sakit?”Fania mengangguk dengan lemas tapi terlihat senang karena Rani ada kembali di sampingnya.“Kamu harus kuat! Mamah percaya kamu pasti bisa sembuh seperti biasa, dan kita akan pergi ke taman bermain setiap hari.” Rani mengusap kepala Fania yang terbalut perban.Tidak lama seorang dokter masuk dan melihat keadaan Fania dengan penuh kehati-hatian.“Kamu memang anak yang kuat! Om bangga, padamu.”Rani menatap sang dokter, wajahnya tidak jauh berbeda dengan wajah papah Fania

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 4. Syarat yang Diajukan

    Rani menatap ke depan, melihat hamparan kota yang penuh lampu yang berkelap-kelip. Untung dia ada di lantai 3 jadi bisa melihat pemandangan yang tidak mau dia lihat ulang lagi, karena ini ada di rumah sakit.“Anda pernah bilang, kalau Anda yakin, istri Anda masih hidup. Jadi, bilamana itu terjadi benar, dan kita masih dalam ikatan pernikahan, apa yang akan Anda lakukan?”Doni terdiam, dia tidak pernah menyangka kalau wanita di depannya akan berpikir sejauh itu.“Apa Anda akan langsung membuang Saya? Karena kebutuhan diri Anda sudah ada yang mengisi kembali, atau ... Anda akan tetap bersama Saya yang mungkin waktu itu telah mengandung benih dari Anda.”Doni semakin dibuat terdiam. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rani, karena dia pikir itu tidak akan terjadi sebab mereka menikah dikarenakan Fania dan tidak akan ada cinta di dalamnya.“Saya tidak bisa munafik, mungkin saja berbagi peluh akan Saya minta, walaupun menikah tanpa cinta. Lagian, cinta dan suka akan tumbuh dengan se

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 5. Dia yang Pertama

    Doni pulang dengan hati cukup hampa. Ruang hati yang mulai terbuka terasa kosong karena wanita yang dia harapkan malah memilih pergi.“Bang!” Sang adik menghampiri, “kalau dia buat aku saja bagaimana?”Doni mengerutkan kening,“Ya elaaah! Wanita yang tidak jadi menikah dengan Abang!”“Maksud kamu?”“Karena dia tidak jadi menikah dengan Abang, bagaimana kalau dia menikah denganku, itu sama saja kan.”Doni menatap tajam, sedangkan sang adik malah tersenyum.“Jangan _”“Selama janur kuning belum melengkung, aku akan pastikan dia menikah denganku.” Dia pergi tanpa menghiraukan ucapan Doni.Tangan Doni terkepal kuat, “tidak akan aku biarkan kamu kembali mengambil kebahagiaanku!” Kakinya kembali melangkahkan pergi.Doni pulang dengan hati cukup kacau. Wanita yang bernama Rani itu benar-benar sudah membuat hatinya terasa tidak tenang. Ditambah lagi dengan adiknya yang berucap demikian.“Apa ini balasan yang kamu berikan untuk aku, Fan? Karena tidak bersamamu, Apa lagi ketika kamu sakit.” Don

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 6. Karena Lampu Merah

    Setelah kejadian kemarin malam, Doni pikir hubungannya dengan Rani berjalan semakin dekat.Namun, ternyata tidak. Hari ini, ketika dia pergi ke kantor seperti biasa, Doni melihat Rani tengah di bonceng Tori dengan wajah ceria.Doni yang merasa kesal menurunkan kaca jendela, menegur Rani.“Ran, kamu mau ke mana?”“Eh, Pak Doni. Selamat pagi ... Biasa Pak, Saya mau ke tempat kerja. Bapak juga mau pergi kerja, ya?”Rani cukup kaget ketika Doni menyapanya di samping ketika lampu merah, tapi Rani mencoba untuk tenang dan bersifat normal, sampai keluarlah ucapan demikian.Doni mengangguk, “kalau begitu, kamu bisa_”“Wah, sudah hijau. Kalau begitu, Saya duluan, ya, Pak. Selamat jalan ...” Rani bicara sopan tanpa peduli seperti apa wajah Doni saat itu.“Kamu tidak apa-apa?” Tori melihat lewat kaca spion.“Sudahlah, cepat pergi!” Rani meminta Tori untuk melaj

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 7. Doni menjengkelkan!

