Share

Bab 43. Tawar menawar

Rani di bawa masuk ke kamar dan di jatuhkan sedikit kasar, membuat dia menjerit.

“Bisa kan pelan-pelan, sakit tahu!” Rani menggerutu dan duduk di atas kasur.

“Itu hukuman kamu karena tidak bisa diam.”

“Ya wajarlah aku berontak, Mas bikin aku malu di depan Mamih dan orang rumah.”

Doni tidak menggubrisnya, dia malah masuk ke kamar mandi tanpa berucap sedikit pun.

“Mas, tenggorokannya sakit, ya? Perasaan dari tadi aku yang jerit-jerit.”

Doni mendengus, sembari menatap Rani dengan ujung matanya.

Rani yang melihat itu hanya mengedikkan bahu. Dia malah turun menapaki kaki yang sedikit berjinjit.

“Jangan coba-coba untuk kabur! Kita selesaikan semua hari ini.”

Rani mengangguk sebelum Doni menutup pintu kamar mandi, dan dia pun keluar.

Perutnya terasa lapar karena, sejak pulang dari supermarket dia belum makan apa-apa.

“Perutku lapar sekali, mudah-mudahan ada yang bisa di makan.” Ucap Rani sembari mengusap perut yang sudah berdemo.

Namun, semua dipatahkan dengan cukup keras ketika Rani membuka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status