    “Kamu ken_” Tori yang mengekor dari belakang tidak melanjut perkataan ketika melihat Doni.“Bukankah itu, orang yang_”“Pak, Anda datang ke sini?” Rani memotong perkataan Tori dan bergegas mendekati Doni.“Bapak, ada keperluan apa ke mari?” Rani mengulang pertanyaan.Doni, menaikkan alis ketika mendengar Rani memanggilnya dengan sebutan Bapak.Terlihat ada seulas senyum di sana, “kamu ingin main-main dengan Saya! Akan Saya ikuti.” Doni berucap di dalam hati.“Ya! Karena Saya ingin menemui calon istri Saya!”“Apa, calon istri! Siapa sih itu ... aku penasaran banget!” Celetuk seorang pengunjung.“Apa mungkin ...” Semua orang menatap Rani, tidak terkecuali Tori. Dia langsung terlihat penasaran.Keadaan itu membuat Rani sungguh tidak karuan.“Ran, dia itu_”“Eh, Pak. Bapak ingin menanyakan itu, mari ikut Saya dulu.” Rani gelagapan, secara kasar menarik Doni untuk keluar dan itu malah membuat semua orang semakin penasaran.“Ran!”“Aku bicara dulu dengan Pak Doni, tolong kerja sendiri du

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 8. Ditinggal Sendiri

    Dan akhirnya, Rani memilih diam memperhatikan jalan asing tapi tidak membuat bosan karena pemandangannya membuat berdecap kagum.“Kita sudah sampai, ayo kita turun.” Doni turun terlebih dahulu dan dengan cepat, membukakan pintu untuk Rani.Semua orang melotot tidak percaya karena, baru kali ini Tuan mereka melakukan hal yang demikian setelah Nyonya tidak ada.Rani pun terkejut dengan apa yang Doni lakukan. Dengan sangat canggung, dia turun sembari menatap sekeliling.“Sungguh arsitektur yang sangat indah.” Gumam Rani sembari menatap sekeliling.“Mas, ini rumah siapa?” Rani menatap takjub.“Rumah kita. Ayo masuk. Saya sudah menyuruh dapur untuk menyediakan berbagai macam bahan masakan.”“Rumah kita? Maksudnya!” Rani menatap Doni yang tersenyum bangga.“Rumah yang akan kita tempati setelah kita menikah. Kamu suka?” tangannya merangkul pundak Rani.“Selamat sore, Tuan, Nyonya. Semua yang di butuh kan sudah kami siapkan.” Seorang pelayan membungkuk hormat.Doni hanya mengangguk, membawa R

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 9. Kita Kembali Jalankan

    Sekitar satu jam tiga puluh menit yang lalu Rani sudah menyelesaikan semua makanan yang dia masak.Bahkan sudah tertata rapi dan tersimpan di kotak makan tahan panas dan pastinya tetap menjaga suhu makanan tetap baik sampai nanti ketika dimakan.“Kenapa Mas Doni belum juga datang.”Leher Rani sudah terasa pegal karena terus menengok ke arah pintu masuk.Dia mulai gelisah, apalagi pesan yang dia kirim belum juga dibuka.“Apa urusan sangat susah, sampai lama begini.” Rani kembali menatap layar TV yang membosankan.Suara deringan telepon membuat Rani duduk dengan ceria, namun itu langsung hilang ketika melihat nama yang tertera bukanlah orang yang dia tunggu.“Hallo,”“Kamu di mana? Kenapa rumahmu masih gelap!”Rani duduk menegang, “em ... ak_aku sedang di rumah teman, ya, rumah teman.”“Teman yang mana, aku akan menyusulnya, untuk menjemp

Bab terbaru

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Kesepakatan Fargo dan Doni

    Doni tidak mau mendengar apa pun yang istrinya katakan, dia menutup telepon dengan kasar dan melemparnya ke samping.Sedangkan di tempat lain, Rani tengah mengusap muka sembari menghembuskan nafas kasar. Dia tidak tahu harus berbuat apa, karena saat ini, dia tidak mungkin meminta Pram untuk memutar, dan kembali ke rumah. Sebab, dia sudah janji untuk membawa Fania ke tempat mandi bola, sebagai permohonan maaf.“Kamu kenapa, sepertinya tidak baik-baik saja?” Pram menatap Rani.Dia berpikir inilah waktu yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada istri kakaknya.Pram sudah tidak sabar ingin melihat raut wajah Doni yang marah dan kembali kalah dengan apa yang Pram lakukan.Dia pun akan sedikit demi sedikit mempengaruhi Rani supaya berpaling padanya seperti Fani di waktu dulu sehingga menghasilkan anak yang ada di antara mereka sekarang.“Tidak apa, Bang.” Rani malah menatap Fania yang tengah bermain dengan bonekanya.“Sayan

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Kembali Pram yang menang

    “Sekarang kalian bisa pergi.” Akhirnya semua pergi dan menyisakan satu wanita paruh baya yang membuat kening, Rani mengerut ketika melihatnya masih berdiri di.“Apakah masih ada yang mau Bibi tanyakan?”“Maaf, Nyonya. Masakan tadi ... maksud Saya masakan uang tadi Nyonya buat_”“Oh, iya. Kalian bisa memakannya. Saya sudah tidak berselera, lagian sebentar lagi Saya pergi.”Pekerja itu mengangguk dan pergi. “Kamu mau pergi ke mana? Apa kamu sudah tidak sakit lagi?”“Sakit, aku?” Rani mengerutkan kening, tapi tidak lama menggeleng, “itu sudah tidak apa. Sekarang aku mau bertemu dengan Fania. Aku rindu. Semalam Mas malah langsung membawaku sebelum melihatnya.”Doni tersenyum, mengikuti istrinya pergi. Akan tetapi, sebelum Rani mencapai pintu rumah, dia langsung menarik Rani supaya medekat padanya.“Kamu pergi dengan, Pram?” Doni menatap sang istri yang malah melambaikan tangan. Sehingga dengan cepat Doni meraih tangan itu dan membawanya ke sebalik badan.“Mas tidak akan mengizinkan kam

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Penggoda di rumah

    “Tidak usah, aku masak sendiri saja.” Rani memilih melangkah ke dapur dan menyiapkan semua yang ingin dia makan.“Maaf, Nyonya. Pak Doni itu tidak suka nasi goreng yang di campur telur. Dia lebih suka yang telurnya di simpan di atas nasi dan ditaburi bawang goreng.” Ucap si pembantu dengan bangga karena dia bisa menghafal semua yang disukai sang tuan.Sedangkan Rani langsung berhenti dan mengerutkan kening, “apakah kamu meragukan apa yang akan Saya buatkan untuk, suami Saya?” Rani menekankan kata terakhir sembari melipat tangan.“Yang istrinya itu kamu, apa Saya?” Rani menatap lekat sang pembantu yang sepertinya merasa jadi Nyonya rumah.“Eh, m-maaf, maaf Nyonya. Saya tidak bermaksud demikian. Tapi yang Saya_”“Benarkah begitu! Kalau begitu Saya tidak peduli!” Rani memberikan tatapan tajam.“Kamu bisa pergi dari sini! Jangan ngelunjak!” Rani kembali pada kegiatannya.“Di sini, Saya Nyonya kamu!” Rani benar-benar kesal.

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Datang Pengganggu

    “Maaas!” Dengan cepat Rani mengalungkan tangan di leher sang suami.“Masih sakit, kan.” Ucap Doni tanpa menggubris rengekan sang istri yang ingin turun.Dia membaringkan tubuh Rani dengan hati-hati. “Maaas, aku cape.” Mata Rani terbuka ketika merasakan embusan nafas Doni mendekat.Doni mengulum senyum, “iyaaa, Mas, tahu. Mas hanya ingin_” Doni mendaratkan kecupan di kening.“Selamat malam, Sayang.” Rani tersenyum, dia tidak menyangka kalau Doni bisa semanis itu.“Sekarang, ayo kita tidur.” Doni membawa Rani dalam pelukan setelah menyelimuti tubuh mereka berdua.Rani pun semakin dalam menyembunyikan kepala di pelukan hangat suaminya, dan akhirnya mereka pun tidur dengan saling memeluk membawa hati bahagia ke peraduan yang akan merubah semua kehidupan keduanya.*** Rani terbangun dengan uluman senyum menghiasi wajahnya. Dia tidak menyangka mulai hari ini dia benar-benar sudah menjadi seorang i

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Ban 44. Kuncup bunga didapatkan

    Rani melipat bibir ke dalam dengan tangan saling berpautan dan mata tidak berani menatap.Doni menghembuskan nafas, meraih dagu sang istri, “tatap Mas, Sayaaang. Katakan, sejak kapan kamu sering bertukar kabar dengan Pram.”Rani terdiam dengan otak bekerja mencari alasan yang tepat supaya sang suami tidak marah.“Mas, tidak butuh diammu, Rani. Yang Mas butuh kan kejujuran dari istri Mas.”Doni berucap pelan di depan telinga, membuat Rani berjengket. Andai pinggangnya tidak di pegang, mungkin dia tersungkur.“Hati-hati Sayaaang, Mas hanya minta kejujur.”Rani menghembuskan nafas, dan akhirnya mau tidak mau Rani pun membalas tatapan Doni dengan menelan saliva seret.“Emmm, sebenarnya, sudah lama. Kalau tidak salah ketika di antar pulang waktu dari rumah sakit.”Doni terkejut, tubuhnya menegang menatap sang istri mencari kebohongan, namun dia tidak mendapatkannya. Hati Doni mulai tidak tenang.“Apa kalian sering bertemu di luar atau di rumah tanpa se_”“Tidak dan iyah!”Rani cemberut dan

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 43. Tawar menawar

    Rani di bawa masuk ke kamar dan di jatuhkan sedikit kasar, membuat dia menjerit.“Bisa kan pelan-pelan, sakit tahu!” Rani menggerutu dan duduk di atas kasur.“Itu hukuman kamu karena tidak bisa diam.”“Ya wajarlah aku berontak, Mas bikin aku malu di depan Mamih dan orang rumah.”Doni tidak menggubrisnya, dia malah masuk ke kamar mandi tanpa berucap sedikit pun.“Mas, tenggorokannya sakit, ya? Perasaan dari tadi aku yang jerit-jerit.”Doni mendengus, sembari menatap Rani dengan ujung matanya.Rani yang melihat itu hanya mengedikkan bahu. Dia malah turun menapaki kaki yang sedikit berjinjit.“Jangan coba-coba untuk kabur! Kita selesaikan semua hari ini.”Rani mengangguk sebelum Doni menutup pintu kamar mandi, dan dia pun keluar.Perutnya terasa lapar karena, sejak pulang dari supermarket dia belum makan apa-apa.“Perutku lapar sekali, mudah-mudahan ada yang bisa di makan.” Ucap Rani sembari mengusap perut yang sudah berdemo.Namun, semua dipatahkan dengan cukup keras ketika Rani membuka

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 42. Membawa karung beras

    Doni melepaskan tangan Mawar, berlari dan kembali menghampiri Rani, “Sayaaang, Mas mohon, jangan seperti ini.”“Seperti apa, Mas?”“Emmm,” Doni tidak bisa menjawab. Dia merasa pertanyaan itu sebuah jebakan yang akhirnya bisa merugikan dirinya.“Maaas, apa?”“Kamu pulang ke rumah kita, ya. Nanti Mas pulang ke sana.” Doni mengalihkan pembicaraan dan meraih kepala Rani pun mendaratkan satu kecupan di kening.Setelah itu, Doni pergi kembali pada Mawar dan belanjaan mereka.Rani menghembuskan nafas menatap kepergian suaminya, “sepertinya aku harus berpikir ulang.” Gumamnya sembari naik ke mobil dan akhirnya pulang bersama Pram.Pram berdehem menatap Rani dari kaca depan, “emmm, kita pulang ke_”“Rumah utama saja, Bang. Rumah itu kan jauh. Kasihan Fania, dia sudah ingin tidur di kasur empuk. Lagian, Mamih pasti sudah merindukan cucunya."Pram mengangguk, akhirnya Rani pun di bawa pulang ke rumah uta

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 41. Kembali Kecewa

    Kedua orang itu, mengangguk karena baru sadar. Dengan cepat mereka berjalan kembali, apalagi sudah banyak orang yang memperhatikan, seolah pikiran keponya memberontak."Siap! ayo kita pergiiii!"Doni menggendong Fania, membawa mengelilingi supermarket seperti kapal terbang.Rani kembali mengusap ujung mata dan tersenyum melihat kekonyolan orang yang saat ini sudah menjadi yang terpenting dalam hidupnya.“Maafkan Rani, Kak. Sepertinya hati Rani mulai terbuka untuk suami Rani.” Rani mengusap dadanya yang bergemuruh dan menghela nafas berat.“Jangan terlalu berharap banyak, Ran. Kamu harus sadar dengan apa yang kamu rasakan. Di hatinya masih bertakhta kan nama orang lain.” Gumam Rani sembari berjalan mengekori anak dan suaminya.“Loh, Mas! kita kan belum_” Pundak Rani melorot melihat Doni dan Fania pergi.Dengan langkah pelan, Rani berbelok untuk mengambil troli belanjaan.Setelahnya dia tidak lagi menghiraukan anak dan suami yang sudah tidak terlihat rimbanya.“Nanti juga mereka mencar

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Mengaku salah.

    “Bagaimana ini, Bu. Semua tidak mau dengan apa yang Bu Rani sarankan. Haruskah_”“Tidak usah, Bu. Kita pakai cara ambil suara saja, dan karena tadi banyak yang menyetujui, kita ambil kesimpulan saja, kalau kita tetap tidak mengizinkan untuk membawa mobil pribadi.”“Baiklah. Kalau begitu, nanti Saya bagikan suratnya lewat grup.”Rani tersenyum, “terima kasih, Bu. Kalau begitu Saya pamit undur diri.”“Silakan, Bu. Terima kasih atas kerja samanya.” “Sama-sama, Bu.” Rani menerima uluran tangan Bu Ira dan pergi untuk menemui Fania yang tengah bersama satpam sekolah.“Mamaaah!” Fania berlari menghampiri Rani yang tersenyum sambil merentangkan tangan.“Kamu keluar dari tadi, Sayang?”Fania menggeleng, “baru saja, Mah.”“Ok. Sekarang kamu mau ke mana? Apa mau langsung pulang, atau kita_”“Papaaah!” Fani kembali menghampiri Doni yang baru saja datang.“Aduuuh, ternyata Papahnya Fania itu sangat mengerikan.”Rani mengerutkan kening ketika mendengar ucapan salah satu wali murid yang terus men

DMCA.com Protection Status